Arvania tidak menyangka jika pernikahan yang ia impikan selama ini menjadi pernikahan yang penuh dengan air mata.
Siksaan demi siksaan ia terima dari suaminya. Namun bodohnya Vania yang selalu bertahan dengan pernikahan ini.
Hingga suatu hari Vania tidak mampu lagi untuk bertahan, ia memilih untuk pergi meninggalkan Gavin.
Lalu bagaimana dengan Gavin yang telah menyadari perasaan cintanya untuk Vania setelah kepergiannya?
Akankah Gavin menemukan Vania dan hidup bahagia?
Ataukah Gavin akan berakhir dengan penyesalannya?
Ikuti kisahnya di
Pada Akhirnya Aku Menyerah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengetahui Alasannya
Hari ini Gavin ada pertemuan penting dengan client. Ia sedang mencari kemeja putih kesayangannya di almari namun tidak ada.
" Vania... Vania." Teriak Gavin.
Tidak ada sahutan dari Vania membuat Gavin geram.
Gavin turun ke bawah mencari Vania di dapur. Ia menatap tajam Vania yang sedang memasak.
" Vania." Bentak Gavin membuat Vania berjingkrak kaget.
" Iya Mas." Vania membalikkan badannya.
" Aku memanggilmu sampai berteriak, apa kau tidak mendengarnya hah!" Gavin kembali membentak Vania.
" Maaf Mas aku sedang menggoreng ikan jadi tidak mendengarnya." Ucap Vania.
Vania mematikan kompornya lalu mendekati Gavin.
" Bau amis sekali, jorok kamu!" Gavin menutup hidungnya membuat Vania mundur.
" Apa yang kau butuhkan Mas?" Tanya Vania.
" Baju putih kesayanganku! Yang ada logo perusahaan ku di bagian dada sebelah kanan." Ucap Gavin.
Vania menundukkan kepalanya.
" Ma... Maaf Mas!" Ucap Vania gugup.
" Maaf? Maaf untuk apa?" Gavin mendekati Vania.
" Ba.. Baju itu... " Tubuh Vania merasa gemetar, ia takut untuk mengatakan yang sebenarnya.
" Kenapa dengan baju itu hah!" Gavin menarik rambut Vania hingga membuat Vania mendongak.
" Baju itu kelunturan celana hitammu yang baru."
" Apa? Bagaimana bisa hah? Aku kan sudah bilang kalau celana itu akan luntur saat pertama kali di cuci, kenapa kau tidak memisahkannya hah, kau benar benar bego', bagaimana kau bisa seceroboh ini hah!" Gavin semakin kasar menarik rambut Vania membuat Vania meringis kesakitan.
" Ah sakit Mas." Vania menahan rambutnya.
" Kau harus di beri pelajaran!" Gavin menarik rambut Vania menuju kamarnya.
" Mas lepaskan rambutku! Sakit Mas." Rintih Vania.
Gavin tidak mempedulikannya.
Brak...
Gavin mendorong kasar tubuh Vania hingga terpentok almari.
" Awh." Rintih Vania.
Gavin masuk ke kamar mandi mengisi bathup hingga penuh. Setelah itu ia kembali menarik Vania masuk ke kamar mandi.
Tanpa belas kasihan Gavin mendorong kepala Vania ke dalam bathup hingga wajahnya terbenam di dalam air. Hal itu membuat Vania sulit bernafas.
" Mpt... Mpt.. "
Di rasa Vania mulai kehabisan nafas, Gavin menarik kembali kepala Vania. Begitu berulang ulang sampai pada akhirnya tubuh Vania lemas.
Vania tidak sadarkan diri membuat Gavin sedikit ketakutan.
" Vania.. Vania." Gavin menepuk pipi Vania.
Vania tidak bergeming.
" Vania bangun! Kau tidak boleh mati Vania! Aku belum puas menyiksamu, bangun aku bilang!" Gavin terus menepuk pipi Vania.
" Uhuk.... Uhuk.... " Vania terbatuk. Ia menatap Gavin lalu mengembangkan senyumannya.
" Aku tidak pa pa Mas." Sahut Vania.
Gavin pergi meninggalkannya dengan perasaan kacau.
