Selalu disakiti dan tidak diperlakukan tidak adil oleh suaminya membuat Ella berniat membalas dendam kepada suami dan madunya.
Ella, wanita mandiri berusia 25 tahun yang merasakan sakit dipoligami. Menjadi istri yang baik, penurut dan juga mandiri tidak membuat sang suami Zico bersyukur memilikinya.
Bagi Zico. Ella hanyalah wanita parasit bagi hubungannya dengan istri kedua. Ella adalah pengganggu.
Tidak seperti Zico. Ella justru tulus menjalani pernikahan poligami itu. Ella berusaha bertahan walau sakit hati yang terus dia terima. Terkesan bodoh memang. Tapi kedatangan seorang pria di kehidupan Ella mengubah semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda manik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Ella dan Ester kini menikmati waktu berdua di sebuah kafe dekat rumah kontrakan Ester. Posisi mereka sama sama menghadap ke pintu masuk. Setiap pelanggan yang keluar masuk kafe tidak luput dari pantauan mereka terutama kaum Adam. Niat mereka untuk mencari angin segar berhasil. Bukan hanya angin segar yang mereka dapatkan. Mereka juga bisa bergembira menghilangkan masalah hati.
"Kalau yang itu bagaimana?" tunjuk Ella kepada pria tinggi yang baru masuk ke dalam kafe.
"Itu terlalu tinggi untuk ukuran tinggi badan kita. Kita mungil sebaiknya mencari pacar yang tidak terlalu tinggi," kata Ester sambil memperbaiki cara duduknya dan merapikan rambutnya. Ella mendengus kesal. Dari cara Ester berbanding terbalik dari perkataannya. Sikap Ester seperti menebar pesona tetapi mulut berkata lain.
"Dasar munafik," sungut Ella sambil memukul lengan Ester. Ester tertawa keras untuk mengundang perhatian. Ella semakin kesal. Hampir semua mata menoleh kepada mereka termasuk pria tinggi yang baru masuk tadi.
"Lihat tubuhnya Ella. Tegap dan tinggi. Aku sangat yakin jika dibalik kemejanya itu ada roti sobek yang enak dipandang dan dinikmati," kata Ester pelan dan matanya masih mengarah kepada pria tegap itu. Si pria tinggi itu duduk tidak jauh dari mereka. Pria tinggi itu duduk sendiri dan terlihat sibuk dengan ponselnya.
"Tau ah. Cara kamu bicara seperti sudah pengalaman saja. Padahal cantik cantik begini. Tapi satupun pria tidak ada yang menyatakan cinta kepadamu," kata Ella yang langsung mendapat dorongan di lengannya.
"Jangan sok laris kamu. Kita berdua sama sama jomblo akut," jawab Ester. Semua teman kantor mereka memang tidak mengetahui jika Ella sudah menikah. Ella menyembunyikan statusnya atas permintaan Zico. Ella terpaksa menurut.
Sebagai wanita yang ingin berbahagia, Ella sebenarnya ingin status pernikahan dengan Zico diketahui semua pihak. Tapi itu dulu di awal pernikahan dan sebelum mempunyai madu. Tetapi setelah kehadiran istri kedua dari suaminya. Ella semakin tidak ingin lagi untuk mempublikasikan pernikahannya. Saat ini, yang diinginkan Ella adalah bercerai secara rahasia seperti pernikahannya yang rahasia.
"Itu dulu. Tapi mulai malam ini. Aku akan berusaha keras untuk mencari pria yang baik, yang mencintaiku dan menerima apa adanya. Aku ingin mengucapkan selamat tinggal kepada status jomblo akut," jawab Ella bersemangat. Mata kedua sahabat itu kembali menoleh ke pintu masuk ketika seorang pria kembali masuk.
"Itu bagaimana?" tanya Ella lagi.
"Itu saja sama kamu. Aku sama pria tinggi itu saja," jawab Ester sambil terkekeh. Ester seenaknya memilih pasangan untuk mereka berdua dan memilih pria yang lebih baik dari segi penampilan untuk dirinya. Ella cemberut. Pria yang baru masuk itu sudah terlihat agak tua sedikit. Tubuhnya juga tidak setinggi pria tinggi tadi dan kepala depannya sudah botak.
"Dia pasti sudah beristri dodol," sungut Ella kesal.
"Bisa saja sudah duda dodol Garut," jawab Ester lagi. Ella semakin cemberut. Jika benar laki laki seperti itu yang akan bersedia menjadi kekasihnya berarti apa yang dikatakan oleh Karina benar. Padahal Ella sudah mengikrarkan janji untuk mencari pria melebihi Zico dari segi manapun. Harusnya seperti pria tinggi itu yang harus menjadi pengganti Zico. Pria itu jauh lebih tampan daripada Zico. Dan dari penampilannya pria itu seperti pria berduit banyak.
"Sudah ah. Jadi malas," jawab Ella. Dua sahabat itu tertawa terbahak-bahak menyadari kekonyolan mereka. Mereka kembali menjadi bahan perhatian. Termasuk dari pria tinggi yang menjadi rebutan Ella dan Ester. Hal itu dimanfaatkan Ester dengan baik. Ester melambaikan tangannya malu malu ke arah pria itu. Ella memukul tangan Ester yang seperti wanita penggoda di matanya.
"Jangan konyol Ter, Kita terlihat murahan seperti itu."
