NovelToon NovelToon
Pengantin Pengganti Tanpa Nasab

Pengantin Pengganti Tanpa Nasab

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Anak Haram Sang Istri / Wali Nikah
Popularitas:63.7k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Kepergian Nayla menjelang pernikahannya, membuat semua orang bersedih, termasuk Laura sang kakak.

Ketika takdir membalikan kehidupan dan menulis cerita baru, Laura harus menerima kenyataan bahwa ia harus menjadi pengantin pengganti sang adik, Nayla. Untuk menikah dengan calon suaminya bernama Adam.

Namun, ketika akad nikah akan berlangsung, sang ayah justru menolak menjadi wali nikahnya Laura. Laura ternyata adalah anak haram antara ibunya dengan laki-laki lain.

Pernikahan yang hampir terjadi itu akhirnya dibatalkan. Fakta yang baru saja diterima lagi-lagi menghantam hati Laura yang masih di rundung kesedihan. Laura lalu meminta pada Adam untuk menunda pernikahan hingga dia bertemu dengan ayah kandungnya.

Bagaimana perjalanan Laura mencari ayah kandungnya? Apakah dia akan bertemu dengan ayah biologisnya itu? Dan bagaimana kisah cintanya dengan Adam? Baca kisah selanjutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Dua

Hari itu terasa begitu cerah, sinar matahari menembus celah-celah dedaunan yang bergerak lembut ditiup angin. Laura, kakaknya Nayla, memutar kunci motor matic yang telah setia menemani mereka berkeliling kota. Selalu ada sesuatu yang seru saat mereka berdua bersama. Namun hari ini, ada keistimewaan tersendiri: mereka akan mengantar surat undangan pernikahan Nayla untuk temannya.

Setelah mampir ke sebuah toko buku untuk membeli pena, Laura dan Nayla kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah-rumah sahabatnya sang adik, Nayla.

"Yuk, Nay! Kita lanjutkan perjalanan! Cuaca hari ini pas banget untuk ngirim undangan. Sangat cerah," seru Laura dengan semangat, sambil mengenakan helmnya. Rutinitas seperti ini sangat dia ingin lakukan bersama Nayla dan menambah warna dalam hidup mereka.

Jika ada ayahnya, tak akan Nayla diizinkan pergi dengannya. Jangankan dengan motor, mobil saja dilarang. Ayah begitu takut putri kesayangannya terluka. Sedangkan dirinya, dengan jalan kaki saja ayah tak akan peduli. Terkadang Laura merasa sangat iri dengan adiknya yang begitu disayangi kedua orang tuanya.

"Siap, Kakak! Aku bahkan sudah membayangkan bagaimana reaksi Vina saat terima undangan ini!" Nayla melingkarkan tangan di pinggang Laura seperti biasanya. Keduanya tertawa, merasakan keseruan di perjalanan yang akan mereka lalui.

Mereka meluncur di jalanan yang sunyi, sapuan angin menyegarkan pikiran. Nayla bercerita tentang persiapan pernikahannya yang semakin dekat. "Mau tahu nggak, Kak? Di pernikahan nanti, aku pengen pakai gaun yang simpel dan elegan. Aku juga ingin di hari pernikahanku nanti kakak tampil cantik. Baju untuk Kak Laura sudah aku persiapkan," ucap Nayla, wajahnya berseri-seri.

Laura menoleh sambil tersenyum, "Semoga pernikahan kamu nanti berjalan lancar. Kamu dan Adam menjadi keluarga yang bahagia hingga maut memisahkan kalian," ujar Laura.

"Kak Laura benar, aku dan Adam sudah berjanji, tak akan ada yang bisa memisahkan kami kecuali maut," balas Nayla.

Di jalan lurus yang sepi itu, cerita terus mengalir. Laura menceritakan kenangan masa-masa mereka di sekolah, saat mereka sama-sama masih di sekolah dasar. "Ingat waktu kita belajar bareng di taman, kamu selalu bawa camilan. Aku jadi bisa belajar lebih fokus!" kenang Laura.

"Ya, ya… ya. Camilan itu rahasia sukses kita! Hahaha. Eh, dulu Kakak juga pernah masakin mie instan diam-diam agar ayah tak tau!" Nayla balas menggoda.

