Aurora terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya berada di dunia asing yang begitu indah, penuh dengan keajaiban dan dikelilingi oleh pria-pria tampan yang bukan manusia biasa. Saat berjalan menelusuri tempat itu, ia menemukan sehelai bulu yang begitu indah dan berkilauan.
Keinginannya untuk menemukan pemilik bulu tersebut membawanya pada seorang siluman burung tampan yang penuh misteri. Namun, pertemuan itu bukan sekadar kebetulan—bulu tersebut ternyata adalah kunci dari takdir yang akan mengubah kehidupan Aurora di dunia siluman, membuatnya terlibat dalam rahasia besar yang menghubungkan dirinya dengan dunia yang baru saja ia masuki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wardha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara langit dan tanah?
Malam di Kerajaan Aetheroin
Langit malam di Kerajaan Aetheroin begitu berbeda dari langit di dunia manusia. Bintang-bintang tidak hanya berkelip, tetapi tampak berputar perlahan, menciptakan pola yang indah seolah menari dalam keheningan malam. Awan-awan tipis berkilauan seperti serpihan kristal, membiaskan cahaya keemasan dari bulan raksasa yang menggantung di angkasa.
Di dalam kamar kerajaan, Aurora dan Raviel duduk berhadapan di dekat jendela terbuka. Angin malam yang sejuk masuk, membawa aroma manis dari bunga-bunga di taman kerajaan.
Aurora menatap Raviel dengan penuh rasa ingin tahu. Mereka baru mengenal satu sama lain selama tiga hari, tetapi takdir telah mempertemukan mereka dengan cara yang tak terduga—melalui sehelai bulu emas milik Raviel yang tanpa sengaja berada di tangannya.
"Kau masih memikirkan bagaimana kita bisa sampai di titik ini?" tanya Raviel dengan senyum tipis.
Aurora mengangguk, jari-jarinya bermain dengan ujung jubah sutranya. "Aku bahkan belum bisa memahami semuanya. Tiga hari yang lalu, aku hanya seorang manusia biasa. Lalu, aku menemukan bulu emas itu, dan sekarang ... aku di sini, menjadi ratumu."
Raviel menatapnya lekat. "Di dunia para siluman, bulu emas bukan hanya benda biasa. Itu adalah bagian dari jiwa pemiliknya. Jika seseorang memilikinya, itu berarti mereka telah dipilih oleh takdir untuk terikat dengan pemilik bulu tersebut."
Aurora terdiam, mencoba mencerna kata-kata itu. "Jadi ... itu berarti aku memang ditakdirkan untuk bersamamu?"
Raviel tersenyum, matanya penuh ketenangan. "Bukan hanya karena takdir, tapi karena kau juga memilih untuk tetap di sini bersamaku."
"Aku menyukai cara pangeran Raviel bicara," katanya sambil tersenyum.
"Aku menyukai caramu berpikir,"
Aurora menatap keluar jendela, melihat bagaimana langit malam memeluk kerajaan dengan cahaya keemasan yang lembut. Meski hatinya masih dipenuhi banyak pertanyaan, satu hal yang ia yakini—ia tidak menyesali keputusannya.
Malam itu, mereka terus berbincang, mengenal satu sama lain lebih dalam. Saling berbagi cerita, tawa, dan harapan. Dan di bawah langit malam Aetheroin yang berkilauan, ikatan mereka semakin erat, membawa mereka ke dalam kisah yang baru saja dimulai.
"Kau melamun lagi?" Raviel memeluknya, mengeluarkan bulu emasnya untuk menyelimuti tubuh mereka.
Aurora menatap langit malam Kerajaan Aetheroin yang berkilauan, pikirannya dipenuhi pertanyaan yang semakin sulit diabaikan. Ia telah menerima bahwa dirinya bukan manusia biasa, bahwa takdirnya telah membawanya ke dunia para siluman. Namun, satu hal masih menjadi misteri—asal usulnya yang sebenarnya.
Ia menghela napas pelan, lalu menoleh ke arah Raviel, yang duduk di sampingnya dengan tatapan tenang. "Aku penasaran, Raviel," ucapnya lirih. "Kenapa aku disembunyikan di dunia manusia, jika aku memang keturunan terakhir Garuda Emas?"
Raviel mengalihkan pandangannya padanya, ekspresinya berubah serius. "Aku juga tidak tahu soal itu, Aurora. Tidak pernah ada catatan tentang keberadaan seorang putri dari garis keturunan Garuda Emas sebelumnya. Hanya para tetua kerjaan yang mengerti semuanya, seperti kisah kakakku. Pangeran kegelapan,"
Aurora menggigit bibirnya. "Lalu, siapa yang membawaku ke dunia manusia? Mengapa orang tuaku tidak pernah mencariku? Sedangkan aku memiliki ayah dan ibu di alam manusia,"
Keheningan menyelimuti mereka sejenak, hanya suara angin malam yang berbisik melewati tirai sutra kamar mereka.
"Ada kemungkinan," Raviel berkata hati-hati, "bahwa kau disembunyikan bukan hanya untuk melindungimu ... tetapi untuk melindungi dunia ini dari sesuatu."
Aurora menatapnya, matanya menyiratkan kebingungan. "Maksudmu?"
Raviel menghela napas dalam. "Jika kau benar-benar keturunan terakhir Garuda Emas, itu berarti kau memiliki kekuatan yang belum sepenuhnya terbangun. Dan mungkin ... ada pihak yang menginginkan kekuatan itu, atau takut pada keberadaanmu."
Aurora menunduk, merenungkan kata-kata itu. Jika dirinya memang memiliki kekuatan yang begitu penting, lalu siapa yang selama ini berusaha menyembunyikannya? Dan siapa yang mungkin menginginkannya?
Saat pertanyaan itu memenuhi pikirannya, tiba-tiba terdengar suara dentingan lembut di udara. Cahaya keemasan berkumpul di tengah ruangan, membentuk siluet burung garuda yang megah. Suaranya bergema di seluruh kamar, seperti bisikan dari masa lalu.
"Waktunya telah tiba, Putri yang Terlupakan. Temukan kebenaran di tempat di mana langit bertemu dengan tanah. Di sanalah segalanya akan terungkap."
Aurora dan Raviel saling bertukar pandang. Suara itu bukan sekadar ilusi—itu adalah sebuah petunjuk. Sebuah panggilan untuk mencari jawaban tentang masa lalu Aurora.
"Sang bayangan garuda. Dia datang ketika sesuatu yang besar akan terjadi,"
Aurora menatapnya, "jadi ... Apa akan ada sesuatu yang besar terjadi?"
"Ya, sepertinya begitu."
"Langit bertemu dengan tanah? Maksudnya apa?" mereka berdua saling pandang.
