NovelToon NovelToon
Menjemput Cahaya

Menjemput Cahaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lianali

SPESIAL RAMADHAN

Sekuel dari cerita Jual Diri Demi Keluarga.

Setelah melewati masa kelam yang penuh luka, Santi memutuskan untuk meninggalkan hidup lamanya dan mencari jalan menuju ketenangan. Pesantren menjadi tempat persinggahannya, tempat di mana ia berharap bisa kembali kepada Tuhannya.

Diperjalanan hijrahnya, ia menemukan pasangan hidupnya. Seorang pria yang ia harapkan mampu membimbingnya, ternyata Allah hadirkan sebagai penghapus dosanya di masa lalu.



**"Menjemput Cahaya"** adalah kisah tentang perjalanan batin, pengampunan, dan pencarian cahaya hidup. Mampukah Santi menemukan kedamaian yang selama ini ia cari? Dan siapa pria yang menjadi jodohnya? Dan mengapa pria itu sebagai penghapus dosanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7_Langkah Kembali

Adam menatap seluruh santri yang telah berkumpul di dalam masjid. Suasana begitu hening, hanya suara lirih bisikan para santriwati yang sesekali terdengar. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menegakkan kakinya dan menguatkan mentalnya. Ia tidak boleh mengecewakan Kiyai Nasir. Dan yang lebih penting, ia tidak boleh salah menyampaikan ilmu. Ini bukan sekadar ceramah biasa—ini tentang agama, tentang kebenaran yang harus disampaikan dengan hati-hati.

Semua santri dan santriwati telah duduk rapi. Di barisan depan, para santri laki-laki duduk bersila dengan kepala sedikit tertunduk, siap mendengarkan. Di sisi lain, para santriwati duduk berjarak dengan hijab pemisah. Di antara mereka, terlihat Fatimah, Alea, Zahra, dan Santi.

Beberapa santriwati tampak berbisik-bisik sambil tersenyum malu, mencuri pandang ke arah Adam yang berdiri di depan. Salah satu dari mereka, Zahra, menutup mulutnya dengan ujung kerudung, menahan tawa kecil.

"Aduh, Mas Adam ini kok gagah sekali ya?" bisiknya kepada Alea.

"Iya, kalau bukan karena kajian, aku pasti sudah senyam-senyum terus," balas Alea, mencubit lengan Zahra pelan.

Santi yang duduk tak jauh dari mereka hanya diam. Ia mendengar bisik-bisik itu, tapi tak ikut serta. Matanya lurus ke depan, memperhatikan Adam yang tampak berusaha menenangkan dirinya.

Adam menghela napas sekali lagi, lalu meraih mikrofon di depannya. Suaranya terdengar jernih, meskipun ada sedikit getaran halus di awal.

"Bismillahirrahmanirrahim..."

Semua santri dan santriwati langsung diam. Seakan terhipnotis oleh suara berat dan dalam yang keluar dari bibir Adam.

"Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, wasshalatu wassalamu ‘ala asyrafil anbiya’i wal mursalin, wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in..."

Adam berhenti sejenak. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh masjid, memastikan semua perhatian tertuju kepadanya.

"Malam ini, kita akan membahas tentang akhlak dan tasawuf. Dua hal yang sangat berkaitan erat dalam kehidupan seorang muslim."

Ia melirik ke kertas catatannya, tetapi hatinya mengatakan bahwa ia harus berbicara dari dalam dirinya.

"Saudara-saudaraku, kita sering mendengar bahwa ilmu tanpa akhlak adalah kesia-siaan. Seseorang boleh saja pintar, berilmu tinggi, tapi jika akhlaknya buruk, ilmunya bisa menjadi sumber kehancuran. Begitu pula sebaliknya, seseorang yang berakhlak baik tapi tanpa ilmu, ia bisa tersesat dalam kebodohan. Maka, di sinilah tasawuf berperan. Tasawuf adalah jalan untuk menyucikan hati, memperbaiki niat, dan mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh kesadaran."

Beberapa santri tampak mengangguk-angguk pelan.

Adam melanjutkan, kali ini suaranya lebih tenang, lebih dalam.

"Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengatakan bahwa hati manusia itu ibarat cermin. Jika ia kotor oleh dosa, maka ia tidak bisa memantulkan cahaya kebenaran. Tapi jika hati itu dibersihkan melalui dzikir, ibadah, dan menjauhi maksiat, maka ia akan jernih dan mampu melihat kebenaran dengan jelas. Pertanyaannya adalah… sudahkah kita menjaga hati kita?"

Hening. Tak ada yang bersuara.

Adam menatap para santri dengan serius.

"Sering kali kita mengeluhkan hidup yang terasa hampa, gelisah tanpa sebab, merasa jauh dari ketenangan. Tapi, pernahkah kita bertanya pada diri sendiri, mungkin hati kita sudah terlalu kotor? Mungkin kita terlalu sibuk dengan dunia, hingga lupa untuk menyucikan hati kita?"

