Janda hanyalah statusku.
Nadira Ayu, seorang gadis muda yang berparas cantik. Tak pernah terbayangkan oleh Nadira, jika dirinya akan menjadi seorang istri diusianya yang masih begitu muda.
Lika liku serta permasalahan dalam hidupnya seolah telah berhasil membuatnya terlempar dari keluarganya sendiri. Hingga pada suatu hari, dengan tanpa sengaja, dirinya dipertemukan dengan seorang gadis kecil yang begitu cantik.
Dan alangkah terkejutnya Nadira, saat gadis kecil itu menginginkannya untuk menjadi sang mommy baginya. Namun sayang, daddy dari gadis kecil itu memandang dirinya dengan sebelah mata hanya karena ia berstatus sebagai seorang janda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Bunda Dila
Selamat Membaca
🌿🌿🌿🌿🌿
" Alvin, ini ayah nak ". Seru Dani lagi dengan perasaan harunya.
" Ayah ". Pekik Alvin.
Dengan tanpa memikirkan apa - apa lagi, Alvin pun langsung membalikkan tubuhnya, hingga...
Grep... Alvin pun memeluk sang ayah Dani, sosok ayah yang selama ini sangat ia rindukan dan ia nantikan kehadirannya.
" Ayah, Alpin lindu setali dengan ayah ". Seru si kecil Alvin dengan tanpa melepas rengkuhan tubuh mungilnya dari tubuh besar sang ayah.
" Cup... ayah juga sangat merindukanmu nak, sangat merindukanmu ". Sahut Dani dengan perasaan harunya.
Akhirnya setelah sekian lama, dirinya bisa memeluk tubuh putra kandungnya, putra kandung yang sudah ia tinggalkan disaat masih berusia tujuh hari.
Jika sepasang anak dan ayah itu masih begitu haru akan pertemuan mereka, begitupun dengan sosok wanita muda yang saat ini masih berdiri di dekat Dani dan Alvin. Bahkan, ia lebih merasa terharu dari yang dirasakan oleh Dani.
Ia masih menatap wajah mungil Alvin dengan perasaan bahagia dan juga rindu yang tiada terkira. Bagaimana tidak, setelah tiga tahun lamanya, akhirnya ia bisa memandang secara langsung sosok mungil yang selama ini hanya bisa ia dengar suaranya.
Hatinya begitu sangat merindukan sosok mungil ini. Ingin rasanya ia memeluk dan menciumnya saat ini, namun dirinya tak memeiliki keberanian untuk melakukan itu.
Hingga, sosok mungil yang dipandangnya itu juga memandang ke arahnya. Dengan masih tak melepas pelukannya dari sang ayah, Alvin menatap pada sosok wanita dewasa yang saat ini tengah berdiri tegak yang juga menatapnya.
" Ayah, tante ini siapa? ". Tanya Alvin tiba - tiba.
Sontak Dani pun mulai tersadar dari keterharuannya. Dengan perlahan pria bertubuh kekar itupun mulai melepas rengkuhannya dari tubuh mungil sang putra.
" Ayah, tante ini siapa?, tok tante ini beldili telus? ". Tanya Alvin lagi karena itulah yang ia lihat dari sosok wanita dewasa ini.
Dani pun tersenyum pada putra mungilnya. Mungkin, inilah saatnya bagi Dani untuk memperkenalkan siapa sebenarnya sosok wanita yang ditanyakan oleh putranya.
Dani pun lalu mulai membawa tubuh mungil putranya itu ke dalam rengkuhannya sebelum akhirnya ia pun berdiri sejajar dengan sosok wanitanya ini.
" Alvin, benar Alvin ingin tahu siapa dia? ". Seru Dani yang ingin memastikan keinginan putranya.
" Iya ayah, Alpin benal ingin tahu ". Sahut Alvin mantap.
" Nak, kenalkan, wanita ini bundanya Alvin, bunda Diana ". Sahut Dani pada akhirnya.
Deg...
Bak mendapat hantaman yang begitu dahsyat di dadanya. Nadira yang semenjak awal menyaksikan interaksi antara Alvin dan juga ayahnya, begitu sangat terkejut, bahkan dadanya terasa begitu sesak. Nadira terdiam membeku di tempat. Ia masih begitu atas pernyataan suaminya Dani yang mengatakan jika wanita itu adalah ibu dari putranya.
Sebenarnya apa maksud dari pernyataan suaminya itu?, apakah maksudnya jika wanita yang sudah suaminya bawa itu adalah ibu kandung dari putranya?.
Dan apakah itu artinya, wanita inilah teman dari suaminya?, namun jika memang benar dia adalah temannya, lalu apa arti dari genggaman tangannya pada wanita itu, dan geganggaman itu sangatlah tak biasa, apakah seperti itu sikap memperlakukan seorang teman?.
" Iya sayang, dia adalah bunda nya Alvin, bunda Diana ". Sahut Dani lagi agar putranya mengerti.
