Niat hati, merantau ke luar negeri untuk merubah nasib. Namun karena suatu kejadian, dua pemuda polos nan lugu itu malah terlibat dalam kehidupan asmara enam janda muda. Mampukah mereka lepas dari jeratan janda yang penuh pesona? Atau mereka terjerumus dalam larutnya dunia para janda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Enam Majikan Cantik
"Mereka siapa, Kak?" tanya salah satu dari wanita itu.
"Mereka yang akan jagain Binbin dan Zoe," jawab A moy sambil menunjuk ke arah Yoyo dan Tito, lalu A moy menatap kedua pria itu. "Ini juga majikan kalian. Kalian silakan saling kenalan. Mereka semua tinggal disini."
Tito dan Yoyo tertegun mendengarnya. Mereka seakan telah salah mendengar dengan apa yang di ucapkan A moy. Bagaimana bisa ada lima wanita cantik lainnya berada di dalam satu rumah yang sama? Apa mereka bersaudara? Mungkin saja, mereka adalah kakak beradik. Hati Tito dan Yoyo bertanya tanya.
"Binbin! Zoe!" seru salah satu dari lima wanita cantik yang baru datang.
"Iya, Mom," jawab keduanya dan jawaban itu membuat kaget Tiga pria yang ada disana. Bagaimana mungkin anak anak manggil dia mom juga? Tito dan Yoyo masih bertanya tanya dalam hatinya sambil memperhatikan dua bocah laki laki nan menggemaskan sedang berjalan mendekati wanita yang memanggilnya.
"Kalian lihat dua om itu?" ucap si wanita sambil menunjuk ke arah Tito dan Yoyo. Dua bocah itu memperhatikan kemana arah jari telunjuk. Mata mereka beradu pandang dengan dua pemuda yang memasang wajah tersenyum kepada mereka.
"Iya," jawab Binbin.
"Mereka nanti yang akan jagain Binbin dan Zoe kemanapun Binbin dan Zoe mau pergi," terang si wanita itu.
"Benarkah?" tanya Zoe dan si wanita memangangguk antusias. "Tapi kok wajahnya jelek?"
Semua mata yang ada disana, hampir membulat bersamaan begitu mendengar ucapan Zoe. Bahkan si wanita yang tadi memberi tahu, langsung membekap mulut Zoe.
"Nanti juga jadi tampan. Kan mereka baru datang, masih capek belum mandi," ucap salah satu wanita yang lainnya.
"Oh begitu? Apa mereka juga boleh diajak bermain?" tanya Zoe lagi.
"Tentu saja boleh."
"Ya sudah, aku mau main sama si Om itu."
"Eh nanti dulu. Nanti jika Binbin dan Zoe sudah istirahat siang. Lagian om itu juga belum mandi, masih jelek."
"Oh iya."
Semua yang ada di sana nampak tersenyum melihat kelucuan bocah laki laki itu. Bahkan ada yang sempat mencubit pipi gembul Zoe karena terlalu gemas.
"Yoyo, Tito! Kalian harus kenal sama mereka. Yang paling kanan namanya A Mey, lalu sebelahnya A ling, terus A shang, A win dan A zia" ucap A moy, kemudian dia memandang ke arah lima wanita. "A zia, panggilkan Bibi untuk menunjukkan kamar mereka."
"Baiklah," wanita bernama A zia itu segera bangkit dari duduknya dan beranjak keluar.
"Kak, sebaiknya penampilan keduanya di ubah deh. Masa pengawal kayak gitu penampilannya," ucap A shang sambil menelisik penampilan Tito dan Yoyo yang terlihat dekil dan kotor.
"Itu tugas kamu untuk merubah penampilan mereka. Bawa saja keduanya ke salon kita," balas A moy. Terlihat A shang nampak manggut manggut.
Tito dan Yoyo sendiri sedikit merasa tersinggung dengan ucapan wanita bernama A shang. Meski ucapan wanita itu benar, tapi apa harus berterus terang begitu? Membuat rasa percaya diri keduanya langsung terjun bebas di hadapan wanita cantik.
Bagi Tito dan Yoyo, hinaan seperti itu memang kerap sekali menghampiri mereka saat berada di kampung. Atas nama bercanda, keduanya memiliki nasib yang hampir sama, yaitu dicibir kaum wanita.
Karena penampilan yang terlalu apa adanya, keduanya sulit untuk menjalin kasih dengan wanita idaman mereka. Ditambah lagi mereka tidak punya uang. Mereka juga hanya memeliki sepeda. Meski wajah mereka tidak terlalu jelek, tapi kalau tidak ada dukungan uang ya percuma.
Bagaimana bisa mereka tidak bisa memiliki uang? Bisa saja, karena mereka kerjanya serabutan. Untuk mencari kerja dengan modal ijasah SMP sangat sulit. Penjaga toko saja minimal lulusan SMA. Kecuali jika ada orang dalam yang membantu. Itu saja kadang harus mengeluarkan sejumlah uang dahulu.
Kerja serabutan pun mereka jarang sekali mendapatkannya Jadi mereka jarang banget memegang uang. Maka dari itulah Yoyo dan Tito memutuskan pergi merantau ke negeri orang.
"Miss memanggil saya?" tanya seorang wanita yang baru masuk ke ruangan dimana Yoyo dan Tito berada.
"Antarkan mereka berdua ke kamarnya, Bi. Dan juga kasih tahu mereka, pekerjaan apa saja yang mereka kerjakan di rumah ini," balas A moy.
"Baik Miss," jawab si Bibi lalu dia mengajak Tito dan Yoyo." Ayo ikuti saya!"
"Baik!"
Kedua pemuda itu lantas berpamitan kepada Agen yang mengantar mereka. Tak lama setelahnya, sang agen undur diri kepada enam wanita yang ada di sana.
"Sepertinya mereka pria yang polos ya, Kak?"
"Benar, tapi lihat badannya. Tegap banget dan wajahnya nggak jelek jelek amat."
"Iya. lumayan buat mainan aku."
"Hahahah ..."
...@@@@@@...
semangat