NovelToon NovelToon
Hidden Alliance

Hidden Alliance

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Di dunia yang penuh intrik dan kekuasaan, Liora, seorang wanita penerjemah dan juru informasi negara yang terkenal karena ketegasan dan sikap dinginnya, harus bekerja sama dengan Darren, seorang komandan utama perang negara yang dikenal dengan kepemimpinan yang brutal dan ketakutan yang ditimbulkannya di seluruh negeri. Keduanya adalah sosok yang tampaknya tak terkalahkan dalam bidang mereka, tetapi takdir membawa mereka ke dalam situasi yang menguji batas emosi dan tekad mereka. Saat suatu misi penting yang melibatkan mereka berdua berjalan tidak sesuai rencana, keduanya terjebak dalam sebuah tragedi yang mengguncang segala hal yang mereka percayai. Sebuah insiden yang mengubah segalanya, membawa mereka pada kenyataan pahit yang sulit diterima. Seiring waktu, mereka dipaksa untuk menghadapi kenyataan. Namun, apakah mereka mampu melepaskan kebencian dan luka lama, ataukah tragedi ini akan menjadi titik balik yang memisahkan mereka selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perburuan Malam

Darren, yang memperhatikan gerak-gerik Liora, akhirnya mengikuti arah pandangan matanya dan menatap langit malam juga. Dalam sekejap, matanya juga terpesona oleh keindahan langit yang membentang luas di atas mereka. Tanpa berkata apa-apa, ia hanya terdiam sejenak, meresapi keheningan malam dan pemandangan yang begitu menenangkan itu. Meski dari sisi samping, Darren dapat menangkap senyum tipis Liora yang tampaknya datang dengan sendirinya, tanpa ada alasan khusus. Tanpa sadar, ia juga ikut tersenyum, merasakan sedikit kedamaian dalam hati yang selama ini terus dihantui oleh tugas-tugas dan ketegangan.

"Kau suka bintang?" tanya Darren, memecah keheningan dengan pertanyaan yang sederhana namun penuh perhatian. Suaranya terdengar lembut di tengah kesunyian malam. Liora tetap mendongak, menatap langit yang begitu indah, namun ia seperti mengangguk kecil, seakan mengiyakan pertanyaan itu tanpa benar-benar perlu menjelaskan lebih lanjut. Terkadang, kata-kata tidak diperlukan untuk mengungkapkan perasaan yang mendalam. Bintang-bintang malam itu seolah berbicara lebih banyak daripada kata-kata yang bisa mereka ucapkan.

"Hm, bintang itu indah," jawab Liora, suaranya pelan, hampir seperti bisikan angin yang menyentuh telinga.

Darren, yang masih duduk di sampingnya, menyahut dengan suara yang jauh lebih lembut dan penuh arti, "Seindah dirimu juga." Suaranya hampir tidak terdengar, seperti sebuah bisikan yang hanya untuk dirinya sendiri, namun cukup jelas bagi Liora. Kata-kata itu terdengar sangat pribadi, dan jika ia tidak terlalu fokus, mungkin saja ia akan mengabaikannya. Namun, Liora merasa ada yang aneh dengan ucapan itu. Perlahan, dia menoleh ke arah Darren, mencoba mencari tahu apakah dia benar-benar mendengar dengan benar. Apa yang dia ucapkan tadi? Liora hampir ingin bertanya, namun cepat-cepat menepisnya dari pikirannya. Ah, tidak penting. Liora memutuskan untuk mengabaikan kata-kata itu, seakan tidak mendengarnya sama sekali.

"Andai saja kehidupan juga berjalan seperti keindahan bintang," ujar Liora lagi, suaranya terdengar entah sadar atau tidak, seperti sebuah keluhan yang keluar begitu saja. Darren yang mendengarnya mengerutkan keningnya, merasa bingung dan sedikit terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Ada sesuatu dalam kata-kata Liora yang membuatnya berpikir lebih dalam.

"Memangnya hidupmu berjalan tidak seindah bintang?" tanya Darren, mencoba memahami perasaan yang tersembunyi di balik kalimat itu.

Liora hanya menggeleng pelan, dan senyuman kecut muncul di wajahnya. "Jauh," jawabnya dengan suara pelan yang hampir terdengar lirih. Kalimat itu seperti mengandung beban yang tak terungkapkan, sebuah rasa kecewa yang mungkin telah lama tertanam dalam dirinya.

Darren terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan Liora. "Lalu bagaimana dengan hidupku juga?" tanya Darren, matanya tetap menatap ke depan, seperti mencari jawabannya sendiri. Tiba-tiba, ia merasa seperti ada kesamaan dalam perasaan mereka, perasaan bahwa kehidupan tidak selalu berjalan sesuai dengan keindahan yang mereka impikan.

