NovelToon NovelToon
Sabira

Sabira

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Putri asli/palsu
Popularitas:972.1k
Nilai: 4.8
Nama Author: devi oktavia_10

Terlahir dari keluarga berada dan putri bungsu satu satunya, tidak menjamin hidup Sabira Rajendra bahagia.

Justru gadis cantik yang berusia 18 th itu sangat di benci oleh keluarganya.

Karena sebelum kelahiran Sabira, keluarga Rajendra mempunyai anak angkat perempuan, yang sangat pintar mengambil hati keluarga Rajendra.

Sabira di usir oleh keluarganya karena kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.


Penasaran dengan kisah Sabira, yukkkk..... ikuti cerita nya..... 😁😁😁

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Cek lek...

Pintu kamar Sabira terbuka, bertepatan Devan sampai di depan kamar Sabira.

"Dek." panggil Devan dengan suara lembut.

Sabira tidak menyahut sama sekali dia hanya menatap Devan dalam diam.

"Bira mau kemana? " tanya Devan panik melihat penampilan Sabira.

"Bukan kah saya sudah kata kan, klau saya dan kelurga ini sudah tidak ada hubungan apa apa lagi, bearti saya harus angkat kaki dari rumah ini." ucap Sabira dingin.

Setiap kata kata yang keluar dari mulut Sabira, membuat Devan tergugu, adiknya benar benar ingin meninggalkan rumah ini.

"Dek, jangan begini. Jangan pergi, sayang. Tinggal lah diri rumah ini, kamu mau kemana klau keluar dari rumah ini." ucap Devan dengan suara lembut, dan terlihat dia mencemaskan sang adik.

"Buat apa saya tinggal di sini hmmm... Agar kalian bisa menyiksa saya setiap hari, apa kah kalian belum puas menyiksa saya." sinis Sabira.

Ucapan Sabira itu sangat menusuk relung hati Devan.

"Anda tidak usah sok perduli kepada saya, semua sudah terlambat, lakukan seperti yang anda lakukan selama ini, anda acuh tidak pernah menganggap saya ada, jadi teruskan lah itu, dan sekarang saya memang akan benar benar menghilang dalam hidup anda."

Devan menggelengkan kepalanya cepat, dia tidak ingin Sabira pergi dari rumah ini.

"Maaf kan abang dek, abang mohon maafkan abang, abang janji akan berubah, abang akan memperhatikan kamu mulai sekarang." mohon Devan.

Sabira hanya tersenyum remeh, mendengar kata kata abangnya.

"Bukan kah saya bilang, semua sudah terlambat, hati saya sudah terlanjur membatu, enak benar ya, luka batin dan luka fisik di bayar kata maaf, sungguh miris." sinis mata cantik Sabira itu menyiratkan banyak luka, sedih, kecewa, benci dan dendam.

Membuat Devan menatap mata itu merasakan penyesalan luar biasa di dalam lubuk hatinya.

"Abang akan cari bukti, klau kamu tidak bersalah." Devan kembali membujuk Sabira.

"Silahkan cari, setelah bukti itu kalian dapatkan, jangan pernah menyesal, karena penyesalan kalian sudah terlambat, saya tidak akan kembali ke dalam keluar sia kan ini lagi." ucap Sabira tegas.

Tanpa banyak kata dan membuang tenaga lagi, dia berjalan melewati Galang, dengan membawa tas ransel dan satu tas kecil di tangannya.

Gadis cantik itu, menahan sakit di punggungnya, karena punggungnya yang terluka, harus terhimpit oleh tas ransel.

*Kuat Bira tahan sedikit lagi.* gumam Sabira menyemangati dirinya.

Tap...

Tap...

Tap...

Langkah kaki Sabira sangat mantab keluar dari rumah itu.

"Bira, maaf kan papa." Pak Johan menarik tangan anak bungsunya, sungguh terlihat penyesalan teramat dalam di mata laki laki paruh baya itu.

Tapi Sabira tetap lah Sabira, luka hatinya yang sudah sangat dalam, tidak bisa lagi di sembuhkan, tatapan mata Sabira yang biasa lembut, kini berubah sangat dingin tak ada lagi senyum di bibir Sabira.