Santi tertunduk, ia merasa sangat tertampar dengan ceramah yang disampaikan oleh Adam. Ia sadar selama ini ia sangat mengejar dunia, hingga ia rela berzina. Ia terus beristighfar di hatinya, sesekali ia mengelus dadanya di balik mukenahnya.

Seorang santri laki-laki di barisan depan mengangkat tangan, "lalu, bagaimana cara kita menyucikan hati, Ustadz?"

Adam tersenyum tipis.

"Ada beberapa cara," jawabnya, "di antaranya adalah memperbanyak dzikir, membaca Al-Qur’an dengan tadabbur, menjauhi maksiat, dan yang paling penting… memperbaiki niat dalam segala hal yang kita lakukan. Hati yang bersih lahir dari niat yang lurus. Seperti dalam hadis, ‘Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.’"

Beberapa santri mulai mencatat apa-apa yang disampaikan oleh Adam.

"Satu lagi," Adam menambahkan, "hati yang bersih juga datang dari memaafkan. Kadang kita terlalu sibuk menyimpan dendam dan kebencian, padahal itu hanya akan mengotori hati kita sendiri. Memaafkan bukan berarti kita lemah, tapi justru itu tanda kekuatan. Orang yang paling kuat bukanlah yang mampu membalas dendam, tapi yang mampu menahan amarah dan memberi maaf."

Santi mengeratkan genggamannya. Ia teringat sesuatu—tentang hidupnya, tentang luka-luka yang masih ia simpan.

Kajian terus berlanjut, dengan Adam yang kini semakin percaya diri menyampaikan ilmunya. Suasana masjid benar-benar hening, semua santri dan santriwati larut dalam setiap kata yang ia ucapkan.

Santi menatap Adam dengan lekat-lekat, sewaktu perkenalan singkat di bus dulu, Santi merasa Adam adalah pria biasa. Tapi saat ini ia merasa Adam begitu luar biasa. Ia berhasil menggugah hati Santi.

Adam melanjutkan ceramahnya dengan suara yang semakin mantap. Hatinya perlahan mulai tenang, dan kepercayaan dirinya tumbuh seiring melihat para santri menyimak dengan penuh perhatian.

"Tidak ada manusia yang sempurna. Kita semua pernah berbuat salah, dan kita semua butuh cara untuk kembali ke jalan yang benar," lanjut Adam.

"Tapi masalahnya, terkadang kita terlalu takut untuk kembali. Kita berpikir bahwa dosa kita terlalu besar, bahwa Allah tidak akan mengampuni kita. Padahal, Allah adalah Maha Pengampun. Sebesar apa pun dosa kita, rahmat-Nya jauh lebih besar."

Santi menggigit bibirnya. Kata-kata itu terasa seperti ditujukan langsung kepadanya. Ia tahu betul apa yang telah ia lakukan selama ini, dan ia sering berpikir bahwa dirinya tidak lagi pantas untuk kembali ke jalan yang lurus.

Adam melanjutkan, "dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman :‘Wahai hamba-Ku, jika dosamu setinggi langit, kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, Aku akan mengampunimu...’"

Suasana semakin hening. Beberapa santriwati tampak menunduk, merenungi ucapan Adam.

Santi merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya. Hatinya bergetar hebat. Ia ingin menangis, tetapi ia menahannya. Matanya terasa panas, dan dadanya sesak.

Adam mengedarkan pandangan ke seluruh masjid. Ia dapat melihat beberapa santri laki-laki yang juga tampak termenung. Mereka semua larut dalam kata-katanya.

"Lalu," lanjut Adam, "bagaimana cara kita memastikan bahwa kita benar-benar ingin kembali kepada Allah? Pertama, kita harus benar-benar menyesali dosa kita. Bukan hanya sekadar merasa bersalah, tapi benar-benar menyesal dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Kedua, kita harus berusaha memperbaiki diri. Jangan hanya menyesal, tapi tetap melakukan dosa yang sama. Dan ketiga, kita harus mengganti keburukan dengan kebaikan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an, ‘Sesungguhnya kebaikan itu menghapus keburukan.’"

Seorang santri laki-laki kembali mengangkat tangan, "Ustadz, bagaimana jika kita sudah berusaha berubah, tapi tetap merasa belum cukup baik?"

Adam tersenyum, "tidak ada yang berubah dalam semalam. Bahkan orang-orang shalih pun masih terus memperbaiki diri mereka setiap hari. Yang penting adalah istiqamah, terus berusaha. Jangan pernah berhenti. Setiap kali jatuh, bangkit lagi. Jangan biarkan setan membisikkan bahwa usahamu sia-sia. Karena setiap langkah menuju Allah, sekecil apa pun, pasti dihitung oleh-Nya."