Mendengar jawaban dari sang ayah, mendadak Alvin langsung berubah mood. Bocah kecil yang awalnya merasa sangat senang karena bisa bertemu dengan ayahnya, kini mendadak merasa tak suka. Hatinya tak senang, setelah ayahnya mengatakan jika wanita ini adalah bindanya.
" Ayo sayang, Alvin coba peluk bunda dulu ya ". Seru Dani.
" Tidak ". Tolak Alvin tiba - tiba, dan bocah kecil itupun langsung melingkarkan kedua tangan mungilnya di lehernya ayahnya sebagai tanda penolakan.
" Sayang, kenapa Alvin tidak mau?, bunda Diana orang baik sayang, dia bundanya Alvin ". Serunya lagi.
" Tidak, bundanya Alpin hanya bunda Dila, tidak ada bunda lain, hanya bunda Dila ". Sahut Alvin telak.
Mendengar jawaban atas penolakan Alvin, telah berhasil membuat hati wanita yang bernama Diana itu menjadi sakit. Bagaimana tidak, sosok Alvin yang selama ini sudah sangat ia rindukan, dan berharap bisa memeluknya, malah menolaknya secara mentah - mentah. Hati ibu yang mana yang tak sakit ketika anaknya sendiri malah menolaknya.
Ya, ibu, Diana adalah ibu kandung Alvin. Sosok wanita yang sudah tiga tahun yang lalu telah melahirkan Alvin ke dunia ini, namun sayang, karena suatu keadaan yang tak memungkinkan, membuatnya tak bisa merawat dan membesarkan putranya Alvin.
" Sayang, cobalah tatap bunda Diana, bunda Diana ini orang baik sayang, bunda Diana sayang dengan Alvin ". Seru Dani dengan mengelus punggung mungil putranya agar ia bisa mengerti.
Dengan masih berada dalam gendongan ayahnya, Alvin mulai melepas rengkuhan kedua tangan mungilnya itu dari leher sang ayah, lalu bocah kecil itu menatap bunda Diana yang ayahnya kenalkan.
" Ayah, jangan suluh Alpin panggil bunda sama dia, Alpin mau panggil tante saja, talna bunda nya Alpin hanya bunda Dila, tidak ada bunda yang lain ". Jelas Alvin, rupanya bocah kecil itu tak ingin memanggil bunda pada siapapun selain hanya pada bunda Nadira.
Nadira yang mendengar pengakuan dari putranya Alvin merasa begitu sangat terharu. Ternyata Alvin putranya begitu sangat mencintainya sebagai seorang ibu, sehingga Alvin pun sampai tak mau memanggil bunda pada siapapun.
Sementara Diana, ibu kandung dari Alvin malah merasakan perasaan sebaliknya. Ia justru merasa sangat sakit ketika putranya tak mau mengakuinya sebagai ibunya, apalagi memanggilnya dengan panggilan seorang anak pada ibunya.
" Alvin, kenapa Alvin tak mau memanggil bunda sayang?, bunda Diana itu sama seperti bunda Dira nak, Alvin bisa menganggap bunda Diana sama seperti Alvin menganggap bunda Dira ". Jelas Dani.
" Tidak mau ayah, ayah jangan masa, Alpin tidak mau panggil bunda, Alpin maunya panggil tante ". Tolak Alvin keras, bahkan bocah itu sampai menggeleng.
Dani masih akan memberikan pengertian lagi pada anaknya, ia ingin mengeluarkan suaranya lagi, namun disaat hendak ingin bersuara, Diana langsung memegang lengan kiri Dani sebagai isyarat jika Dani tak boleh mengucapkan kalimat apapun lagi.
" Mas, sudahlah, jangan dipaksakan, ini semua masih terlalu awal untuk Alvin, masih banyak waktu agar Alvin bisa menerima kenyataan ini, kita beri pengertian padanya secara perlahan ". Ujar Diana pada akhirnya setelah cukup lama wanita itu diam.
" Baiklah ". Sahut Dani pasrah.
Dada Nadira terasa begitu bergemuruh. Rasa haru yang baru saja ia rasakan karena pernyataan putranya, kini seketika hilang bagai habis ditelan karena mendapat tamparan yang begitu keras. Rasa haru yang Nadira rasakan seketika enyah setelah wanita yang bernama Diana ini menyematkan panggilan untuk suaminya.
" Mas?, wanita ini memanggil kak Dani dengan panggilan mas?, apa maksudnya dia memanggil seperti itu? ". Batin Nadira tak percaya.
" Baiklah Alvin sayang, Alvin boleh panggil bunda Diana dengan panggilan tante ". Putus Diana pada akhirnya.
Alvin lalu memeluk kembali ayahnya, ia akan menyandarkan kepala mungilnya lagi di bahu lebar sang ayah, namun saat hendak akan melakukannya, tanpa sengaja tatapannya malah melihat bundanya yang masih berdiri di dekat pintu.