Namun, di tengah obrolan penuh tawa itu, Laura terhanyut dalam kisahnya. Keceriaan menyelimuti mereka berdua. Tanpa sadar mereka mengabaikan lingkungan sekitar. Di ujung pandangan, sebuah mobil berkecepatan tinggi muncul dari arah yang berlawanan. Laura yang asyik bercerita, tidak melihat bahaya yang mendekat.

"Nayla, kamu ingat nggak …?" Laura menghentikan ucapannya dan baru menyadari ketika suara klakson mobil itu menggema di telinganya. Tapi sudah terlambat. Arah motor telah mendekati mobil yang telah berbelok dengan sangat cepat.

Suara dentuman yang keras terasa mengguncang jiwa, perasaan berat seakan menyelimuti. Dalam sekejap, semuanya terasa kacau. Laura merasakan sebuah benturan yang sangat keras, tubuhnya terpelanting ke sisi jalan. Semua terasa lambat. Di hadapannya, Nayla terpental jauh dari boncengan, jatuh tak berdaya di tanah.

"Nayla!" teriak Laura penuh panik, berusaha bangkit meskipun rasa sakit menjalar di sekujur tubuhnya. Ia berlari ke arah adiknya pelan-pelan. Namun betapa terkejutnya saat melihat Nayla terbaring dengan kepala berdarah dan matanya terpejam rapat.

"Nayla, bangun, Nay! Tolong …," teriak Laura dengan bibir bergetar, bibirnya terasa kering. Laura ingin sekali memeluk Nayla, tetapi bagian tubuhnya terasa lemas. Tubuhnya juga terasa banyak yang luka dan terasa perih.

Seorang pengendara sepeda motor dari arah lain berhenti, melompat dari motornya dan berlari menghampiri mereka. "Kalian baik-baik saja? Saya panggil ambulan dulu!" ucap orang itu dengan wajah yang khawatir.

Laura tidak menjawab, semua pikirannya tertuju pada Nayla. "Nayla, aku di sini, Nay. Bangun Nay, bangunlah, jangan tinggalkan aku!" seru Laura, air mata mengalir tanpa bisa ditahan. Rasa takut dan panik menyatu dalam hatinya saat melihat kondisi adiknya.

Laura membayangkan kemarahan kedua orang tuanya. Dia tak tahu apa yang akan mereka lakukan padanya.

"Ya, Allah. Selamatkan Nayla. Aku takut," gumam Laura dalam hatinya.

Tak lama setelah itu, sirene ambulans terdengar mendekat. Laura melihat beberapa orang berdatangan, cepat-cepat memperhatikan Nayla. "Mohon mundur, kami butuh ruang!" kata salah satu petugas medis yang tiba.

Laura mundur dengan berat hati. "Tolong … tolong dia. Dia adikku," suaranya terdengar parau karena terisak.

"Nayla!" Laura berteriak memanggil, sementara petugas medis mencoba memberikan pertolongan. Dada Laura berdebar tak karuan. Dia merasa seolah dunia ini berhenti berputar. Tangan Nayla dingin di sentuh, seolah tidak ada kehidupan yang tersisa di sana.

Dalam keheningan yang mencekam, Laura merasakan semangat dalam dirinya berusaha berdoa. Namun perasaannya dipenuhi dengan ketakutan. Dia ingin Nayla selamat, ingin mendengar tawa adiknya kembali, ingin menjalani semua momen indah bersama lagi.

Hanya Nayla yang mengerti dirinya. Lagi pula, Laura tak bisa membayangkan apa yang ayahnya lakukan saat mengetahui kecelakaan ini nantinya.

Waktu berlalu, dan akhirnya ambulance tiba, membawakan harapan sekaligus kesedihan. Laura merasakan harapan semakin sirna. Mereka melesat pergi, membawa Nayla ke rumah sakit, sementara Laura hanya bisa terpaku di tepi jalan, harapan terombang-ambing dalam hatinya.

Beberapa saat kemudian, petugas medis yang menangani Nayla berusaha memberikan penjelasan. "Kami sudah membawa dia ke dalam, keadaan kritis, tapi kami akan berusaha sekuat mungkin," ucapnya sebelum pergi.

"Terima kasih," gumam Laura, emosinya campur aduk.

