HAPPY READING. . .
MENTARY SAFIRA PUTRI anak broken home yang lebih memilih untuk bekerja dari pada melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, gadis mandiri cantik dan pintar.
AXCEL PUTRA DEWANGGA seorang pengusaha muda yang sukses tapi tidak dengan pernikahannya karena harus kandas ditengah jalan, janji suci yang dinodai oleh sang istri dengan berselingkuh membuat AXCEL memutuskan untuk bercerai.
" Tar pilih duda apa perjaka." tanya Clara teman Tary.
" Nggak ada angin nggak ada ujan tiba-tiba nanya gituan waras lo."Jawaku.
" Lo tau nggak anak pemilik toko roti tempat kita kerja, ternyata oh ternyata duda mana ganteng banget lagi." ujar Clara senyum-senyum nggak jelas sambil meluk guling.
" Sinting kali nih anak senyum-senyum nggak jelas." gumam Tary sambil gelang-geleng kepala.
penasaran seganteng apa dudanya terus pantengin cerita aku yah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Revan Fernando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Axcel yang ternistakan
Pagi di meja makan, mereka sedang menikmati sarapan. Saat Axcel baru sampai di meja makan dan mendudukkan dirinya di samping anaknya ibunya pun berkata.
" Axcel, mama ingin menjodohkan kamu dengan perempuan yang mama kenal apa kamu mau." ucap mamanya tiba-tiba membuat Axcel tersedak.
Uhuuk . . . uhuuk . . .
" Mama apa-apaan sih masih pagi udah bahas perjodohan, lagian Axcel masih mau sendiri." jawab Axcel sedikit kesal.
" Apa kamu tidak kasian dengan anakmu, dia butuh bimbingan dari seorang ibu kamu jangan egois cuma mentingin diri kamu sendiri dan gak mikirin anak kamu." ucap ibunya panjang lebar.
" Udah-udah jangan pada berdebad dihadapan Zayan dia masih kecil gak tahu apa-apa." Lerai dewa pada anak dan istrinya.
" Lagian mama dulu yang mulai, kalau gitu aku berangkat kerja dulu." Tanpa menyelesaikan sapaannya terlebih dahulu.
" Sarapan kamu belum habis cel, habisin dulu." ucap dewa pada putranya.
" Udah kenyang pah." ujarnya, beranjak dari duduknya.
" boy papi berangkat kerja dulu ok." pamitnya kepada anaknya.
" Ok papi, papi hati-hati dijalan jangan ngebut- ngebut bawa mobilnya pi."ucap Zayan.
" Siap kapten." ucapnya memberi tanda hormat seperti seorang tentara.
" Ma, pah aku berkata dulu assalamualaikum." pamitnya lalu berjalan keluar.
" Waalaikumsalam." jawab kedua orang tuanya bersamaan.
" Mah, emang mama mau jodohin Axcel sama siapa lagi? kamu gak ada kapoknya terus-terusan jodohin anak sendiri lagian Zayan juga gak pernah mau deket dengan orang yang mau mama jodohin dengan Axcel." ujar sang suami.
" Ini tuh beda pah, Zayan udah deket sama dia bahkan panggilan Zayan ke dia mami jadi mama pengen jodohin Axcel sama dia." ucap istrinya.
" Jangan bilang perempuan yang waktu itu nolongin Zayan? Tebakan papa bener kan, apa perempuan itu juga mau dijodohin sama Axcel yang notabennya seorang duda anak satu?" tanya dewa pada istrinya.
" Mama udah bilang tapi, dia minta waktu seminggu buat berfikir." ujarnya.
" Oma hari ini jadi main ke Playground kan." ucap Zayan yang sudah menghabiskan sarapannya, sedari tadi dia Hanya memperhatikan orang-orang dewasa berbicara.
" Jadi dong, tapi nanti jam 10.00 ok, sekarang Zayan main dulu sama suster." ucap sang Oma pada cucunya.
" Ok Oma." Zayan pun beranjak dari kursinya untuk main bersama baby sister nya.
