Kerajaan Avaris yang dipimpin oleh Raja Darius telah menjadi kekuatan besar di benua Estherya. Namun, ancaman datang dari Kekaisaran Zorath yang dipimpin oleh Kaisar Ignatius, seorang jenderal yang haus kekuasaan. Di tengah konflik ini, seorang prajurit muda bernama Kael, yang berasal dari desa terpencil, mendapati dirinya terjebak di antara intrik politik dan peperangan besar. Dengan bakat taktisnya yang luar biasa, Kael perlahan naik pangkat, tetapi ia harus menghadapi dilema moral: apakah kemenangan layak dicapai dengan cara apa pun?
Novel ini akan memuat konflik epik, strategi perang yang mendetail, dan dinamika karakter yang mendalam. Setiap bab akan menghadirkan pertempuran sengit, perencanaan taktis, serta perkembangan karakter yang realistis dan emosional.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekuatan yang Terungkap
Bab 33: Kekuatan yang Terungkap
Kael berdiri di depan altar batu hitam, merasa seperti seluruh dunia berputar di sekitarnya. Tangannya masih terulur, terhubung dengan batu yang berkilau itu. Suara dalam kepalanya semakin keras, bergetar seolah-olah ada makhluk yang berusaha berbicara langsung ke dalam jiwanya. "Kegelapan yang lebih tua," suara itu berbisik, dan Kael merasa seluruh tubuhnya menggetar. "Kamu belum siap, Kael. Kekuatan ini tidak bisa dihindari."
Dengan cepat, Kael menarik tangannya dari batu itu, berusaha mengendalikan perasaannya yang semakin kacau. Sebuah gelombang energi gelap meluap dari batu tersebut, melesat keluar dan menyelimuti seluruh ruangan. Aria dan anggota tim lainnya segera berlari menuju Kael, namun mereka terhenti di depan cahaya yang memancar dari batu itu.
"Apa yang terjadi, Kael?" tanya Aria dengan cemas. Wajahnya menunjukkan rasa khawatir yang mendalam. Dia bisa merasakan energi yang sangat kuat—terlalu kuat untuk mereka hadapi saat ini.
Kael memandang Aria dengan tatapan kosong. "Aku... aku tidak tahu," jawabnya dengan suara bergetar. "Tapi ini lebih dari sekadar ancaman yang kita hadapi sebelumnya. Ini jauh lebih besar."
Anggota tim lainnya, yang telah berdiri di belakang mereka, mulai merasakan dampak dari energi yang luar biasa ini. Zian, yang merupakan seorang ahli sihir, merasakan gelombang sihir yang sangat kuat, jauh melampaui yang bisa dia kendalikan. "Kita harus pergi," katanya dengan tegas, menatap Kael. "Ini bukan tempat yang aman. Kekuatan yang ada di sini bisa menghancurkan kita."
Namun, Kael tetap berdiri, terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Tidak, Zian. Kita tidak bisa mundur. Kita sudah berada di sini, dan kita harus menemukan jawaban. Dunia ini bergantung pada kita."
Zian menghela napas dalam keraguan. Meskipun dia memahami tekad Kael, dia juga tahu bahwa setiap langkah mereka semakin membawa mereka ke dalam kegelapan yang lebih dalam. "Jika itu yang kau inginkan, Kael," katanya, "kami akan mendukungmu. Tapi ingat, kita tidak tahu apa yang akan terjadi."
Dengan penuh tekad, Kael melangkah maju lagi, mengabaikan ancaman yang berputar di sekitar mereka. Batu hitam di atas altar itu kini terasa lebih hidup, berdenyut dengan energi yang begitu kuat, seolah-olah menunggu untuk dibangkitkan. Kael tahu bahwa dia tidak bisa hanya berdiam diri. Mereka telah sampai sejauh ini, dan mereka harus melanjutkan perjalanan mereka meskipun apa pun yang akan terjadi.
Tiba-tiba, tanpa peringatan, Kael merasakan sebuah tarikan kuat yang menariknya ke dalam batu itu. Dalam sekejap, Kael merasa tubuhnya terhisap ke dalam dimensi yang berbeda, sebuah ruang gelap yang tidak dapat dijelaskan. Seluruh tim Kael terpisah, dan Kael merasa sendirian, terperangkap dalam ruang tanpa batas.