Laura memutuskan untuk mengikuti ambulans dengan bantuan seseorang, meski hatinya bergetar ketakutan. Dia tahu bahwa yang terpenting sekarang adalah berada di dekat Nayla. Dia harus kuat. Saat itu, Laura tak lagi berpikir tentang kebahagiaan mengantar undangan. Semua rencana tampak musnah, digantikan oleh ketidakpastian.

Laura tak pedulikan rasa sakit di tubuhnya. Yang dia inginkan hanya keselamatan sang adik. Jika bisa berganti posisi biar dirinya yang terluka parah dan Nayla tak apa-apa.

Di rumah sakit, di ruang IGD dipenuhi lampu yang berkedip-kedip. Laura menunggu dalam hening, mengingat semua kenangan indah bersama Nayla. Tawa mereka, percakapan tanpa akhir, dan impian yang belum terwujud.

Dia lalu teringat akan ayah dan ibunya. Dia minta tolong pada salah seorang petugas rumah sakit untuk menghubungi mereka. Dia tak berani dan takut mendengar amarah dari kedua orang tuanya.

"Kakak di sini menunggu kamu, Nayla," bisik Laura penuh harap. Dia berharap adiknya bisa mendengar, berharap Nayla bisa merasakan kehadirannya, seolah tangannya menempel di punggung Nayla yang tak berdaya.

Detak jarum jam di dinding terasa berjalan lambat. Setiap detik terasa tak berujung. Dalam kesunyian yang menggigit, Laura berdoa, berharap Tuhan memberinya sedikit keajaiban, untuk bisa melihat adiknya kembali tersenyum. Dan saat itulah, semua mimpi dan harapan mereka bertumpu pada satu ketidakpastian, tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dari kejauhan Laura melihat kedatangan ayah dan ibunya. Saat keduanya semakin dekat, mata tajam sang ayah terasa menghujam jantungnya. Dia pikir hanya sang ibu yang akan datang, ternyata ayahnya juga. Berarti pria itu telah kembali.

"Apa yang kau lakukan pada anakku, Nayla?" tanya Ayah dengan suara yang penuh penekanan.

1
Putri Chaniago
klo gue jd Laura g mau jd pendonor pd org angkuh n sombong itu, suruh tu minta tolong dg keluarga besarnya Aril
chloe
lanjut kak
Yuliana Tunru
adam jgn kupa laura kan putri x ariel coba kau hubungi dan smoga hari x yg baik mau mendonorkan dqrqh x
Ida Nur Hidayati
paling paling.nantinya Laura yg mendonorkan darahnya
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
Ida Nur Hidayati
Ariel sebenarnya kamu harus mengakui kesalahanmu, nah itu akibatnya pikiranmu gak stabil akhirnya terjadi kecelakaan
mbok Darmi
jgn ngomong adam mau minta tolong laura buat donor darah ogah banget saat ariel sehat saja ngga mau ngakuin laura sebagai anaknya giliran sakit mau koit minta bantuan
Ida Nur Hidayati
srmangat Laura...buktikan bahwa kamu mampu dan sukses
Ida Nur Hidayati
benar Ratna sebenarnya Ariel mempunyai tujuan tertentu darimu
Apriyanti
cuma Laura yg Isa menolong nya,, tp apakah mau Laura mendonor kan darah nya karna sudah terlalu sakit hati nya oleh papah kandung nya sendiri,, lanjut thor 🙏
mams dimas
paling mentok Adam hubungi Laura..kan Adam tau kalo Laura anak kandung Ariel
ken darsihk
Dam kamu melupakan Laura anak kandung nya Ariel papa mu
Mungkin hanya Laura yng sama darah nya dngn ayah kandung nya , persoalannya bersedia kah Laura membantu ayah yng sdh membuang diri nya 😠😠😠
ken darsihk
Ini teguran atau karma ya untuk pk Ariel 🤭🤭
Safni Mardesi
ujung2 nya Laura yg mendonor...
Nanin Rahayu
ank yg tak d akui yg bisa bantu
Teh Euis Tea
pasti yg nolong laura anak kandung yg ga di akui
Ruwi Yah
dimana kamu laura ayah yg tk mengakuimu anak sangat membutuhkanmu
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
Adam coba hubungi Laura,siapa tahu golongan darahnya sama
Eka ELissa
Laura yg cumn bisa nolong dam.....slain dia GK ada
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!