" Bunda ". Seru Alvin.
" Iya sayang ". Sahut Nadira, lalu tak lama dari itupun Nadira mencoba mendekati putranya, ia tahu jika disaat seperti ini pasti putranya ingin dekat dengannya.
Dan benar saja, Alvin pun mulai merosot kan tubuh mungilnya dari sang ayah, ia ingin turun dari gendongan ayahnya.
" Alvin mau turun? ". Tanya Dani.
" Alpin mau te bunda ayah ". Sahut bocah kecil itu dan akhirnya benar - benar terlepas dari gendongan ayahnya.
" Bunda ". Seru Alvin setelah berada di dekat bundanya, lalu bocah kecil itupun langsung merentangkan kedua tangan mungilnya sebagai pertanda jika dirinya ingin segera di gendong.
" Baiklah sayangnya bunda ". Sahut Nadira, lalu ia pun segera merengkuh tubuh mungil putranya itu dan membawanya dalam gendongannya.
" Bunda ". Seru Alvin lagi dengan memeluk erat bundanya.
" Iya ada apa sayang? ". Sahut Nadira lembut.
" Alpin tidak mau panggil tante itu dengan panggilan bunda, bundanya Alpin tan hanya bunda Dila ". Adu Alvin.
Nadira wanita cantik itu, mengelus punggung mungil putranya agar merasa lebih tenang.
" Sayang, bukannya bagus kalau Alvin memanggil bunda pada bunda Diana, dan itu artinya Alvin punya dua bunda yang akan sangat menyayangi Alvin ". Seru Nadira lembut.
Nadira ingin agar putranya memanggil Diana dengan panggilan bunda, karena Dira sudah bisa menyimpulkan dan sangat yakin jika wanita yang bernama Diana ini adalah benar ibu kandung dari putranya.
Alvin tak menyahut kalimat bundanya. Ia sudah lelah dan tak ingin memanggil bunda pada siapapun selain hanya pada bunda Dira nya.
Sedangkan Diana, ibu kandung Alvin saat ini merasa senang sekaligus merasa miris dalam waktu yang bersamaan.
" Nadira, jadi kamulah wanita berhati malaikat yang sudah bersedia dan tulus mau menerima dan merawat putraku... heh, bahkan putraku lebih nyaman saat bersama denganmu ". Batin Diana tersenyum miris.
" Ya sudah kak Dani, mbak Diana, lebih baik kita duduk dulu, Dira akan menyiapkan minuman dan makanan untuk kalian ". Seru Dira dengan setenang mungkin.
Sebenarnya masih banyak hal yang ingin Nadira tanyakan pada suaminya, dan itu tentang semuanya. Namun tak mungkin ia lakukan saat ini, mengingat di tengah - tengah mereka masih ada Alvin.
Dan Nadira sendiri pun sudah memutuskan untuk bertanya nanti malam saja disaat putranya sudah terlelap.
*****
Malam hari pun sudah cukup lama menyelimuti. Dan waktu pun sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
Si mungil Alvin sudah terlelap mengarungi alam mimpinya yang indah. Dua orang asisten rumah tangga di rumah itupun juga sudah kembali ke tempat peristirahatan nya masing - masing, kecuali pak Dian sang security yang sedang bertugas dan akan segera usai pada pukul sepuluh malam ini.
Dan kini, tepatnya di kamar Dani, tengah berada tiga insan anak manusia di dalamnya, termasuk salah satu diantaranya adalah Dani sendiri.
Momen inipun juga sudah ditunggu oleh Nadira semenjak dari tadi pagi. Namun, masih ada hal yang membuat Nadira tak mengerti dengan situasi ini.
" Kak, ada yang ingin Dira bicarakan dengan kak Dani, dan untunglah jika kakak mau bicara juga Dira ". Ucap Dira dengan berusaha bersikap setenang mungkin, apalagi di dekatnya saat ini sedang ada Diana.
" Kamu ingin bicara?, sama, akupun juga ingin bicara, tapi sebelum itu, aku ingin kamu memberikan mu sesuatu ". Sahut Dani dengan suara datarnya.
Lalu Dani pun mulai menyodorkan sebuah map berwarna biru yang ada di sampingnya ke hadapan Nadira, entah apa itu isinya.
" Ini apa kak? ". Sahut Nadira yang nampak bingung.
" Bukalah map itu dan baca isinya ". Jelas Dani tanpa basa - basi.
Nadira pun menurut saja, ia mengikuti apa yang disuruh oleh Dani suaminya. Nadira pun mulai membaca isi dari lembar tertulis yang ada di dalamnya. Dengan hati - hati ia membaca setiap kata demi kata yang tertera di sana hingga...
Deg...
Bersambung..........
Hai kakak - kakak, author kembali update, semangat membaca.
🙏🙏🙏🙏🙏❤❤❤❤❤
🌿🌿🌿🌿🌿