Santi mengepalkan tangannya. Dadanya terasa semakin sesak. Ia tidak ingin menangis di depan banyak orang, tapi hatinya terasa remuk. Ia merasa Adam seperti sedang berbicara langsung padanya.

Zahra yang duduk di sebelahnya menyikut lengannya pelan, "Santi, kamu kenapa?" bisiknya pelan.

Santi menggeleng, mencoba tersenyum, "nggak apa-apa," jawabnya lirih.

Zahra menatapnya ragu, tetapi tidak bertanya lebih lanjut.

Adam menutup ceramahnya dengan doa, "ya Allah, kami datang kepada-Mu dengan hati yang penuh dosa, tapi kami tahu Engkau Maha Pengampun. Ampunilah dosa-dosa kami, bersihkan hati kami, dan bimbinglah kami ke jalan yang lurus. Jangan biarkan kami tersesat dalam kebodohan dan kesalahan kami sendiri. Aamiin."

Semua santri mengaminkan dengan suara lirih. Beberapa santriwati tampak menyeka air mata.

Santi tidak lagi bisa menahan air matanya. Ia menunduk dalam-dalam, membiarkan bulir-bulir bening jatuh ke mukenahnya. Ia ingin berlari dari tempat ini, tetapi kakinya terasa lemas.

Ketika kajian selesai, para santri mulai beranjak dari tempat duduk mereka. Zahra dan Alea masih duduk di tempat mereka, memperhatikan Santi yang tampak berbeda dari biasanya.

"Santi, kamu kenapa sih?" tanya Zahra lagi.

Santi menggeleng, tapi kali ini suaranya terdengar gemetar, "aku nggak tahu, Zah. Rasanya… aku merasa begitu kecil."

Alea menatapnya prihatin, "kalau kamu butuh cerita, kami ada, San."

Santi mengusap air matanya cepat-cepat. Ia mengangguk, tapi ia tahu bahwa ada hal-hal yang tidak bisa ia ceritakan begitu saja.

Sementara itu, Adam sedang membereskan catatan dan mikrofon di depannya. Ia merasa lega karena berhasil menyampaikan ceramahnya dengan baik. Tetapi, di sudut matanya, ia melihat Santi yang masih duduk di tempatnya dengan wajah sendu.

Ada sesuatu dalam ekspresi Santi yang membuat Adam penasaran. Seolah-olah, ceramah tadi telah membangkitkan sesuatu dalam dirinya.

Adam menunduk sejenak, kemudian berdoa dalam hati.

Semoga Allah memberikan hidayah kepada siapa pun yang sedang mencari-Nya.

1
Susi Akbarini
kalao suka halalin aja..
jgn asal nyosor..
bahaya donk..
kan udah jadi ustad..
😀😀😀❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
sayang di pesantren gak ada cctv..

myngkin saja ada yg lihat mereka lagi ambil vairan pel atau saat nuang di lantai..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kalo suka ama santi..
halalin aja.

😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
adam terciduk..
😀😀😀❤❤❤❤❤
Diana Dwiari
bakal ketahuan ga ya.....
Lianali
cerita yang penuh makna.
Susi Akbarini
Adam ..
dingin..
menghanyutkan..

❤❤❤❤❤❤😉
Susi Akbarini
sebagai mantan penikmat wanita.

pasti Adam.paham Santi punya daya tarik pemikat..

mudah2an..
Adam.mau halalin Santi lebih dulu...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
oalah..
mudah2an karena sama2 pendosa..
jadi sama2 mau neryonat dan menyayangi..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
tatapan Adam seperti menginginkan Santi..
Santi jadi gak kuat..
😀😀😀❤😉❤
Susi Akbarini
mungkin Adam ada rasa ama Santi.

atau jgn2 Dam pernah tau Santi sblm mereka ktmu di bus.

mungkinkah hanya Adam yg tulus mau nikahi Santi..
mengingat ibu Adam kan udah meninggal.. .
jadi gak ada yg ngelarang seperti ibu Fahri..
❤❤❤❤❤❤
Diana Dwiari
ada yang panas nih.....
Diana Dwiari
ah.....jangan2 Ros adalah gadis yg diinginkan fahri
0v¥
kenapa klo fahri ama santi, kenapa umi nya fahri tidak setuju, jgn karena masa lalunya santi kelam, semua dimata Allah sama klo benar 2 mau tobat di jalan Allah,
Susi Akbarini
duuhhhhh....
jadi penasarannn...
siapa akhirnya jodoh Santi..
❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
waduuuhhhh..
saingan terberat Santi datang..
😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
berasa nonton film ayat2 cinta..
😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
Adam
Susi Akbarini
mungkinkah mereka berjodoh???
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
bukan orang baik yg bagaimna?
jadi penasarannn..
❤❤❤❤❤❤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!