Cerita ini mengisahkan rombongan anak-anak SMA yang melaksanakan study tour, dan salah satu Bis rombongan mengalami kecelakaan maut yang menewaskan hampir seluruh penumpangnya, serta sopir dan kondekturnya.
Dalam kisah ini menceritakan, 10 arwah yang merasa mereka belum mati dan mengalami perjalanan ghaib. Di alam ghaib itu, mereka saling membunuh satu sama lain. Ada beberapa arwah yang berhasil pulang ke rumahnya, arwah itu menangis histeris ketika melihat kenyataan badannya sudah hancur terbujur kaku, arwah-arwah itu masih shock tidak percaya, bahwa mereka sudah mati.
Dan hanya satu orang yang selamat dari maut mengerikan itu. Siapa dia???
......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 19
Hanya ada bholam 10 watt yang terpasang di plafon nya, dan di belakang aula itu ada bangunan rumah adat jawa yang cukup besar, yang terbuat dari kayu jati yang sudah hitam.
"Hah hah hah hah, suara lonceng jam?" Gumam nya dengan nafas terengah-engah di sertai peluh keringat membasahi wajah nya.
Ternyata suara lonceng yang menggema itu berasal dari sebuah jam berdiri, berukuran besar yang terbuat dari kayu jati berpolytur warna hitam. Jam berdiri itu terletak di tengah ujung belakang pendopo. Di depan matanya Robi persis, jarum jam nya menunjukan pukul 24:00.
Sepasang matanya masih menatap serius jam berdiri yang berukuran besar itu, yang tinggi nya kira-kira 2,5 meter. Ia perlahan melangkah ke depan mendekati jam kayu tersebut, matanya masih tetap fokus menatap pendulum jam yang berayun ke kanan dan ke kiri.
Teg teg teg teg teg teg teg teg
Saking sunyi nya di dalam pendopo dan sekitar nya, hingga bunyi jarum jam yang bergerak pun terdengar jelas di telinga Robi. Ia masih berdiri mematung, matanya masih tetap fokus menatap bandul jam dan sepasang telinga nya mendengar serius suara jarum jam yang bergerak.
Sedangkan teman-teman nya belum juga sampai di pendopo yang berbentuk bangunan jawa tersebut.
Ngiiit ngiiiit ngiiit ngiiiit
Tiba-tiba sepasang telinga nya mendengar samar-samar suara kayu yang bergesekan dari arah kiri. Ia pun tersadar dari lamunan nya, yang dari tadi sepasang mata nya menatap fokus bandul jam yang tak henti-henti nya berayun.
Ia menoleh ke kiri, karena pencahayaan nya kurang terang. Dia melangkah pelan ke sisi kiri mendekati sumber suara tersebut, untuk memastikan ada apa gerangan di sisi kirinya itu.
Ngiiiit...ngiiit....ngiiiit....ngiiit...
"Hah, kursi goyang?" Gumam nya dengan ekspresi wajah kaget, karena kursi goyang yang terbuat dari kayu ulin itu masih bergerak.
"Pasti ada orang yang baru duduk di sini" alibinya, sambil masih menatap serius kursi goyang yang ada di depan matanya.
Kemudian tangan kanan nya sedikit menyentuh pegangan kursi itu, untuk menghentikan gerakan nya.
"Itu artinya ada orang di gedung ini" gumam nya curiga, sambil kembali menegakkan kepala nya, mengamati keadaan sekitar bangunan.
Kemudian sepasang matanya terhenti di pintu bangunan yang ada di belakang pendopo, pintu itu terbuat dari kayu jati dan sedikit terbuka. Ia melangkah waspada ke arah pintu yang kental dengan nuansa jawa tersebut. Bangunan nya seperti rumah Joglo besar, hampir semua bahan baku nya menggunakan kayu jati tua yang berdiameter lebar.
Dia berhenti sejenak di depan pintu itu, yang tinggi nya sekitar tiga meter. Sepasang matanya memastikan keadaan di dalam terlebih dahulu, lewat celah pintu yang sudah sedikit terbuka.
Ngiiiiiiiìiit
Ia membuka pintu kayu itu lebih lebar lagi, setelah memastikan keadaan di dalam aman untuk di masuki.
Kaki kirinya mulai melangkahi kusain pintu, dengan penuh kehati-hatian ia memasuki rumah adat jawa itu. Di dalam nya ternyata cukup luas, pencahayaan nya pun lumayan terang di bandingkan pencahayaan di pendopo yang ada di depan bangunan tersebut.
"Permisi, assalamualaikum" ucap nya meminta izin masuk ke dalam rumah itu. Tapi tidak ada sepatah kata atau suara yang menjawab salam nya.
yuk mampir kenovel aku thor