"Tenang saja. Tujuan kita kemari kan untuk mencari pria tajir. Kalau hanya kita hanya diam tanpa bertindak sama saja dengan minum seperti biasanya. Kita di rumah saja kalau begitu. Ini hanya membuang duit namanya," kata Ester sambil menyenggol bahu Ella. Pria tinggi itu terlihat beranjak dari duduknya kemudian mengangkut gelasnya. Ella dan Ester memperhatikan langkah pria itu yang mendekati meja mereka.
Pria tinggi itu meletakkan gelasnya di atas meja yang sama dengan meja Ella dan Ester. Dua sahabat itu saling berpandangan. Mata mereka beralih ke pria tinggi yang sedang menarik bangku dan duduk berhadapan dengan mereka.
"Hai girls. Kenalkan aku Alan. Kalian berdua siapa namanya," tanya pria itu yang ternyata bernama Alan. Alan mengulurkan tangannya ke arah Ester.
"Ester." Mereka berdua bersalaman. Kemudian Alan mengulurkan tangannya ke Ella.
"Ella," jawab Ella.
Ella dan Ester terdiam. Mereka berdua bukan tipe wanita yang berteman dengan laki laki. Apalagi laki laki asing yang duduk di hadapan mereka. Di kantor saja mereka berbicara formal dengan rekan kerja pria apalagi dengan pria asing yang duduk di hadapan mereka berdua.
Ester gugup. Dia tidak seberani tadi yang tertawa kencang dan melambaikan tangan ke arah Alan.
"Kalian tidak membawa pasangan kemari?" tanya Alan. Ester dan Ella saling berpandangan. Kedatangan mereka justru mencari calon pasangan plus mencari angin segar. Diantara meja meja yang ada hanya meja mereka dan meja Alan sebelumnya yang tidak berpasangan.
"Kami justru kemari untuk mencari calon pasangan," jawab Ester jujur. Jawaban itu mendapat tendangan dari Ella di tulang kering kakinya. Ester menunduk sambil meringis.
Alan terkekeh. Dia memperhatikan penampilan dua wanita yang terlihat sangat sopan. Jawaban Ester seperti jawaban wanita nakal. Tetapi penampilan mereka dan cara berbicara mereka tidak menunjukkan jika mereka wanita nakal.
"Dengan arti lain. Kalian mencari pacar begitu?" tanya Alan. Ester mengangguk. Sedangkan Ella dia menunduk. Walau tadi dia mengajak Ester untuk nongkrong mencari pacar di kafe ini. Ella tidak bisa mengiyakan pertanyaan Akan. Sebagai istri, dia merasa jika tingkahnya ini adalah salah. Tapi Zico yang memaksa dirinya untuk mencari pengganti suami.
"Sama donk. Berarti kita bertiga satu tujuan," kata Alan. Ester merasa mendapatkan durian runtuh mendengarkan jawaban Alan. Tapi kemudian dia terdiam menyadari sikap senangnya yang berlebihan.
"Temanku ini hanya menemani aku Alan. Dia sudah mempunyai pacar super tajir," kata Ester. Dia memberikan sinyal kepada Alan jika hanya dirinya lah yang mencari pacar. Ella kembali menendang tulang kering milik Ester tapi kali ini tidak sesakit yang pertama tadi.
"Sialan," desis Ella pelan.
"Apa? kamu menyebut namaku?" tanya Alan kepada Ella. Ella menggelengkan kepalanya dan bingung mendapat pertanyaan itu.
"Tapi aku tadi mendengar kamu menyebut namaku," kata Alan sangat yakin.
"Tidak. Kamu salah dengar," kata Ella. Alan memperhatikan wajah Ella dengan seksama.
"Sepertinya, aku pernah melihat kamu. Tapi dimana ya?" kata Alan sambil mengingat dimana dirinya bertemu dengan Ella.
"Lihat dimana. Ayo diingat," kata Ester semangat. Jika Ella dan Ester pernah bertemu sebelumnya. Hal itu bisa dimanfaatkan untuk mendekatkan diri kepada Alan.
"Kalian kerja di Cakrawala grup ya?" tanya Alan. Ella dan Ester mengangguk bersama.
"Pantas saja. Aku pernah melihat kalian berdua di sana. Kita bekerja di perusahaan yang sama. Aku bekerja di perusahaan cakrawala grup lainnya. Perusahaan tempat aku bagian perkebunan kelapa sawit," kata Alan.
"Ya ampun. Ternyata kita mengabdi di perusahaan yang sama. Di perkebunan. Kamu sudah dapat posisi yang aman nampaknya," kata Ester. Alan tersenyum.
"Masih di posisi manajer Ester."
"Wow. Keren," pekik Ester. Sementara Ella menatap Alan. Dari segi kriteria yang diinginkan untuk menjadi pengganti Zico. Pria di depannya sangat cocok menjadi pasangannya.
"Sialan," kata Ella lagi. Ester sudah berhasil menyisihkan dirinya untuk lebih dekat dengan Ester. Dari tadi hanya Ester dan Alan yang banyak berbicara.
"Kalau ini. Aku tidak salah dengar lagi. Kamu menyebut namaku kan?" tanya Alan.
"Tidak. Aku hanya mengatakan sialan. Apa itu namamu?" tanya Ella sudah mulai kesal.
"Ya namaku kan memang si Alan."
"Iya. Iya. Maaf ternyata namamu si Alan ya. Aku lupa," kata Ella. Ester sudah menunduk dengan bahu terguncang.
Tuhan selalu bersama dngn orang2 yg baik dan sabar.
dngn kata2 spt yg kita dengar, sehari2....
ini novel bagus bgt.
trims, Author, yg udh bikin airmata bercucuran seakan mengalami sendiri.
sama aja selingkuh itu
nggak mungkin bisa