Citra adalah seorang gadis culun yang dijodohkan oleh kakeknya pada pria tampan dan kaya raya.
Dan dia juga sengaja menyembunyikan identitasnya pada semua keluarganya, tidak terkecuali pada suaminya sendiri.
Karena dia ingin melihat, apakah suaminya benar-benar mencintainya atau tidak.
Apakah Citra dan Rifki bisa bersama lagi? setelah Citra mengetahui kalau Rifki dan Syasi sudah punya anak.
Sedangkan Syasi adalah adik tirinya Citra sendiri.
Bagaimana kisahnya? yuk intip terus perjalanan kisah cinta antara Rifki dan Citra di Rahasia Menantu Culun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riski iki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Menantu Culun Bab 5
Dua bulan kemudian
Keadaan Citra sudah mulai membaik. Namun sekarang dia sudah tidak tinggal lagi bersama dengan Rifki. Dan Citra juga sudah mengubah penampilannya, dia tak lagi memakai kacamata besarnya.
Dua bulan terakhir, Citra juga sangat rutin mengunjungi salon kecantikan, wajahnya yzang dulu buluk dan burik kini sudah berubah sangat cantik dan glowing karena hampir setiap dua kali dalam seminggu dia selalu rutin melakukan perawatan.
Di depan cermin Citra terus saja memandangi pantulan wajahnya yang semakin hari semakin tambah bersinar.
"Bagaimana penampilanku Robin? apa menurutmu Rifki masih mengenali diriku?" tanya Citra sambil berdiri dari tempat duduknya.
Robin memperhatikan penampilan Citra dari ujung kaki sampai ujung rambut.
" Benar-benar sempurna, aku rasa Rifki ataupun adikmu Syasi tidak akan mengenali dirimu," jawab Robin.
Citra yang mendengar Robin menyebut nama Syasi, kemarahannya langsung membuncah, kemudian dia menatap Robin dengan tatapan yang sulit diartikan. Lalu dia berjalan dengan sangat anggun menuju Robin.
" Robin, jika kau menyebut sekali lagi nama wanita itu di hadapanku, maka jangan salahkan aku memecat dirimu detik itu juga," ancam Citra pada sahabat sekaligus sekretaris pribadinya itu.
" B-baik," jawab Robin. Lalu dia tersenyum karena merasa Citra yang dulu dia kenal sudah kembali lagi.
" Ayo kita pergi, aku tidak ingin terlambat datang ke kantor," ucap Citra. Kemudian dia meraih tasnya yang berada di atas meja rias.
Di Perusahaan Pratama Group
Tampak semua karyawan dan karyawati sedang membicarakan pergantian CEO yang baru. Dan mereka juga baru tau bahwa pemimpin mereka Robin, jabatannya telah di geser ke posisi semula.
Tidak lama kemudian sebuah mobil sport limited edition berhenti di depan kantor itu, Robin lalu keluar dan membukakan pintu mobil untuk Citra.
Kini wanita cantik nan seksi itupun keluar dari dalam mobil, dan berjalan anggun melewati semua para karyawan, karyawati yang sedang menatapnya dengan penuh kekaguman.
" Wah...CEO kita yang baru cantik banget, kalau seperti ini aku akan betah lembur setiap hari," ucap salah karyawan.
" Diamlah, jangan berisik, kalau sampai di dengar oleh Tuan Robin bisa dipecat kamu nanti, mau…!" ucap temannya terdengar seperti ancaman.
" T-tidak," ucapnya dengan sangat cepat. Lalu dia melonggarkan dasinya, karena dia merasa cukup sesak mendengar ucapan salah satu temannya.
Citra terus berjalan menuju ruangannya, tanpa mempedulikan ocehan para karyawan, karyawati itu.
Di ruangan Citra
Citra duduk di atas kursi kebesarannya, sambil menatap beberapa tumpukan berkas yang harus selesai dia tanda-tangani hari ini juga.
Namun, saat ia ingin menandatangani berkas yang untuk kesekian kalinya, seketika bola matanya membulat sempurna.
" Bagaskara Grup."
Citra seketika menelpon Robin dan meminta untuk segera datang ke ruangannya.
Tidak lama kemudian, terdengarlah suara seseorang mengetuk pintu dan itu adalah Robin.
" Masuk," ucap Citra dari dalam.
Robin pun masuk, kemudian duduk di atas kursi yang berhadapan dengan Citra.
" Ada apa Nona Citra?" tanya Robin.
Citra menyunggingkan senyuman tipis, kala mendengar Robin memanggil dirinya dengan sebutan Nona.
" Kau jangan memanggilku Nona, itu terlalu formal. Panggil saja nama ku sendiri, aku merasa sangat lucu mendengarnya," ucap Citra.
