Aluna, gadis berusia delapan belas tahun dengan trauma masa lalu. Dia bahkan dijual oleh pamannya sendiri ke sebuah klub malam.
Hingga suatu ketika tempat dimana Aluna tinggal, diserang oleh sekelompok mafia. Menyebabkan tempat itu hancur tak bersisa.
Aluna terpaksa meminta tolong agar diizinkan tinggal di mansion mewah milik pimpinan mafia tersebut yang tak lain adalah Noah Federick. Tentu saja tanpa sepengetahuan pria dingin dan anti wanita itu.
Bagaimana kehidupan Aluna selanjutnya setelah tinggal bersama Noah?
Langsung baca aja kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 003
Pria berwajah sangar dengan luka di pipi kanannya itu berjalan menghampiri Aluna. Senyum di wajahnya tak luntur kala melihat wajah pucat gadis itu.
Ethan Storm—pemilik klub malam tersebut adalah seorang mafia yang terkenal licik, kejam dan gemar bermain wanita.
Tak heran, jika Aluna nanti akan menjadi sasaran empuk Ethan selanjutnya.
“Aku baru tahu kalau di klub malamku ini ada gadis secantik dirimu.” Ethan menyeringai tipis. Memperhatikan dari atas sampai bawah tubuh kecil Aluna.
Lalu, Ethan kembali membuka suara. “Apa kamu keponakan Hugo? Gadis yang beberapa hari lalu di bawa olehnya dan dijual di klub ku ini?” Ia bertanya sembari menggaruk lehernya.
“I—iya, Tuan. Aku keponakan paman Hugo,” jawab Aluna.
Dengan bodohnya, Aluna malah menjawab pertanyaan Ethan tanpa rasa takut sama sekali. Ia seakan tidak tahu bahaya apa yang akan segera mengintainya setelah ini.
“Gadis pintar,” desis Ethan pelan.
Rasanya Ethan sudah tidak sabar ingin segera mencicipinya. Mencabik kain yang melekat di tubuh gadis itu dan menggagahinya.
“T—tolong, jangan sakiti aku, Tuan,” pinta Aluna dengan bibir bergetar hebat.
Cengkraman tangan Ethan di pundak Aluna, membuat gadis itu meringis kesakitan. Sungguh, baru kali Aluna berada di posisi terpojok dan tidak bisa pergi kemanapun selain pasrah.
Lihat saja, tubuh rapuh gadis itu mulai gemetaran saking takutnya.
“Kapan aku bilang ingin menyakitimu? Justru, aku akan memberikanmu kenikmatan dunia dan membawamu terbang di atas awan,” kata Hugo dengan berbisik.
Hugo melepaskan satu persatu kain yang menempel ditubuhnya dan hanya menyisakan celana.
Dia bertelanjang dada. Tato besar bergambar singa terlihat jelas di punggung belakangnya. Menambah kesan bengis pada pria itu.
“Kamu benar-benar gadis yang sempurna. Tidak sia-sia aku membeli mu dari Hugo,” ucap Ethan menyentuh rambut Aluna dan memainkannya.
Tangan kapalan Hugo membelai wajah Aluna. Lalu turun, mengusap sudut bibir pucat gadis itu.
“Kamu ingin aku memulainya darimana?” tanya Ethan.
“Memulai apa, Tuan?” Aluna memalingkan wajah.
“Suka melakukannya dimana? Kamar mandi, balkon, diatas meja atau—”
Aluna menggelengkan kepala. Tentu saja, semua yang keluar dari bibir pria itu membuat seluruh tubuhnya merinding.
“Apa maksud anda, Tuan? Aku benar-benar tidak mengerti,” elak Aluna, menepis kasar tangan Ethan.
Ethan mengernyit. Lipatan kulit di dahi pria itu kian terlihat. “Tidak mengerti?”
“Ya. Sama sekali tidak mengerti.” Aluna menjawab tanpa berani menatap Ethan.
“Lagipula, jika aku tahu, aku tidak akan mau melakukannya denganmu,” sambung Aluna dalam hati.
Tak terima dengan penolakan halus Aluna, pria itu mengeraskan rahang. Dia mendorong tubuh rapuh Aluna hingga terjatuh terlentang di atas tempat tidur.
Kemudian, merangkak naik dan menindihnya. Mengunci kedua tangan dan kaki Aluna.
“Semua wanita yang ada di sini tahu siapa aku. Tapi kamu, berani-beraninya menolak ku, hah?!” teriak Ethan.
“Sekarang, lakukan tugasmu! Layani aku. Perlihatkan keahlianmu diatas ranjang. Buat aku puas malam ini,” bisiknya lirih tepat di samping telinga Aluna.
“Tenang saja. Aku akan membayar mu lima kali lipat dari apa yang sudah aku berikan pada si pemabuk itu.” Ethan menyeringai.
Pria itu sudah benar-benar sudah tertutup kabut gai—rah. Mengabaikan teriakan minta tolong dan isak tangis yang keluar dari bibir Aluna.
Ethan meraba setiap inci tubuh Aluna dan berhenti tepat di perut rata gadis itu. Mengusap dengan jari-jarinya.
“Kumohon... jangan lakukan ini...” Aluna benar-benar takut. Haruskan dia menyerahkan semuanya pada pria yang ada di atas tubuhnya ini?
“Jangan sok jual mahal! Kamu pasti sudah pernah melayani para tamu ku, bukan? Sekarang, giliran kamu melayani majikanmu!”
Ethan mendekatkan wajah mereka. Dia sudah tidak sabar ingin mencicipi bibir menggoda gadis itu.
Bug!
“Argh!” pekik Ethan. “Apa yang kamu lakukan pada wajahku, hah?!” Dia mengaduh, merasakan sakit di bagian atas hidungnya akibat ulah Aluna.
“Kamu menjijikan, Tuan!” seru Aluna sembari meludahi wajah Ethan.
Aluna bangkit. Hendak kabur dari sana. Namun, belum sempat dia melakukannya, Ethan sudah lebih dulu menarik kedua kaki Aluna.
Membuat gadis itu jatuh tertelungkup ke lantai.