NovelToon NovelToon
Tetangga Gilaku

Tetangga Gilaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali / Enemy to Lovers
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Karangkuna

"Meskipun aku ditodong dengan pisau, aku tidak akan pernah mau menjadi pacarnya. Kalau begitu aku permisi."

"Apa?! Kau pikir aku bersedia? Tentu saja aku juga menolaknya. Cih! Siapa yang sudi!"

Raga heran kenapa setiap kali di hadapkan pada gadis itu selalu akan muncul perdebatan sengit. Bri jelas tak mau kalah, karena baginya sang tetangga adalah orang yang paling dibencinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karangkuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12

Raga mengedarkan pandangan ke langit yang semakin gelap. "Mau hujan. Ayo cepat berdiri," ucap Raga dengan cepat membantu Bri namun tak kunjung berhasil. Akhirnya Raga menyuruh Bri meninggalkan sepatunya itu dan berlari menuju rumah di seberangnya yang kosong untuk berteduh karena hujan turun dengan derasnya. Dibelakangnya Bri yang berlari dengan susah payah tiba-tiba tersandung dan terjatuh. Raga berbalik dan menariknya berdiri.

Baju Bri basah kuyup dan kotor, terlihat luka goresan kecil di kedua tangannya dan yang cukup besar berada dilutut kanannya. Bri menangis kesakitan sementara Raga hanya menatapnya dengan malas berharap hujan akan segera tiba.

Lampu sorot bersinar terang menyilaukan pandangan Raga, suara motor itu semakin mendekat. "Raga! Bri!" teriak seseorang memanggil mereka. Tak lama kemudian sebuah motor berhenti di depan mereka, Bri menengadahkan kepalanya sambil mengusap air matanya. Ternyata ayahnya Raga yang datang menjemput mereka berdua.

"Ayah!" ucap Raga bangkit berdiri menghampiri sang ayah yang sudah turun dari motornya.

"Untung saja kalian tidak pergi jauh, ini pakai jas hujannya. Ayo kita pulang," ucap Heru sembari membantu Bri memakai jas hujan tersebut.

"Nanti setelah sampai di rumah kita obati ya," ucapnya sambil memamdangi kaki kecil anak itu yang terluka.

Sesampainya di rumah Astrid buru-buru menyambut sembari mengecek kondisi mereka berdua yang sudah basah kuyup, sementara Bri kembali menangis sambil memegangi lututnya yang luka.

"Ya ampun! Ayo sini tante obati." Pandangan Astrid tertuju pada anak semata wayangnya yang naik ke atas tanpa peduli dengan Bri yang luka di sana-sini.

***

Hari itu suasana kian ramai, banyak kendaraan berlalu lalang sehingga menyebabkan kemacetan yang tidak terlalu parah di depan SDN 015, para orangtua sibuk menurunkan anak-anak mereka di depan gerbang sekolah. Bri berlari mengejar teman dekatnya yang juga baru sampai.

"Hai Ica," sapanya sambil menggandeng lengan Ica.

"Hai juga Bri, eh iya minggu depan tugas kita untuk piket kan?" tanya Ica yang sibuk membenarkan tasnya yang bergambar ikan paus.

"Oh iya benar, giliran kita," ucap Bri sambil mengangguk setuju.

"Jangan menghalangi jalannya dong." Bri terdorong ke depan hampir terjerembab untung saja Ica memegang tangannya dengan erat. Bri memandang Raga yang barusan lewat dengan tatapan tidak suka.

Entah bagaimana ceritanya Raga dan Bri bisa duduk di kelas yang sama. Tidak pernah ada interaksi diantara mereka kecuali saat Raga mengisengi Bri mereka akan saling berteriak sampai guru datang melerai. Lucunya meskipun di hari itu mereka bertengkar dengan sengit ketika waktunya pulang Bri akan menempel dengan Raga selama perjalanan pulang. Raga sengaja memepercepat langkah kakinya yang dirasa lebih panjang daripada Bri, namun secepat itu juga Bri bisa menyusulnya. Semakin keras usaha Raga untuk meninggalkannya maka semakin keras Bri menempelkan dirinya.

"Menjauhlah dariku. Kau ini kan sudah besar, masa tidak bisa pulang sendiri sih," ucap Raga yang berjalan di depannya.

"Aku kan baru pindah, jadi tidak hapal jalanan di sini," balas Bri sambil cemberut. Jarak dari sekolah ke rumah mereka tidak terlalu jauh karena letaknya ada di belakang komplek perumahan mereka.

"Halah, alasanmu saja. Bilang saja kau takut pulang sendiri. Dasar penakut." Raga berhenti tepat di ujung komplek merela sambil menertawakan Bri yang kini mulai kesal.

"Dasar menyebalkan!" seru Bri berbarengan dengan pukulan tepat di kepala Raga sukses membuat anak itu tutup mulut.

"Awas kau ya Bri!" Mereka pun saling mengejar sampai ke rumah mereka masing-masing.

