NovelToon NovelToon
Andai

Andai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mamah Mput

Andai .... kata yang sering kali diucapkan di saat semua sudah berlalu. Di saat hal yang kita ingin gapain tersandung kenyataan dan takdir yang tidak bisa terelakan. Kadang aku berpikir andai saja waktu itu ibuku tidak meninggal, apakah aku masih bisa bersamanya? ataukah justru jika ibuku hidup kala itu aku bahkan tidak akan pernah dekat dengannya.

Ahhh ... mau bagaimana lagi, aku hanyalah sebuah wayang dari sang dalang maha kuasa. Mengikuti alur cerita tanpa tau akhirnya akan seperti apa.

Kini, aku hanya harus menikmati apa yang tertinggal dari masa-masa yang indah itu. Bukan berarti hari ini tidak indah, hanya saja hari akan terasa lebih cerah jika awan mendung itu sedikit saja pergi dari langitku yang tidak luas ini. Tapi setidaknya awan itu kadang melindungiku dari teriknya matahari yang mungkin saja membuatku terbakar. Hahaha lucu sekali. Aku bahkan kadang mencaci tapi selalu bersyukur atas apa yang aku caci dan aku sesali.

Hai, aku Ara. Mau tau kisahku seperti apa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mamah Mput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

New house

"Ini rumah siapa, Kak?" tanyaku saat kami tiba di sebuah rumah yang cukup besar tapi tidak sebesar rumah mama dan papa.

"Masuklah."

Aku mengikuti langkah kakinya memasuki rumah tersebut. Nuansa monokrom yang membuat rumah itu terlihat simpel dan sederhana meski perabotan dan furniture nya tetap terlihat mahal dan mewah.

"Kak, kita ada di mana sekarang?" tanyaku lagi karena penasaran.

"Ini rumahku."

"Oh, ini rumah kakak?"

"Kita akan tinggal di sini mulai sekarang."

"Kita?" tanyaku terkejut.

"Ya. Kecuali kamu ingin menjadi istri om Andra."

"Ih, nggak! Aku gak mau nikah sama dia. Amit-amit jabang bayi."

"Itu artinya kamu memilih menikah denganku."

"I-tu ..."

Serius dia mau nikahin aku?

"Kak, tunggu sebentar. Kakak serius kita akan menikah? Maksudnya, kakak beneran mau nikahin aku? Tapi kan kita ini sodara, masa nikah sih?"

"Aku sering bilang kita ini bukan sodara."

"Iya, tapi tetap saja aku ini anak mama dan papa, jadi ...."

"Berarti kamu tidak boleh menikah dengan mama dan papa, bukan denganku."

"Apa?"

Alan benar-benar di luar nalar. pemikirannya tidak bisa aku cerna sama sekali. Entah apakah ucapannya serius atau tidak, aku bahkan tidak mengerti dan tidak tahu.

"Itu kamar kamu. Kamarku ada di atas."

"Oh, kamar kita beda ternyata?" ujarku lega.

Alan yang semula berjalan hendak pergi meninggalkanku menuju kamarnya, terhenti. lalu dia berbalik dan menatapku tajam.

"Apa kamu ingin kita tinggal satu kamar?" tanyanya sambil melangkah maju perlahan. Aku menggelengkan kepala cepat, sambil berlari menuju kamar. Sekilas dia tersenyum melihat tingkahku.

Senyum? Kak Alan tersenyum? Wah, benar-benar dapat lotre akun bisa melihat dia tersenyum.

"Wah, kamarnya bagus banget. Cewek banget pula. Semuanya serba merah muda. Apa ini kamar pacarnya ya? Kayak sengaja banget kamar ini dibuat untuk perempuan." aku bergumam takjub melihat kamar yang baru saja aku masuki.

Aku melihat sekeliling kamar tersebut, membuka laci meja rias yang ternyata sudah penuh oleh alat make up, membuka semua laci kecil dan lemari yang ada di sana.

Sungguh di luar dugaan, semua kebutuhan perempuan lengkap tersedia. Mulai dari skin care, aksesoris, pakaian bahkan underwear.

Amanitis di kamar mandi pun lengkap. Perawatan rambut, wajah dan tubuh semuanya ada.

"Wah, sepertinya Kak Alan terniat banget menyiapkan semuanya. CK CK CK. Buat siapa sih kamar ini dibuat? Beruntung banget perempuan itu."

Aku merebahkan diri di atas kasur setelah puas melihat semuanya. Membuka ponsel untuk menelpon nenek. Tapi ternyata tidak di angkat.

"Aku telpon Abang saja lah, minta di bawain baju dan kebutuhan aku."

Tidak di angkat juga.

"Aku ganti bajunya gimana dong? Masa pake baju sekolah ampai besok? Ah, minta tolong kak Alan aja kali ya."

Tanpa pikir panjang aku pergi menuju lantai dua untuk menemui Alan.

Tok tok tok.

"Kak. Aku mau ngomong dong, buka pintunya."

Ketika aku hendak mengetuk pintu, ternyata pintu itu terbuka sedikit. Rupanya tidak terkunci. Entah dorongan dari mana aku membuka pintu kamar Alan dan masuk begitu saja.

Aku celingukan ke sana ke mari mencari sosok Alan. Tapi tidak ketemu. Kamarnya cukup luas ternyata, lebih luas dari kamarku. Mungkin dia kali lipat lebih luas.

"CK, di mana sih orang itu? Perasaan tadi dia ke kamarnya, kok gak ada? Masa iya dia punya ilmu menghilangkan diri."