" Sial! Hampir saja aku membunuhnya, aku tidak akan membiarkan dia mati dengan mudah, niatku membuatnya gila bukan membuatnya mati." Gavin keluar kamarnya. Ia berangkat ke kantornya.
Sandia yang sedari tadi hanya berani mengintainya memberanikan diri masuk ke dalam kamar Gavin. Ia berdiri di depan pintu kamar mandi menatap iba Vania yang sedang duduk menekuk kedua lututnya.
" Hiks... Ya Tuhan... Hal buruk apa lagi yang akan aku dapatkan setelah ini? Nyawaku hampir saja melayang karena perbuatan Mas Gavin. Aku berusaha memberikannya cinta namun justru aku mendapatkan siksaan ini, berikan aku kekuatan dalam menghadapi ujianmu ya Rob, jangan biarkan aku menyerah sebelum aku berhasil membuat Mas Gavin menyayangiku hiks.. Aku ingin mempertahankan pernikahan ini, karena bagiku menikah hanya sekali seumur hidupku... Apa sebenarnya kesalahan yang aku lakukan padanya? Setiap aku menanyakannya dia tidak pernah mau memberitahu alasannya, berikan petunjuk kepada hamba agar hamba bisa mempertimbangkan keputusan, haruskah aku bertahan atau menyerah." Vania mengusap air matanya.
" Aku akan membantumu mencari tahu alasan kak Gavin melakukan semua ini Kak, setelah kau tahu alasannya aku harap kau bisa mengambil keputusan dengan benar." Batin Sandia mengusap air mata di sudut matanya.
Sandia keluar dari kamar Gavin. Ingin sekali ia menghampiri Vania dan membantunya, namun Sandia tidak mau membuat Vania terus berbohong kepadanya. Vania pasti akan menutupi kesalahan Gavin darinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malam hari Gavin baru saja pulang dari kantornya. Ia masuk ke dalam kamarnya menatap Vania yang sudah tertidur di ranjangnya. Sekilas bayangan nyonya Ratna melintas di pikirannya membuat emosinya memuncak.
Gavin menghampiri Vania lalu menarik selimutnya.
Glek...
Gavin menelan kasar salivanya saat melihat paha Vania yang terekspos karena dress nya menyingkap ke atas.
Vania yang kaget langsung duduk menatap Gavin.
" Mas kamu sudah pulang?" Tanya Vania.
Tanpa membuang waktu Gavin segera melepas semua pakaiannya. Vania beringsut mundur, ia takut Gavin akan memperlakukannya dengan kasar lagi.
Akibat perbuatan Gavin semalam saja masih menyisakan ruam di beberapa bagian tubuhnya.
Gavin mendorong tubuh Vania lalu menindihnya, ia mencium kasar bibir Vania dengan penuh nafsu. Tangannya ia gunakan untuk membuka pakaian Vania hingga keduanya sama sama polos.
Gavin menggagahi Vania dengan kasar seperti sebelum sebelumnya. Entah mengapa tubuh Vania menjadi candu untuknya. Ia tidak rela melepas tubuh Vania begitu saja. Rasanya ingin lagi, lagi dan lagi.
Setelah puas mencapai klimaksnya, Gavin segera masuk ke kamar mandi membersihkan keringat yang menempel di tubuhnya. Vania menutup tubuhnya dengan selimutnya.
" Aku istrimu Mas, bagaimana pun perlakuanmu aku ikhlas menerimanya, aku tidak akan menyimpan kebencian untuk dirimu, surgaku ada pada ridhomu." Monolog Vania.
Setelah Gavin keluar dari kamar mandi, sekarang gantian Vania yang mandi.
Gavin keluar kamarnya menuju kamar Sandia.
Tok tok...
" Masuk!" Sahut Sandia dari dalam.
Ceklek...
Gavin masuk ke kamar Sandia tanpa menutup pintunya kembali.
" Kak Gavin, ada apa?" Sandia duduk nersila di atas ranjang sambil menatapnya.
" Apa kau mengadukan sesuatu pada Leon?" Tanya Gavin.
" Tidak! Emangnya apa yang bisa aku adukan padanya Kak?" Sandia balik bertanya.
" Soal sikapku kepada Vania, kakak merasa dia tahu tentang apa yang aku lakukan pada Vania sehingga dia bersikeras ingin membuat Vania menjadi miliknya." Ujar Gavin.
