"Jika kamu masih mengaggap Paman, seperti keluargamu. Maka jangan mau menerima lamaran dari Alvin. Karena dia bukan lelaki yang baik untukmu." ungkap Danu paman dari Fira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24
"Memangnya anda ini siapa?" tanya Miranti.
"Saya ini, Bibi dari Fira. Saya ngomong gini, bukan apa, hanya tidak mau jika Ibu merasa rugi. Terus kedai ponakan saya jadi buruk deh namanya." ucap Marni.
"Oo ya nak Fira. Tolong semua jenis ikan ini, nak Fira timbang. Ibu akan beli semuanya." ucap Miranti berhasil membuat Marni melongo.
"Eh Bu, kan saya udah kasih tahu. Jika ikan disini gak fresh, nanti Ibu gatal-gatal. Terus yang salah siapa? Pasti ponakan saya ini, Fira. Jadi, baiknya Ibu jangan belanja disini." Marni masih berkukuh melarang Miranti.
"Terserah saya dong, kan aku beli pakai uangku sendiri. Jadi, situ gak usah ngelarang. Mau ikan disini gatal atau gak, itukan aku yang nanggung resikonya." ucap Miranti ngegas.
Marni langsung mencibir kala mendengar jawaban dari Miranti.
"Kamu timbang semua ikan disini ya nak, Ibu borong semuanya." ucap Miranti lembut.
"Eh, kok wajah Ibu ini, mirip sama Farhan ya." ucap Marni kala sadar dengan garis wajah Miranti.
"Dia memang masih kerabat dari Farhan Marni." sahut Asma.
"Oalah,, masih kerabat Farhan toh, pantas keras kepala." cibir Marni.
"Eh, tapi dari penampilan, Ibu ini seperti orang kaya. Akan tetapi, kenapa Farhan seperti gembel ya? Kenapa Ibu gak memberi pekerjaan pada keluarganya? Oo aku tahu, pasti Farhan pemalas kan? Atau jangan-jangan di pernah membuat masalah? Emang sih walau keluarga sendiri, jika udah bermasalah, kita semua pasti enggan menerimanya kembali." beruntun Marni, tanpa sadar jika Miranti sudah mengepal tangannya.
"Maaf Bu, bisa gak perkataannya dijaga? Soalnya, apa yang Ibu katakan itu sama sekali tidak benar. Farhan tidak mau bekerja sama kami bukan karena kami gak menerimanya bukan. Dia hanya ingin berusaha sendiri. Tanpa ada bantuan orang lain. Dia hanya ingin hidup dengan kemampuannya sendiri, tanpa campur tangan orang lain. Jadi, lain kali, tolong diperhatikan apa yang Ibu keluarkan dari mulut Ibu itu ya." jelas Miranti dan Marni memutar mata malas.
"Pasti ada apa-apa, makanya membela sampai segitunya." batin Marni.
"Ini Bu, semuanya enam ratus ribu." ujar Fira. Kala sudah menghitung semua ikan yang di suruh Miranti.
Mirna sengaja tidak pulang terlebih dahulu. Karena dia ingin melihat, apa benar jika wanita kaya didepannya, membeli semua ikan, atau hanya menggertak nya saja.
Kala melihat wanita itu membayar semua ikan tanpa melihat terlebih dahulu, Marni langsung menelan ludahnya.
"Kirain bohongan." gumam Marni tanpa di dengar oleh siapapun.
"Bu, mampir ke rumah yuk. Rumah ku, bagus loh." ajak Marni mengubah raut wajah ramah. "Lagian, jika Ibu ini keluarga Farhan, otomatis kita masih termasuk keluarga dong. Boleh lah, main-main ke rumah." lanjut Marni tanpa tahu malu.
"Maaf Bu, aku gak sudi, mampir ke rumah orang yang suka menghina orang lain." sahut Miranti menatap datar ke arah Marni.
"Sombong ..."
Marni langsung melengos pergi, kala mendengar jawaban dari Miranti. Dia mencak-mencak sendiri, kala tahu jika Farhan mempunyai saudara yang lebih kaya dari Alvin. Itu semua terbukti dari jenis mobil yang Miranti pakai.