Pagi itu di kelas mereka sang guru Bu Inez menugaskan anak-anaknya membuat gambar bertemakan keluarga. Nina sangat bersemangat karena dia paling suka menggambar dan mewarnai. Semua anak-anak telah mengeluarkan berbagai perlatan tulis beserta pensil warna. Nina yang tak mau ketinggalan lalu merogoh tasnya namun dengan kening berkerut dia tidak dapat menemukan keberadaan pensil warna favoritnya itu. Dia panik tapi berusaha menahan dirinya, dia duduk terdiam memandangi Ica yang sedang asik membuat sketsa di sampingnya.

"Kenapa Bri? Kok tidak mulai?" tanya Ica.

"Pensil warnaku hilang," ucap Bri pelan sekali.

"Kalau begitu pakai saja punyaku. Nanti kalau sudah selesai baru kita cari bersama," ujar Ica berusaha menemukan solusi yang pas.

"Tapi aku cuma mau memakai pensil warnaku." Mata Bri menatap ke sekeliling kelas melihat semua teman-temannya yang sudah mulai mengerjakan tugas. Matanya berhenti pada Raga, ia melihat Raga sedang menggambar dengan pensil warna yang mirip miliknya. Tanpa berpikir panjang dan dikuasai oleh emosi yang membar, bri berdiri menghampiri Raga yang sedang fokus mewarnai.

"Kembalikan pensil warnaku!" Bri berusaha merebut pensil itu namun ditahan oleh Raga yang heran.

"Ini punyaku." Seisi kelas terdiam saling menatap ke arah mereka. Sementara itu Bu Inez sedang keluar sebentar mengambil sesuatu dari ruang guru

"Itu punyaku. Dasar pencuri!" Dia menuduh Raga mencurinya di depan teman-teman sekelas.

Raga dengan kesal bangkit dari duduknya dan mendorong Bri. "Siapa yang kau bilang pencuri. Ini punyaku!" Bri yang yakin itu miliknya mencoba menggapai pensil air yang sedang dipeluk erat oleh Raga. Air mata menggenang dipelupuk matanya.

"Sudahlah kembalikan saja Raga," ucap Ica berusaha membela temannya.

"Iya kembalikan saja. Mengambil barang milik orang lain tidak baik," ucap seorang anak perempuan lain.

Raga merasa difitnah dan membela diri, tetapi teman-teman sudah terlanjur berpihak pada Nina. Raga dengan marah melempar pensil warna itu ke lantai dan kembali duduk sambil membenamkam kepalanya ke atas tangan yang dia lipat.

Ketika waktunya pulang Raga sudah tidak terlihat di manapun, Bri menunggunya di depan gerbang sekolah sekitar 30 menit tapi dia tak kunjung nampak. Akhirnya Bri memutuskan untuk pulang sendiri dengan berlari, dia benar-benar takut pulang sendiri.

Keesokan harinya, Bri kaget menemukan sekotak pensil warna terletak di atas mejanya. Dia mencari-cari di sekitar kelas berharap menemukan seseorang yang menaruhnya.

"Itu punya siapa Bri?" tanya Ica yang baru tiba.

"Tidak tau. Aku baru datang dan menemukan ini di atas meja," ucap Bri kebingungan.

"Briana dan Raga jangan pulang dulu ya. Ada yang mau ibu bicarakan." Sepulang sekolah Bu Inez memanggil Raga dan Bri ke ruang guru. Bri yang takut memegang ujung baju Raga yang sudah mencuat keluar dari celananya, Raga yang melihat hal itu segera menepis tangan Bri dan melemparkan pandangan tajam menusuk pada anak itu.

Ternyata Bu Inez menyadari pertengkaran antara Raga dan Bri. Bu Inez menjelaskan bahw pensil warna asli Bri dia temukan di bawah meja Bri sendiri, Bu Inez menyuruh Bri untuk segera minta maaf pada Raga karena telah menjafi korban fitnah.

Bri mengikuti Raga dari belakang, sesekali meliriknya takut kalau anak itu hilang dari pandangannya. Setelah mereka sampai rumah masing-masing Bri dengan ragu memanggil Raga, "Raga, maafkan aku ya." Raga memilih untuk tidak peduli dan berlalu begitu saja masuk ke dalam rumahnya. Meski Bri sudah meminta maaf, Raga masih merasa sakit hati karena sudah dianggap pencuri.

 

1
Siska Amelia
okayy update kok dikit dikit
lilacz
dari segi alur dan penulisan membuat aku tertarik
lilacz
jgnn lama-lama update part selanjutnya ya thor
Karangkuna: terima kasih untuk dukungannya :)
total 1 replies
ulfa
wah genre favorit aku, dan ceritanya tentang enemy to lovers. ditunggu next part ya kak. semangat /Smile/
Karangkuna: happy reading, terima kasih sudah mampir :)
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!