Sampainya di kantor dia menuju ruangannya dan mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya, ia langsung menyibukkan dirinya pada tumpukan berkas dihadapannya. Untuk mengalihkan pikirannya dari ucapan mamanya, tapi semakin ia berusaha keras untuk abai justru omongan sang mama terus berputar di kepalanya. Membuat pusing ia pun akhirnya meletakkan berkas yang sedang di periksa ke atas meja." Apa iya gue seegois itu sampai gak memikirkan perasaan anakku, apa iya gue harus coba buka hati gue buat terima perjodohan ini tapi apa iya Zayan bakalan mau nerima perempuan yang akan mama jodohkan ke gue." gumamnya pelan.
Tok. . .tok . . tok . .
Suara ketukan pintu menyadarkan Axcel dari lamunannya "Masuk."
" Ada apa lex."
" Ada beberapa berkas yang butuh tanda tanggan lo." ucap Alex meletakan berkas-berkas yang butuh tanda tanggan Axcel.
" Hmm taro aja dulu." jawabnya lesu.
" Lecek amat muka lo udah kaya cucian kotor aja ada masalah ?" tanya Alex penasaran.
" Biasa nyokap."
" Mau jodohin lo lagi, kali ini ama siapa?" tanya Alex.
" Gak tahu gue, bikin pusing aja lagian udah tahu cucunya selalu nolak buat deket sama perempuan yang mau dijodohin ke gue." dumelnya pelan.
Ha . .ha . . ha . .
Tawa Alex pun pecah melihat wajah frustrasi sahabat sekaligus atasannya. Axcel yang tidak tahan dengan tawa sahabatnya pun melempar Alex dengan pulpen,untung saja Alex sigap jadi pulpen itu tidak mendarat di kepalanya.Seperti saat kejadian Ciara yang Axcel lempar pulpen karena tidak sigap menghindar jadi mengenai kepala Ciara.
" Sialan lo, bukannya kasih solusi malah ngetawain."
" Ya udah sih terima aja, lagian kasian juga anak lo butuh figur seorang ibu." jawab Alex di sela-sela tawanya.
Saat mereka berdua sedang asik berbicara, tiba-tiba pintu ruangan Axcel di buka oleh seseorang. Dan masuklah dua orang yang tidak diundang menghampiri mereka berdua.
" Kalian berdua gak ada kerjaan apa gimana? masih pagi udah ke kantor gue aja,kalau lo pada lupa kantor gue bukan cafe buat kalian nongkrong." Ucapnya dengan nada sewot.
" Bos lo kenapa lex sewot banget? Udah kaya cewek lagi PMS." tanya derren ke Alex.
" Dapat mandat dari kanjeng mami buat kencan buta." Jawab Alex dan pecah lah tawa ketiga pria di ruangan Axcel, kecuali si pemilik ruangan yang masang wajah garangnya melihat ketiga sahabatnya tertawa terbahak bahak.
Ha. . . ha . . .ha .
" Udah bener lo milih sendiri dari kandidat yang gue kasih ke lo pas hari itu." ucap derren di sisa tawanya.
" Sialan lo pada, diem gak kalau gak mending pada pergi jangan buat gue makin pusing deh!" ujar Axcel dengan kesal.
" Gue panggilan Ciara nie." ucap Axcel tangannya terulur ke arah telfon diruanganya untuk menghubungi Ciara.
" Ok . .ok stop jangan panggil tuh cewek centil keruangan lo males gue ngeladenin tu cewek centil." ujar derren.
" Awas lo jangan kaya gitu nanti naksir lagi." ledek Alex.
" Amit . . .amit . Jangan sampe deh gue suka ama tuh cewek centil." jawab derren sambil mengetuk kepalanya lalu ke meja.
" cel adek lo kapan pulang?" tanya Hendra yang sedari tadi diam.
" Napa lo nanyain adek gue, masih naksir sama adek gue lo?" tanya Axcel.
" Hmm adek lo kenapa minta kuliah di bandung, padahal di jakarta juga banyak kampus yang bagus?" ucap Hendra.