Marni memang tidak mengenali Miranti, karena Miranti jarang sekali datang ke toko mas, bahkan bisa dikatakan tidak pernah. Padahal, Marni beberapa kali ke sana, walaupun hanya untuk membeli beberapa gram emas.
Di tempat lain, Ratih Mamanya Alvin kembali mendapatkan bogem mentah dari Hendra. Itu, karena kemarin Ratih kedapatan sedang mengobrol bersama Asma.
Flashback
"Bu Asma ..." panggil Ratih, dia sengaja ke belakang, karena saat di depan, dia sempat melihat Asma berjalan ke arah belakang. Dan hanya menggunakan pakaian biasa.
Iya, karena Asma di mintai untuk tolongin mereka, seperti masak dan juga cuci piring.
"Bu Ratih ..." sahut Asma, dia langsung nge lap tangannya di baju daster yang dipakainya.
"Apa kabar?" tanya Ratih.
"Baik, Ibu apa kabar? Udah lama ya, kita gak ketemu." balas Asma.
Ya, dulu saat Alvin dan Fira masih pacaran. Ratih beberapa kali di ajak oleh Alvin untuk berkunjung ke rumah Fira. Disana lah, mereka bertemu dan saling cerita.
"Iya, andai kita jadi besan. Pasti seru ya Bu, bisa berbagi cerita." kekeh Ratih. Dan Asma hanya tersenyum simpul.
"Ternyata kamu disini? Apa yang kamu bicarakan pada orang yang telah menolak kita?" bentak Hendra kala mendapati Ratih bersama dengan Asma.
"Aku hanya berbasa-basi dengannya," sahut Ratih menundukkan kepalanya.
"Bukannya kamu berharap jadi besanan sama dia?" tekan Hendra, karena tadi dia mendengar sekilas ucapan Ratih. "Kamu ingat ya Ratih, anaknya yang menolak kita. Jadi, pantang bagi kita untuk mengharap apapun dari dia. Paham?" seru Hendra dengan lantang.
Kemudian dia menarik lengan Ratih, agar mengikuti langkahnya.
flashback off
"Andai aku bisa meninggalkanmu." lirih Ratih memberikan salep pada lukanya.
Dulu Ratih memang pernah kabur dari Hendra. Namun, dia selalu kedapatan, dimanapun dia bersembunyi. Dan yang parahnya lagi, Hendra tidak segan-segan mengancam setiap orang yang berani membantu istrinya.
Saat Ratih melapor pada polisi, ternyata laporannya tidak di lanjutkan. Dan malah polisi tersebut melapor pada Hendra, alhasil dia kembali mendapatkan siksaan.
"Ternyata uang memang segala-galanya, dan aku berharap kamu kehilangan hartamu, sehingga aku bisa pergi jauh meninggalkanmu." ujar Ratih dengan air mata yang kembali jatuh di pipi mulusnya.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Darwis sedang melihat setiap laporan yang diterima dari Hendra. Dia memeriksanya dengan teliti. Dan mencocokkannya dengan laporan-laporan dari direksi lainnya.
"Ternyata aku terlalu bodoh, mempercayai ular sepertimu." kekeh Darwis.
Darwis langsung menghubungi salah kenalannya yang bekerja di lembaga KPK, dia meminta kenalannya untuk menyelidiki tentang Hendra, dan juga semua orang yang terlibat dalam korupsi tersebut.
"Kamu tunggu aja ..." lirih Darwis.
Kemarin Darwis, juga menunda untuk membicarakan gaji para tukang yang bekerja disana. Dia akan terus saja berpura-pura untuk tidak mengetahui tentang korupsi yang Hendra lakukan.
Setelah memeriksa laporan dari berkas yang diberikan Hendra. Darwis kemudian bangkit keluar, dia hendak pulang dan menemui Farhan.
Karena setelah nanti Hendra terbukti bersalah, Darwis hendak meminta Farhan yang menjawab sebagai sekretaris direktur. Seperti jabatan yang diberikannya pada Hendra.