" Maafkan aku kak! Aku memang meminta bantuan kak Leon untuk membebaskan kak Vania dari rumah ini, dua hari aku melihat kekejammu padanya aku sudah tidak kuat, apalagi jika aku harus melihatnya selama bertahun-tahun, aku tidak bisa membayangkan jika rasa hormat ini akan menjadi kebencian untukmu." Ujar Sandia dalam hati.
" Kak, kenapa kau memperlakukan kak Vania seperti itu? Bukankah Kakak menikahinya karena Kakak mencintainya?" Selidik Sandia.
Sandia tahu jika di depan kamarnya ada Vania, ia bisa melihat bayangan Vania berdiri di sana.
" Tidak! Aku sama sekali tidak mencintainya." Sahut Gavin.
" Perlu kau tahu Sandia, Kakak menikahinya karena Kakak ingin membalas dendam Kakak kepada nyonya Ratna, dialah yang bertanggung jawab atas keadaan mama sayang, mama menjadi seperti sekarang ini karena perbuatan wanita itu yang telah merebut papa kita, selama ini hidup mama sangat menderita, papa tidak pernah mempedulikan mama lagi sejak berhubungan dengan wanita ular itu, kita masih kecil, masih butuh biaya banyak namun papa meninggalkan kita tanpa uang sepersen pun, bahkan papa mengusir kita dari rumahnya di saat hari turun hujan... Mama menjadi stress karena memikirkan semua itu Sandia... Hingga mama berakhir di dalam rumah sakit jiwa itu." Gavin mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
" Dan saat ini aku ingin putri dari wanita ular itu merasakan apa yang mama kita rasakan, aku akan menyiksanya dan terus menyiksanya hingga membuatnya menjadi gila, lalu aku akan mengirimkannya ke rumah sakit jiwa menggantikan mama." Ucap Gavin.
" Tapi kak Vania tidak bersalah Kak, dia tidak tahu apa apa, kalau itu kesalahan ibunya harusnya Kakak hancurkan saja ibunya, kau buat dia menjadi gila seperti mama, jangan kau membalasnya kepada Kak Vania, Kak Vania orang baik Kak, dia terlihat sangat menyayangi kita, walaupun aku baru mengenalnya, tapi cinta yang dia berikan seperti cinta mama kepada kita, sorot matanya sama dengan sorot mata mama yang tidak pernah memancarkan kebencian Kak, aku harap Kakak bisa mengerti itu." Ucap Sandia panjang lebar.
" Kau tidak perlu memikirkan akan hal itu! Sekarang tidurlah! Maaf Kakak telah mengganggumu." Gavin keluar dari kamar Sandia.
Vania merapatkan tubuhnya di balik pintu agar tak terlihat oleh Gavin. Air matanya menetes begitu saja.
Ia menuju dapur melanjutkan niatnya untuk mengambil minum. Di sana ia duduk termenung menatap ke depan.
" Ternyata mama orang yang jahat, dia menghancurkan hidup orang lain demi kesenangannya sendiri, aku tidak pernah menyangka jika mama tega melakukan ini, ma.. Karena perbuatanmu aku yang harus menanggung akibatnya, jika menyiksaku dan membuatku gila bisa membuatmu bahagia dan bisa mengembalikan keadaan ibumu seperti semula, aku siap menerimanya Mas." Monolog Vania.
Vania terlalu baik, hatinya terlalu lembut membuatnya seperti orang bodoh saja. Jika orang lain, pasti dia akan meninggalkan Gavin. Namun Vania memilih untuk bertahan mengikis kebencian Gavin kepadanya. Besar harapannya jika Gavin akan berubah menyayanginya suatu saat nanti.
TBC....
Jangan lupa untuk like koment vote dan 🌹nya ya...
Terima kasih untuk readers yang selalu mensuport author, semoga sehat selalu...
Miss U All....
maaf aku skip aja soalnya menurutku balasan Vania ke gavin gak sebanding sama siksaan Gavin ke Vania soalnya Vania sudah sakit fisik dan mental kalau orang normal paling sudah gila berhubung ini novel ya maha ciptaan author
tapi q coba mau mampir cerita author yang lain
Semoga sukses trus buat author jangan liat yang comen yang buruk buruk" tetep semangat bikin cerita buat para penggemar authornya semangattt /Pray//Pray//Pray/