“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan, empat tahun kemudian, di sebuah klub malam Kota Froz, ia di pertemuan dengan seorang wartawan yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi empat tahun yang lalu, dan wartawan itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Dengan kamu pergi begitu saja apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Sempat Ingin Menyerah, Bahaya Saat Sedang Menunggu
Satu Minggu berlalu, Alea masih pada pendiriannya tidak akan kembali pulang, begitu juga dengan Abraham yang tetap menunggu wanita itu pulang dengan sendirinya tanpa ingin menjemput dan membujuknya. Tidak ada diskusi dari hati kehati antara Abraham dan Alea, untuk menyelesaikan masalah ini secara damai.
Selama itu juga, Abraham menunjukkan kemurkaan dan sakit hatinya atas ulah Alea. Dia tidak melampiaskan secara langsung pada wanita itu, tapi pada orang sekitarnya. Nyonya Kim, diserang dengan tagihan kartu kredit yang membengkak serta tagihan hutang pribadinya, selama ini Abraham yang membayar tagihan dan kebutuhannya hingga ia serasa di kejar malaikat pencabut nyawa, saat Lee, mengatakan 'Tuan Muda, tidak lagi membayar tagihan kartu kredit dan biaya hidup, Anda'
Axel, selain dikeluarkan dari perusahan Abraham, pemuda itu juga terjerat hukum, setelah perusahaan Abraham menuntutnya, atas tuduhan, melakukan penggelapan dana perusahaan.
Monica, juga terkena imbas dari masalah ini, ia dikeluarkan secara tidak hormat dan dengan alasan yang tidak jelas, dari stasiun TV tempatnya bekerja selama bertahun-tahun.
Andreas, ia masih menjadi incaran utama Abraham, pengacara itu kehilangan banyak Kliennya, hingga karirnya dipertaruhkan.
Alea benar-benar stres, ia bingung dan tidak menyangka akan separah ini. Alea tidak ingin melihat orang lain susah karena dirinya. Karena putus asa, Alea sempat berpikir untuk kembali pada lelaki itu. Besok, seharusnya jadi sidang perdana mereka. Alea ingin mengutarakan keinginan untuk berpisah di tempat itu, tapi karena Abraham mempersulit semuanya, sepertinya sidang itu tidak akan pernah terjadi.
****
Siang itu, cuaca kembali mendung setelah semalaman hujan turun sangat deras, udara pun sangat dingin sampai menebus ke tulang. Di Apartemen sederhananya, Alea tengah memakai pakaian hangat, ia akan pergi ke rumah Monica, ada sesuatu yang harus dibicarakan secara langsung.
"Nona, sebentar lagi turun hujan, Anda mau kemana?" Tanya petugas Apartemen, saat melihat Alea yang hendak pergi.
"Ke rumah, teman."
"Apa Anda membawa payung?"
"Aku tidak punya payung."
Penjaga Apartemen, dengan sigap mengambil benda dibalik meja dan memberikannya pada, Alea, benda itu payung berwarna kuning yang bertuliskan nama Apartemen tersebut, "Pakai ini, Nona."
Alea menerimanya dengan senang hati, "Terima kasih, pak. Saya akan segera mengembalikannya."
Tempat tinggal Monica tidak terlalu jauh dari Apartemen, tapi untuk pergi kesana Alea harus menggunakan bus kota. Sebelumnya ia mengirimkan pesan pada sahabatnya dan Monica meminta Alea menunggu di halte pemberhentian bus, 'aku akan menjemputmu, di sana."
15 menit setelahnya, Alea turun dari bus, dan saat itu rintik hujan sudah mulai membasahi bumi. Wanita ini berteduh di halte, menunggu Monica menjemput.
Halte bus... hujan....Alea jadi teringat dengan pertemuannya dan Abraham 11 tahun yang lalu, saat lelaki itu mengobati luka-lukanya. Itu kali pertama aku suka dan jatuh cinta padanya.
Alea termenung, ingatannya kembali ke masa lalu, masa-masa indah yang berubah sangat menyedihkan jika dikenang pada saat ini.
"Toloooo...! Toloooong..."
Lamunan Alea, sirna dengan suara orang yang meminta tolong. Alea bangun dari duduknya, mencari-cari sumber suara, karena rintik hujan yang semakin deras pandangnya sedikit tidak jelas. Tapi Alea bisa melihat dengan samar-samar, ada seorang wanita berbaju putih tengah di ganggu dengan dua orang lelaki. Wanita itu yang meminta tolong, wanita itu sendiri dia bersama seorang anak perempuan. Alea yang tidak bisa melihat orang kesusahan segera membuka payungnya dan berjalan kearah mereka, tapi Alea tidak terlalu dekat masih menjaga jarak untuk berhati-hati. Situasi di sana sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang melintas tapi mereka tidak sadar dengan teriakan wanita tadi.