Liora meliriknya lagi, kali ini dengan pandangan malas, seperti merasa percakapan ini sedikit mengganggu. Mengapa terdengar seperti adu nasib? Pikirnya dalam hati.

"Sudahlah!" seru Liora dengan nada malas, enggan melanjutkan percakapan yang mulai melenceng dari topik awal.

Darren hanya mengangkat bahu dengan acuh, tak terlalu peduli dengan perubahan sikap Liora yang tampak kesal. Ia membiarkan gadis itu menyudahi pembicaraan tanpa berusaha menahannya.

Srekk sreekk

Suara samar itu tiba-tiba terdengar, membuat Liora terdiam seketika. Tatapannya terpaku, seluruh tubuhnya menegang. Ada sesuatu yang mengusik pendengarannya.

"Kau mendengarnya?" tanyanya dengan suara pelan, nyaris berbisik, tanpa sedikit pun menoleh ke arah Darren. Matanya menajam, mencoba menangkap sumber suara yang baru saja singgah di telinganya.

Darren, yang awalnya hanya berdiri santai, kini ikut merasakan keanehan situasi. Ia mengangguk kecil, ekspresinya berubah sedikit lebih serius. "Aku mendengarnya," sahutnya lirih, suaranya hampir tenggelam dalam hening yang tiba-tiba menyelimuti mereka.

"Periksa!" tegas Liora, meskipun suaranya tetap pelan, seolah tak ingin mengundang perhatian apa pun yang mungkin ada di sekitar mereka.

Tanpa ragu, Darren segera kembali mengangkat teropongnya, mendekatkannya ke mata dengan gerakan cepat dan terlatih. Pandangannya langsung tertuju ke bawah, ke arah yang masih gelap gulita, tertutup oleh bayang-bayang pohon-pohon tinggi yang menjulang angker. Cahaya rembulan nyaris tak mampu menembus rapatnya dedaunan, menyisakan suasana pekat yang mencekam.

Liora juga tak tinggal diam. Ia mengikuti jejak Darren, mengangkat teropongnya dan mulai mengamati sekeliling dengan penuh kewaspadaan. Mereka berdua saling mengamati area sekitar tanpa sepatah kata pun, hanya deru napas yang terdengar samar di antara kesunyian.

Beberapa saat berlalu, hanya keheningan yang menemani mereka. Hingga tiba-tiba—

"Aku melihatnya!" bisik Darren dengan nada penuh ketegangan. Matanya membelalak sedikit saat menangkap bayangan samar yang bergerak di antara pepohonan. Dari balik teropongnya, ia bisa melihat sosok itu, bergerak perlahan, seakan berusaha tetap tersembunyi.

Liora langsung menegang. "Dimana?" bisiknya tajam, masih menempelkan teropong ke matanya, mencoba mencari jejak yang sama.

Darren tak mengalihkan pandangannya, jemarinya mengetuk pelan lensa teropongnya, menyesuaikan fokus. "Di balik pohon besar, arah jam dua. Itu dia… mangsa yang kita cari."

"Aku juga melihatnya!" sambung Liora, suaranya lebih pelan dari sebelumnya, tapi penuh keyakinan.

Mereka berdua hampir bersamaan menurunkan teropong dari mata mereka, lalu saling bertatapan. Tatapan mereka bertemu dalam kesunyian yang pekat, hanya diterangi redupnya sinar bulan yang nyaris tertelan kegelapan malam.

"Apa kita harus membangunkan yang lain?" tanya Liora, matanya menatap langsung ke dalam manik mata Darren yang samar bercampur dengan bayangan gelap di sekeliling mereka.

Darren tak langsung menjawab. Ia terdiam sejenak, pikirannya berpacu, mempertimbangkan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Ia tahu, membangunkan yang lain berarti menambah kekuatan mereka, tapi di sisi lain, itu juga bisa berisiko.

Beberapa detik berlalu dalam keheningan yang tegang sebelum akhirnya Darren menarik napas pelan dan mengambil keputusan. "Jika kita membangunkan yang lain, pergerakan kita bisa terdengar. Mereka akan tahu kita datang," ujarnya mantap, suaranya tetap rendah namun penuh otoritas. "Dan kita akan kehilangan banyak waktu hanya untuk menunggu mereka bersiap. Kita harus bergerak cepat sebelum mereka berhasil pergi."

Liora mencerna kata-kata Darren dengan saksama. Setiap kata yang keluar darinya masuk akal. Mereka tidak bisa mengambil risiko kehilangan target hanya karena menunggu persiapan tim lainnya.

Akhirnya, Liora mengangguk, tanda setuju. "Kau benar," gumamnya pelan, kembali menatap Darren dengan sorot mata penuh kewaspadaan. "Kita harus bertindak sekarang."

1
revasya alzila
ditunggu kelanjutannya thor
revasya alzila
Keren sih menurutku
revasya alzila
keren ceritanya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!