"Tidak perlu meminta maaf kepada saya, tuan. Wajar anda marah, karena ingin melindungi anak kesayangan anda, tapi cara anda salah, anda hanya mengambil kesimpulan dengan apa yang anda lihat, tidak anda cari bukti kesalahan terlebih dahulu, siapa yang salah siapa yang benar, di depan anda, korban menjadi tersangka, karena cinta anda terlalu buta untuk anak pungut anda." sinis Sabira.

Deg...

Perkataan Sabira itu menjelaskan, dia sangat terluka dan merasa dia selalu di salahkan olehnya, walau tidak di pungkiri apa yang di katakan Sabira itu memang benar adanya.

Karena selama ini dia termakan oleh aduan menyedihkan dari Aura, dia lansung marah kepada anak bungsunya, tanpa bertanya dulu apa sebenarnya yang terjadi.

"Bira, kamu mau kemana nak? " bu Karin pun tersentak kaget, ternyata ucapan Sabira tidak main main.

"Tentu saja saya mau pergi dari rumah ini, bukan kah tadi saya sudah katakan, klau kita sudah tidak memiliki hubungan darah lagi, darah yang sudah mengalir di tubuh saya tadi, sudah memutuskan hubungan darah kita." tegas Sabira tanpa ada keraguan.

"Bira! berhenti keras kepala, mau jadi apa loe di luar sana, dimana loe akan tinggal, apa loe tidak takut menjadi gelandangan di luar sana! " pekik Kaifan yang semakin kesal saja dengan kelakuan adik bungsunya itu.

Sabira terkekeh mendengar ucapan abang tertuanya itu.

"Hahaha.... Anda tidak perlu mengkhawatirkan saya, tuan. Mau jadi apa pun saya di luar sana, saya rasa itu bukan urusan anda, saya bukan anak pungut itu, yang harus takut tersingkir dari rumah dan nama Rajendra, karena bagi saya itu semua bukan apa apa, saya bisa hidup di luar sana dengan cara saya, tanpa harus menjatuhkan orang lain, dan saya bukan yang serakah dengan milik orang lain." sarkas Sabira menyindir Aura.

"Pergi lah! kita lihat, berapa lama loe bertahan di luar sana, paling dua hari loe sudah memohon untuk kembali kerumah ini, dan tiba saat itu, jangan harap pintu rumah ini terbuka untuk loe! " garang Kaifan.

"Tanpa anda usir pun saya akan keluar dari rumah ini, tidak usah khawatir, mau jadi gelandangan, mau tidak bisa makan di luar sana, saya tidak akan kembali kerumah itu, saya bukan orang yang suka menelan ludah sendiri." sinis Sabira.

Rasanya dada Kaifan sangat bergemuruh, ada rasa tidak rela adik bungsunya memilih keluar dari rumah ini, namun gengsi dan egonya sangat tinggi, dan dia terlalu terpengaruh oleh adik pungutnya itu.

Sabira hanya tersenyum sinis, dan melangkahkan kakinya.

"Klau loe mau keluar dari rumah ini, tinggalkan apa yang loe dapat di rumah ini! " sentak Kaifan hanya itu satu satunya untuk menahan sang adik, tanpa uang dari orang tuanya, mana mungkin Sabira mempunyai uang dan adiknya tidak akan pernah keluar dari rumah itu.

Seketika wajah penuh binar Aura, berubah masam, pasti Sabira akan mengurungkan niatnya untuk keluar dari rumah besar ini.

Sabira yang dapat melihat perubahan wajah Aura, dia hanya tersenyum sinis.

"Nggak usah cemas nona, gue nggak akan menarik kata kata gue, walau tanpa membawa uang sepersen pun dari sini." kekeh Sabira, mengeluarkan kantong kecil yang memang sudah dia siapkan tadi.

Tanpa banyak kata, Sabira mengangkat kantong itu tinggi tinggi.