Suara yang tadi berbisik dalam pikirannya kini semakin jelas. "Kamu telah memilih jalan yang sulit, Kael," suara itu berkata, semakin mendalam dan berat. "Kekuatan ini akan membebaskan duniamu, tetapi dengan harga yang sangat tinggi. Apakah kamu siap untuk membayar harga itu?"
Kael berusaha mencari tahu dari mana suara itu berasal, tetapi tidak ada yang terlihat. "Siapa kamu?" Kael bertanya, suaranya penuh dengan ketegangan.
Suara itu tertawa, namun tawa itu terasa kosong dan tidak manusiawi. "Aku adalah Kegelapan yang lebih tua. Yang melahirkan segala hal. Yang menguasai segala sesuatu. Dan kamu, Kael, adalah alat yang akan membantuku untuk mengembalikan keseimbangan."
Kael merasa tubuhnya gemetar, dan meskipun dia berusaha untuk tetap teguh, rasa takut mulai menyusup dalam dirinya. "Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan dunia ini," katanya dengan suara lantang, berusaha mempertahankan kendali atas dirinya.
Namun, suara itu hanya tertawa lebih keras. "Kamu tidak mengerti, Kael. Kegelapan ini sudah ada sejak awal waktu. Kamu hanya bertindak sebagai pion dalam permainan yang lebih besar. Apakah kamu benar-benar pikir kamu bisa melawannya?"
Kael merasa energi yang menyelimuti dirinya semakin menguat, seolah-olah seluruh dunia hendak menelan dirinya hidup-hidup. Namun, dalam kegelapan yang melanda, sesuatu dalam dirinya—sesuatu yang lebih dalam dari sekadar rasa takut—mulai bangkit. Sebuah dorongan untuk bertahan. Sebuah tekad yang lebih kuat dari ancaman yang menghadangnya.
"Jika itu jalan yang harus aku tempuh, maka aku akan melawan," kata Kael dengan suara penuh keyakinan.
Tiba-tiba, kekuatan itu terasa lebih nyata, lebih terasa di sekitar Kael. Sebuah cahaya muncul dari dalam dirinya, berkilau dengan warna yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Kael merasa kekuatan yang dia miliki—kekuatan yang awalnya terasa seperti beban—sekarang mulai berpadu dengan kekuatan kegelapan itu, menjadi sesuatu yang lebih besar, lebih kuat. Dia tidak tahu bagaimana itu terjadi, tetapi dia tahu bahwa ini adalah jalan yang harus dia ambil.
Ketika cahaya itu meledak, Kael merasakan seolah-olah dunia sekitarnya hancur dan tercabik. Dalam sekejap, dia dibawa keluar dari dimensi gelap itu dan kembali ke dunia yang lebih nyata. Namun, sesuatu telah berubah dalam dirinya. Kael merasa lebih kuat dari sebelumnya, namun pada saat yang sama, dia juga merasa lebih terhubung dengan kegelapan itu—sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan.
Dia kembali ke tempat di mana timnya seharusnya berada, hanya untuk menemukan bahwa mereka semua terjatuh dalam keadaan pingsan. Dengan tergesa-gesa, Kael memeriksa mereka satu per satu, memastikan bahwa mereka masih hidup. Beruntung, semuanya dalam keadaan baik-baik saja, meskipun mereka tampak kelelahan dan terkejut oleh apa yang baru saja terjadi.
Aria, yang pertama kali sadar, menatap Kael dengan ekspresi bingung dan khawatir. "Apa yang terjadi, Kael? Kami... kami tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Tapi... kamu tampak berbeda."
Kael hanya menghela napas dan menatap ke depan, merasa berat hati. "Aku tidak tahu, Aria. Tapi kita harus terus maju. Dunia ini masih penuh ancaman, dan kita harus siap menghadapi apa pun yang datang."
Namun, di dalam hati Kael, dia tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Kegelapan yang lebih tua mungkin telah terungkap, tetapi jalan yang harus dia tempuh kini lebih gelap daripada sebelumnya.