" B-baiklah Citra," jawab Robin.
Kemudian Citra mengambil map berwarna biru dan meletakkannya di depan Robin. Robin pun memeriksa map itu dan tertulis nama perusahaan Bagaskara di bagian atas.
" Apa yang ingin kau tanyakan mengenai map ini?" tanya Robin. Yang mengerti dengan isi pemikiran Citra saat ini. Lalu dia membolak-balik halaman demi halaman.
Citra berdiri dari kursi kebesarannya, lalu dia mendekat kearah Robin.
" Sejak kapan map ini berada di atas meja," tanya Citra.
Robin berpikir sejenak sambil mengetuk-ngetukan jari telunjuknya di kening, hingga beberapa menit berlalu, tapi Robin belum juga mengingatnya.
Sedangkan Citra, dia terus saja mondar-mandir tak karuan di depan Robin.
Lima menit kemudian
Akhirnya Robin pun mengingatnya, kalau proposal itu dikirim oleh perusahaan Bagaskara sekitar Enam bulan yang lalu.
" Enam bulan," ucap Citra dengan sedikit berteriak.
" Iya Enam bulan, saat itu aku ingin mengatakannya padamu, apa kau setuju atau tidak bekerja sama dengan perusahaan itu? tapi kau sangat sulit dihubungi jadi aku biarkan saja," ujar Robi dengan enteng.
Citra menggelengkan kepalanya, tapi tak dapat di pungkiri bahwa sebenarnya dia merasa cukup senang.
"Baiklah, atur jadwal pertemuan ku dengan direktur perusahaan itu," ucap Citra.
Robin mengangguk, sambil melirik jarum jam yang berada di pergelangan tangannya.
" Citra, sebentar lagi kita akan mengadakan pertemuan di ruang meeting untuk membahas pembangunan Hotel kita yang berada di Bali."
" Hm…!" jawab Citra singkat.
Setelah mengingatkan Citra, kemudian Robin pamit undur diri.
Kini tinggallah Citra seorang diri di dalam ruangannya, kemudian dia merenung. Ia tidak tau apa yang dilakukannya sekarang sudah benar atau tidak? mengingat adiknya Syasi sudah mempunyai anak dengan suaminya Rifki.
Namun, sepertinya balas dendam lebih mendominasi pikiran Citra saat ini, jadi dia memutuskan untuk tidak mundur lagi, mengingat apa yang dilakukan oleh adik tirinya Syasi sudah sangat keterlaluan.
Cukup lama Citra merenung, hingga dia baru menyadari kalau sebentar lagi rapat akan di laksanakan. Citra pun mulai memperbaiki penampilannya sebelum dia keluar dari dalam ruangannya.
Sedangkan di ruang meeting, tampak Robin mempersiapkan segalanya, sebelum para kolega bisnis mereka datang.
Tidak berselang lama, para kolega bisnis Citra pun telah tiba, dan Robin yang sedang berada di ruang meeting menyambut mereka semua dengan ramah.
Dalam waktu yang bersamaan, Citra pun keluar dari dalam ruangannya. Lalu dia berjalan anggun menuju ruang meeting.
Tanpa mengetuk pintu, Citra terus saja berjalan melenggak-lenggok dengan anggun memasuki ruang meeting. Hingga membuat para kaum adam yang melihat kecantikan Citra bahkan sampai meneteskan air liurnya.
"Benar-benar cantik. Apakah dia adalah CEO yang baru," tanya salah kolega bisnis Citra pada Robin, tanpa mengalihkan pandangannya sama sekali dari Citra.
"Iya Tuan Angga. Dia adalah CEO yang baru," jawab Robin.
"Apakah dia sudah menikah atau tidak?" tanya Angga.
Namun, Robin tidak menjawab pertanyaan Angga, lalu dia berdiri dari tempat duduknya, kemudian dia menarik kursi dan mempersilahkan Citra untuk duduk.
"Terima kasih Robin," ucap Citra, lalu dia duduk di kursi kebesarannya sambil menatap wajah semua para kolega bisnisnya dengan tatapan dingin.
Sedangkan Angga Ia cukup kesal pada Robin, karena Robin telah mengacuhkan pertanyaannya. Namun walaupun begitu baginya tidak masalah sama sekali. Sebab, masih ada waktu untuk menanyakan hal itu pada Citra setelah selesai meeting.
Angga terus saja menatap Citra, bahkan bola matanya tidak berkedip sama sekali, hingga membuat Citra merasa cukup risih dengan tatapan Angga padanya.
Namun walaupun begitu, Citra berusaha tetap tenang dan proporsional.
aneh
hnya dlm novel perempuan itu bego dlm cinta.tp dlm nyata perempuan itu rooaarrr