Mataku terpikat oleh semua hal yang ada di sana. Sangat rapi untuk ukuran seorang pria. Tapi memang Alan adalah sosok yang perfeksionis. Tidak heran jika kamar nya rapi dan sangat wangi.

Aku penasaran dengan sebuah bingkai foto yang tertelungkup di atas nakas kecil di samping tempat tidurnya. Perlahan kakiku melangkah untuk bisa membalikkan bingkai tersebut.

"Sedang apa kamu di sini?" pertanyaan itu membuat jantungku hampir copot. Tangan yang hampir saja sampai meraih bingkai tersebut, aku kembali tarik untuk menepuk-nepuk dada.

Aku berbalik badan "Kakak apaan sih bikin kaget aja!" bentakku masih dalam keadaan memejamkan mata karena terlalu kaget.

"Kamu sedang apa di sini?" tanyanya lagi.

"Aku ke sini mau--" ucapanku terhenti saat membuka mata dan melihat Alan sedang tidak memakai baju. Dia hanya memakai sehelai handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya.

Aku segera berjalan cepat dan melewati dirinya menuju luar kamar.

"Astagaaa, dia kenapa sih gak pake baju. Apa gak malu? Aku yang liatnya aja malu banget. Dasar kak Alan!" aku menggerutu sambil menuruni anak tangga.

Ku putuskan untuk menunggu nya di ruang keluarga sambil menyalakan televisi, mengalihkan perhatian dari kejadian di atas tadi.

Semerbak harum parfum yang tidak asing di hidungku memenuhi rongga indra penciuman. Benar saja, Alan datang dan duduk di sofa sebelahku. Kami berdua terdiam.

"Ada apa?" tanyanya memulai pembicaraan.

"Kenapa kamu gak mandi? apa kamu tidak bisa mencium aroma apek dari tubuh kamu?" tanyanya lagi.

"Ngeselin banget sih, Kak. Ya gimana aku mau mandi, baju dan semua kebutuhanku gak ada. Baju aku kan di rumah mama. Makanya aku tadi nyariin kakak buat minta tolong supaya kakak bisa nyuruh seseorang untuk membawa perlengkapan aku yang ada di rumah mama. Begitu. Aku tadi nelpon nenek tapi gak aktif, nelpon Abang juga gak diangkat."

"Jangan beritahu Bryan kamu ada di sini."

"Kenapa?"

"Kamu lebih baik menikah saja dengan Andra gih."

"Iya, iya. Aku gak akan ngasih tau siapapun."

"Gitu dong dari tadi."

"Tapi, Kak." aku memegang tangan Alan sambil menggoyang-goyangkan nya. "Baju aku gimana?" tanyaku sambil merengek.

"Suruh siapa kek ambilin baju dan perlengkapan aku di rumah mama. Besok aku harus sekolah. Baju dan seragamku gimana?"

"Kamu gak liat di sana ada pakaian? apa kurang lengkap?"

"Aku liat, kok. Sangat lengkap malah."

"Terus?"

"Yaaa, itu kan bukan baju aku?"

Alan menatapku intens. Kemudian dia berdiri lalu menarik tanganku menuju kamar.

"Ini." dia memberikan baju dan menempelkannya di badan. "Pas bukan?" tanyanya kesal. Lalu tanpa menjelaskan apapun lagi, dia keluar dari kamar.

Aku mengejarnya keluar. "Kak, maksudnya ini semua pakaian aku?" tanyaku memastikan.

Alan kembali berbalik, lalu dia mendorong pelan kepala sambil berkata "Masuk, mandi dan bersiap. Aku lapar."

Aku tersenyum sumringah sambil menikmati air hangat di dalam bathtub. Ahhh, rasanya sangat tenang dan damai. Aku merasa seperti seorang tuan putri di sini.

"Kak Alan benar-benar baik, ternyata ini semua untuk aku. Hahaha. Bahkan baju yang waktu itu aku balikin, ada di sini. Hmmm, ternyata dia baik dan perhatian. Gayanya doang yang so cool."

Puas berendam, aku segera membersihkan badan, lalu bersiap.

"Perempuan nyuci apa sih kalau mandi? Lama banget. Bukankah anggota tubuh kita sama saja ya, hanya beda bentuk?" tanyanya.

"Beda bentuk?" aku mengerutkan kening

"kalau perempuan itu ebih teliti dan pelan-pelan kalau mandi. Gak asal berbusa dan basah doang."

"Sudahlah, ayo kita pergi."

Ish, dasar kak Alan. Baru aja aku puji, ternyata dia sama saja. Menyebalkan!

1
Sahriani Nasution
wuih cool
Mamah Mput: iya dia cool banget, suami aku sebenarnya dia tuh 🤧😂😂
total 1 replies
mly
plot twist nya alan Sma ara suami istri wokwok
Mamah Mput: mau kondangan gak? hahaha
total 1 replies
nowitsrain
Ini visualnya Alan?
Mamah Mput: iya kak itu Alan.
total 1 replies
nowitsrain
Ayuhhh, yang dikerjain guru baru 🤣
nowitsrain
Yah, usil banget bocah
Timio
belum apa apa udah nyakitin aja kalimatnya tor 😭
Mary_maki
Bagus banget ceritanya, aku udah nggak sabar nunggu bab selanjutnya!
Mamah Mput: terimakasih kak. tiap hari aku up ya 💜💜
total 1 replies
y0urdr3amb0y
Suka banget sama ceritanya, harap cepat update <3
Mamah Mput: terimakasih 😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!