"Hentikan!" Pekik Alea, melihat salah satu pria itu menarik-narik tas, si wanita.
Dua pria itu terkejut dan langsung beralih fokus pada Alea.
"Kakak, tolong kami...!" Teriak anak perempuan, mengulurkan tangannya pada Alea.
"Diam! Bocah kecil!" Sentak pria yang sepertinya perampok.
"Apa yang sedang kalian lakukan? Lepaskan mereka! Saya akan menelpon polisi," ancam Alea.
Melihat Alea yang bergetar, dua pria itu terbahak-bahak, "Polisi! Pikirkan dulu keselamatanmu, baru telpon posisi, hahaha...."
Alea yang sebenarnya ketakutan, mengeluarkan ponselnya dari tas. Tapi, pergerakan dari salah satu pria tadi sangat cepat, hingga ponsel itu dalam sekejap berpindah tangan, "Hahaha.... Nona, bagaimana caramu menelpon polisi," ejek pria itu dengan mengangkat tinggi-tinggi ponsel Alea yang ada di tangannya.
Alea yang kesal, spontan menendang pria itu. Namun hal ini semakin membuat pria itu marah, Alea yang menghabiskan masa kecil dengan perundungan, seketika takut luar biasa. Ingatan masa kecilnya yang buruk kembali terlintas. Alea mundur beberapa langkah, tapi pria itu malah mengeluarkan senjata tajam, "Berikan tasmu!" pintanya dengan menyodorkan sebilah belati.
"U.... untuk.....apa...?" Alea semakin ketakutan, sampai-sampai suaranya ikut bergetar.
"Sudah! Berikan saja, jangan banyak tanya!" masih dengan senjata tajamnya, lelaki itu merampas tas, Alea.
Alea masih berusaha mempertahankan barang miliknya sambil mengatakan, "Akan saya berikan, tapi lepaskan mereka!"
Lelaki itu melirik temannya, dan mendapatkan anggukkan.
"Ok!"
Alea yang berpikir ini kesepakatan yang sesungguhnya, merelakan tasnya di rampas.
Tapi setelah lelaki mendapatkan barang milik Alea, ia kembali menginginkan barang wanita tadi.
"Apa-apaan ini! Kalian sudah berjanji akan melepaskannya, kan!"
"Hanya orangnya, tapi tidak dengan barang bawaannya, hahaha...." Dua penjahat itu semakin puas mentertawakan Alea.
"Ini!" pria itu mendorong anak perempuan yang sejak tadi menangis, di hadapan Alea. Dengan sigap Alea langsung menangkap gadis kecil itu sebelum tersungkur.
"Kamu tidak apa-apa, jangan takut ya!" Alea yang menenangkan, padahal dia sendiri sangat ketakutan.
"Tolong! Jangan ambil!" ibu dari anak itu masih berusaha mempertahankan tasnya.
Kenapa tidak diberikan saja, aku pun merelakan barang ku, pikir Alea yang tidak tahu betapa berharganya barang yang ada didalam tas itu, bahkan si wanita bersedia mati, "Tolong! Bawa anak saya pergi! Cepat!" teriak si wanita pada Alea.
Dua pria yang kesal, memukul wanita tadi sampai membuatnya terjatuh dan barang bawaan wanita itu pun berhasil direbut. Alea langsung berlari untuk membantunya, tapi wanita itu lebih mengkhawatirkan tas yang di rebut, "Tolong selamatkan barang yang ada di sana!"
Alea bingung, tapi wanita itu terus merengek meminta tasnya kembali.
Dua pria yang berhasil dengan misinya, berjalan menuju Taksi tidak jauh dari sana, Alea yang reflek berlari, menghampiri Taksi itu dan terjadi sedikit perkelahian yang tidak sepadan tentunya.
........
4 jam setelah kejadian cukup menegangkan itu. Stasiun TV besar, memberitakan!
(Terjadi kecelakaan tunggal di jembatan Merpati, sebuah Taksi berwarna putih yang melaju dengan kecepatan tinggi terjun bebas setelah sebelumnya menabrak pembatas jembatan. Tim SAR sudah melakukan evakuasi, mengangkat Taksi tersebut, ada dua korban lelaki di dalam mobil dan keduanya meninggal dunia, namun Tim SAR, mengatakan, tidak hanya ada dua orang di dalam mobil ada satu korban lagi yang berjenis kelamin perempuan, yang memungkinkan tidak selamat. Tidak ditemukan jenazahnya, tapi kartu identitas dan barang pribadi milik wanita itu di dapatkan Tim SAR. Berikut Nama Korban yang diduga hilang terbawa arus)
Monica yang sejak 4 jam lalu cemas, khawatir. Terdiam seraya mata dan telinganya mendengar, menyaksikan berita di televisi.