"Ini lihat, saya pun tidak sudi membawa yang bukan milik saya, apa lagi yang memberikannya kepada saya tidak ikhlas, dan silahkan periksa berapa banyak uang itu saya pakai selama ini, bahkan sepersen pun tidak saya gunakan." isi dalam kantong itu lansung berserakan, ada uang cash ada dua ATM dan juga ada STNK motor yang keluar dari kantong itu.

"Silahkan ambil, saya tidak butuh." acuh Sabira, tanpa melihat kearah keluarganya, Sabira berlalu meninggalkan rumah besar itu dengan pasti.

Bu Karin lansung jatuh merosot, melihat anak perempuannya pergi tanpa ragu.

Pak Johan memukul dinding, dan berteriak, karena kesalahannya, dia harus kehilangan putrinya.

Kaifan, hanya bisa mengeram kesal, dia mengepalkan tangannya sampai buku buku tanganya berubah warna.

Devan mengejar sang adik yang tidak perduli dengan teriakannya, Sabira semakin mempercepat langkahnya.

Para pelayan dan pekerja lainnya melihat hal itu sangat sedih, walau selama ini mereka tidak terlalu dekat dengan nona mudanya itu, tapi nona mudanya tidak pernah berbuat kasar kepada mereka, tidak seperti Aura yang suka memerintah dan membentak mereka, dan sering mengancam akan memecat mereka, kalau perintahnya tidak di ikuti.

Hanya Aura yang sangat bahagia melihat kepergian Sabira, sungguh dia sangat bahagia, karena dia bisa menjadi nona muda satu satunya di rumah ini, dan bisa mengusai rumah ini seorang diri, ahhh... sungguh senangnya hati Aura.

Bersambung....

Haiii.... jangan lupa like komen dan vote ya.... 😘😘😘

1
Mamah dini
kemarin2 c devan ikutan marahin bira sekarang sayang sm Bira walau diam diam,kenapa GK tunjukin aja kalau kmu GK seperti c kaifan , devan , JDI kan c Bira TDK terlalu sedih karna masih ada yg sayang , takut banget sm c aura , apa istimewa nya sih .
Mamah dini
sabar Bira masa depanmu akan cemerlang dgn prestasimu , pasti semua keluargamu akan menyesal dn malu sm kmu ,
Mamah dini
kluarga yg salah ini MH GK patut di contoh, ihh amit2 anak pungut di ratukan anak sendiri jadi orang lain , suatu saat pasti kalian semua akan menyesal setelah tau siapa c aura , dn setelah Sabira sukses kalian akan malu sm Bira , semangat Bira.
Cherly_Lenda Akay
Luar biasa
Dewi Kecana Sulistyawarni
bikin mewek aja
ira rodi
bukannya sahira sdh panggil mama yah sama mamnya bagsa...kan waktu acara fahri tu...sdh panggil mama...kok sekarang tante sih...
Lily Formosa Lily
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Siera Arisanty
makin kesini, kirain nama sekolah akan berubah kembali menjadi sekolah harapan,,eeh jdx tarakan, knp gak skalian sekolah ratapan siih 🙄🙄
Siera Arisanty
yayayyaa tuti wati ntar² siapa lg,, biasa klo typo paling kebalik ato salah 1 huruf yp ini othor doyan gonta ganti nama 😄😄
Siera Arisanty
aduh thor,,typox kebangetan,, papax Bira di awal2 nama Rusdi trus siapa lg, trus johan 😄😄
"littel_flow"
suka
Lily Formosa Lily
kalo q mungkin GK bisa
Lily Formosa Lily
rasain tu
Anaknya Baba: coba baca novel Poppen kak, siapa tahu sesuai selera kakak.
total 1 replies
Lily Formosa Lily
🤣🤣🤣🤣🤣
Lily Formosa Lily
diiihh dasar anak pungut gak sdar diri
Lily Formosa Lily
jahat bnget kmu aura.udah ank pungut GK Sadar diri
Nanik Rusmini
sah sah saja walau khayalan ...ha ha ha 😂😂😂
Nanik Rusmini
Buruk
Nanik Rusmini
thor yg benar Devan atau daren sih...jadi bingung nih
Fitriana Muflihatul Afidah
asas pemaksaan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!