" Kenapa gak lo tanya aja sendiri?" yang dijawab hanya dengan gedigan bahu.
Di tempat berbeda dengan suasana yang berbeda juga, Tary dan Clara menginjakkan kakinya di pusat perbelanjaan untuk menghilangkan penatnya bekerja. Hari ini adalah hari Sabtu dimana Tary dan Clara libur kerja, mereka berdua pun berjalan menuju lantai atas ke tempat permainan. Karena meraka berdua paling senang kalau libur kerja pergi ke pusat perbelanjaan buat main di time zone, disaat para perempuan lain jika libur kerja pasti menghabiskan waktunya untuk berbelanja atau nonton bioskop tapi beda dengan kedua orang ini mereka lebih senang menghabiskan waktunya untuk main di time zone. Saat mereka akan menaiki eskalator tiba-tiba terdengar teriakan anak kecil memanggil mereka berdua.
" Mami . . Tante cantik tungguin Zayan ." Zayan berlari dengan kaki mungilnya untuk menghampiri kedua orang itu dengan di buntuti oleh baby sisternya. Sedangkan mereka berdua pun urung menaiki eskalator dan berhenti untuk menunggu Zayan menghampirinya.
" Zayan jangan lari-larian sayang nanti kamu jatuh." ucap perempuan paru baya yang tak lain adalah Omanya.
" Kenapa harus lari-lari hmm." kata Tary dengan lembut.
" Zayan kangen sama mami, mami mau kemana kok gak ajak Zayan?" tanya bocah Gembul itu.
" Jadi cuma kangen sama mami aja nie, sama Tante gak kangen dong." ucap Clara pura-pura sedih.
" Zayan juga kangen Tante cantik kok, jadi Tante canti jangan sedih yah." jawabnya dengan muka polos.
" Ihh, gemesin banget sih anak siapa." ucap Clara sambil mencubit kedua pipinya dengan gemes.
" Kalian berdua disini juga? Pasti mau shoping yah?" tanya Oma bocah itu, ia fikir perempuan paling suka kalau libur kerja pasti shoping.
" Enggak kok Bu, kita mah mau seru-seruan aja di time zone buat ngilangin penat Bu!Kalau ibu pasti mau nganter Zayan main di Playground ?" jawab Clara.
" Iya dari kemaren dia minta ikut ketoko, tapi ibu takut ganggu kalian yang lagi pada kerja jadi saya janjiin mau ajak dia ke Playground buat main!" ucap Bu Nina sambil melirik ke arah Tary. Tary yang merasa dilirik pun menunduk merasa tidak enak hati kepada Bu Nina, karena penolakannya tempo hari.
" Oma, Zayan boleh main bareng mami dan Tante cantik gak?" tanya Zayan dengan tatapan polosnya.
" Boleh tapi jangan bikin repot mami sama Tante cantik ok." ujar Bu Nina.
" Ok Oma." ucapnya dengan antusias.
" Kalian berdua gak keberatan kan kalau cucu ibu ikut kalian?" tanyanya pada dua gadis dihadapannya.
" Enggak sama sekali Bu, kita malah senang main sama cucu ibu." jawab Clara.
" Kalau gitu les go!!" seru Clara dengan semangat. Mereka bertiga pun berjalan menaiki eskalator dengan menggandeng tangan Zayan yang berada di tengah.
Momen itu pun tak luput dari bidikan kamera ponsel milik Bu Nina. Bu Nina dan baby sister Zayan pun berjalan dibelakang mereka bertiga.
" mami nanti kita main capit boneka boleh?" tanya Zayan.
" Boleh nanti Zayan boleh main apapun yang Zayan inginkan." jawab Tary.
Sesampainya mereka di lantai atas tempat permainan, mereka pun menuju permainan yang mereka inginkan.
" Tar foto box yo, kayanya seru tuh! Zayan mau gak ikut Tante sama mami foto buat kenang-kenangan?" tanyanya pada bocah gembul yang nempel trus ke sahabatnya bak amplop ama prangko.
" Mau . . Mau . . Zayan mau Tante cantik." jawabnya antusias.
" Emang anak kecil gak bisa bohong yah Tar?" tanya Clara kepada Tary, sedangkan si empunya yang ditanya mengeryitkan dahinya bingun.
" Maksud lo." gak paham dong Tary.
" Ya itu yang Zayan bilang kalau gue cantik ya gak ya gak." sambil menarik turunkan alisnya kepada Tary.
" Anjir pd gila lo! Dah ah yok katanya mau foto." mereka bertiga pun menuju foto box, berbagai macam gaya mereka lakukan saat mereka melihat hasil jepretan foto itu pun lantas mereka tertawa terbahak-bahak karena ada beberapa foto yang sangat lucu.
Kebersamaan mereka selalu di abadikan oleh baby sister Zayan, atas perintah Bu Nina untuk dikirimkan ke anaknya.
Di sebuah kantor seorang pria yang sedari tadi terus jadi bahan Bullyan tiba-tiba melihat ponselnya yang terdapat pesan masuk dari sang mama, Axcel lalu membuka sebuah pesan berupa beberapa foto yang diambil secara diam-diam karena terlihat dari hasil bidikannya yang jelas terlihat bahwa orang yang difoto tidak melihat kekamera tapi sedang asik bermain dan bercanda. Perlahan sudut bibir Axcel pun menyunggingkan senyum kecil.
" Lo kenapa anjir senyum-senyum gak jelas liat hp dapet pesan dari siapa Lo." tanya derren yang kebetulan melihat Axcel senyum-senyum bak anak abg yang lagi kasmaran. lantas Hendra dan Alex pun melihat ke arah Axcel.
" Kepo lo, ngapa kalian bedua ngeliatin gue kaya gitu." deliknya ke arah dua sahabatnya.
" Gue mah takutnya otak lo rada geser, kan kasian Tante Nina kalau anaknya tiba-tiba otaknya geser gara-gara kelamaan menduda. Nanti siapa yang bakal mewarisi nie perusahan masa iya gue kan kalau gitu gue jadi enak." ucap Alex panjang lebar sambil nyengir.
" Sialan lo, mau gue pecat hah." kesabaran Axcel hari ini benar-benar di uji oleh ketiga sahabat laknatnya.
" Hallo ci keruangan gue sekarang." ujar Axcel saat sambungan telfon terhubung.
" Anjir lo mah, ngapain nyuruh tu cewek centil kesini." buru-buru derren beranjak dari kursinya mau ngumpet tapi belum sempet dia ngumpet, sekertaris Axcel udah keburu lihat derren.
" Ahh, ayang gue ada disini dateng kapan kok aku gak lihat kamu datengnya kapan?" tanya Ciara dengan heboh lalu menghampiri derren. Ciara tidak tahu kalau derren ada di ruangan bosnya karena saat derren dan Hendra dateng ia berada di ruangan HRD.
" Stop, disitu jangan deketin gue, lo mau gue lempar pake berkas ini hah." ujar derren ngeri sendiri ngeliat sekertaris sahabatnya yang terlalu centil.
" Ya ampun ayang jahat banget sih, aku kan kangen udah seminggu gak ketemu!" serunya.
" Itu lo yang kangen! Kalau gue mah ogah, sana lo jauh-jauh dari gue jangan deket-deket." usirnya.
" Jahat banget ayang hati adek potek Abang." kata Ciara mendramastir keadaan.
" Udah Lo tenang aja ci nanti juga lama-lama dia bakalan kesemsem ama lo." Ujar Axcel.
" Pait . . Pait . . pait, gua gak mau yah naksir cewek modelan kaya dia." tunjuknya pada Ciara, tanpa memikirkan perasaannya.
" Udah Udah, gue panggil lo kesini karena mau bilang hari ini batalin semua jadwal rapat dengan klayen gue mau keluar soalnya." ucap Axcel menggalihkan perdebatan antara derren dan Ciara, dia merasa kasian dengan Ciara walau bagai manapun Ciara adalah sahabatnya. Dia gak tega mendengar ucapan derren yang pedas kepada Ciara.
" Oh ok, kalau gak ada lagi yang mau di bahas gue keluar dulu." ucap Ciara menahan suaranya agar terlihat baik-baik saja.
" Hmm." balas Axcel dengan deheman.Lalu Ciara pun keluar dari ruangan Axcel.
" Ren, Lo bisa kali kalau ngomong sama Ciara jangan pedas-pedas kasian gue liatnya, hati-hati lo benci ama cinta bedanya tipis." ujar Axcel lalu berdiri untuk keluar dari ruangannya.
" Lagian sekertaris lo nya aja kecentilan." ujar derren tidak mau disalahkan.
" Terserah lo, gue cuma mengingatkan takutnya suatu saat lo suka ama dia tapi saat itu dia udah nyerah ama perasaannya ke lo, karena gak lo hargain sama sekali." ucap Axcel panjang lebar lalu melanjutkan langkahnya untuk keluar dari ruangannya.
DEG . .
Rasnya jantung derren seperti ada yang nyubit tapi dia berusaha abai dengan perasaan itu.
" Cel Lo mau kema?" tanya Hendra membuka suaranya.
" Nyusulin anak gue ke mall." Jawabnya.
" Gue ngikut kangen berat gue ama bocah gembul satu itu, udah lama juga gak ketemu dia." ujar Hendra mengikuti Axcel begitupun dengan kedua sahabatnya, mereka ikut mengekori Axcel.
" Serah lo pada, gue larang juga bakal tetep ngikut." jawab axcel.
Sepeninggalnya Axcel dan ketiga sahabatnya, Ciara langsung pergi menuju toilet didalam toilet ia pun meneteskan air matanya. Bohong kalau ia tidak sakit hati dengan ucapan derren, dia menyukai derren dari masih duduk di bangku SMA, dia dan keempat sabat Axcel adalah sahabat sejak kecil mereka berlima selalu bersama kemanapun mereka pergi. Puncaknya saat lulus kuliah mereka harus berpisah karena pekerjaan yang berbeda-beda, tapi walau terpisah karena pekerjaan mereka masih sering nongkrong bareng.
" Sadar cia lo tuh hanya anak seorang pembantu, gak selevel sama derren." ucapnya pada dirinya sendiri dihadapan cermin yang ada di toilet.
"Sakit tuhan, hatiku benar-benar sakit jika memang dia bukan jodohku tolong hapus rasa ini tuhan. Karena jatuh cinta sendirian itu menyakitkan." lanjutnya sambil terus terisak ia pun memukul dadanya pelan karena terasa sesak.
Sedikit cerita tentang Ciara, dia adalah anak asisten rumah tangga di keluarga Axcel. Dia ikut ibunya bekerja karena di kampung halamannya dia tidak ada yang menjaga, sebelumnya ia di kampung tinggal dengan ayahnya sejak usia 1 tahun karena ibunya bekerja di jakarta tapi saat usianya menginjak 5 tahun ayahnya meninggal dunia. Maka dari itu dia dibawa ke kota untuk ikut bekerja, karena alasan itu keluarga Axcel tidak tega jadi mengijinkan artnya bekerja membawa anaknya untuk tinggal di kediamannya. Ciara kerap membantu pekerjaan ibunya, karena kepintarannya dalam akademik sejak SMP ia mendapat beasiswa. Kuliah pun ia mengambil jalur beasiswa, saat masih kecil ia sering main bersama Cika dan Axcel, puncaknya saat Ciara usia 7 tahun kedua orang tua Axcel memasukkan ke sekolah yang sama dengan Axcel jadi dari sanalah Ciara yang selalu berdua dengan axcel bertemu derren dan kedua sahabatnya lantas mereka berlima bersahabat sampai sekarang tapi persahabatan antara laki-laki dan perempuan pasti salah satunya ada yang menyimpan rasa dan itu yang di rasakan Ciara awalnya dia memendam rasa itu tapi saat wisuda ia menunjukannya secara terang-terangan membuat derren tidak nyaman tapi Ciara tetap menunjukan ketertarikannya terhadap derren.