Setelah lulus SMA, Syafana menikah siri dengan kekasihnya yang baru saja lulus Bintara TNI-AD. Sebagai pengikat bahwa Dallas dan Syafana sudah memiliki ikatan sah. Pernikahan itu dirahasiakan dari tetangga maupun kedinasan.
Baru beberapa hari pernikahan siri itu digelar, terpaksa Dallas harus mengikuti pendidikan selama dua tahun. Mereka berpisah untuk sementara.
"Nanti setelah Kakak selesai pendidikan dan masa dinas dua tahun, kakak janji akan membawa pernikahan kita menjadi pernikahan yang tercatat di secara negara," janji Dallas.
"Kak Dallas janji, harus jaga hati," balas Syafana.
Namun baru sebulan masa pendidikan, Dallas tiba-tiba saja menalak cerai Syafana. Syafana hilang kata-kata, sembari melepas Hp nya ke ubin, tangan Syafana mengusap perutnya yang kini sudah ditumbuhi janin. Tangis Syafana pecah seketika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Pesan Asing
Pemberitahuan pesan WA masuk terdengar dari HP Syafana. Syafana yang tengah santai segera meraih gawainya yang ia letak di atas meja rias di kamarnya.
"Pesan dari bapak," gumamnya seraya membuka pesan WA itu segera.
"Syafa, mantan suamimu kemarin datang lagi ke rumah. Seperti biasa, dia memohon ampunan kepada bapak dan ibu atas kesalahannya dahulu terhadapmu. Bapak tidak berbuat apa-apa selain memberikan nomer HP mu sesuai permintaanmu beberapa hari yang lalu." Begitu bunyi pesan WA yang ditulis Pak Syakir.
Syafana tidak segera menjawab, dia tertegun. Pikirannya kembali melayang pada sosok Dallas 19 tahun lalu yang akan menjanjikan akan menikahinya secara kantor atau kedinasan.
Kini sosok itu kembali muncul dan mengisi lagi relung hatinya yang sudah lama hampa.
"Apakah aku siap jika harus dipertemukan dengannya lagi?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Iya, Pak. Tidak apa-apa. Syafa sudah siap jika dia menghubungi Syafa." Syafa membalas setelah selang beberapa saat.
"Baiklah. Apakah dia sudah ada menghubungi?" balas Pak Syakir.
"Sepertinya belum, Pak. Karena selama hari ini dan kemarin, belum ada nomer asing masuk di Hp Syafa."
"Baiklah. Bapak hanya memberitahukan itu saja. Syafa, bapak dan ibu hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu. Semua keputusan sekarang ada padamu, bapak percayakan padamu, karena hanya kamulah yang paling tahu apa yang kamu mau," pungkas Pak Syakir menyudahi pesan WA nya pada Syafana.
Syafana termenung setelah mendapat pesan WA dari Pak Syakir. Dia benar-benar bingung dan sedih. Semua kemungkinan-kemungkinan kini menghantam dadanya.
"Bagaimana kalau Sakala tahu kalau papanya ternyata tidak meninggal? Lalu bagaimana jika laki-laki itu akhirnya mengetahui kalau Sakala adalah darah dagingnya?" Pertanyaan-pertanyaan itu kini terus mengusik hatinya.
"Ya Allah, tolong hambaMu," bisik Syafana seakan putus asa.
Syafana masih termenung di dalam kamarnya. Memikirkan bagaimana caranya ia nanti akan menghadapi Dallas. Sebisa mungkin jika nanti Dallas menghubunginya, Sakala jangan sampai mengetahuinya.
Saat ini Sakala sedang pergi dan berlatih fisik. Meskipun tes fisik atau jasmani sudah dilewatinya dengan baik, tapi Sakala tetap pergi berlatih untuk lebih memperkuat ketahanan fisiknya kelak jika dia lulus jadi bintara.
Syafana menghela nafas dalam, dia berharap laki-laki bernama Dallas itu tidak pernah akan menghubunginya. Bahkan Syafa berharap Dallas lupa menyimpan nomer Hp nya.
Namun, harapannya sepertinya tidak didengar. Selang beberapa saat, sebuah nomer asing tiba-tiba masuk dan menghubunginya. Syafa menatap lama nomer itu. Nomer itu seakan masih sama seperti nomer Dallas yang pernah diblokirnya 19 tahun lalu, lalu Syafa ganti nomer telpon supaya Dallas tidak bisa menghubunginya lagi.
"Dia menghubungi? Kenapa tidak pesan WA saja?" bisiknya malas. Untuk beberapa saat, Syafana sengaja mengabaikan panggilan itu, dia ingin tahu sebesar apa kesabaran seorang Dallas ketika panggilannya diabaikan.
Nomer asing itu kembali menghubungi dan tidak sabar ingin panggilannya diangkat. Lagi-lagi Syafa membiarkan panggilan itu berlalu begitu saja.
"Assalamualaikum. Dek, apa kabar? Kamu masih ingat saya? Saya Dallas. Saya, mendapatkan nomermu dari bapakmu kemarin. Dek, saya ingin bertemu. Saya ingin bicara empat mata denganmu. Tolong kabulkan permintaan saya," mohonnya akhirnya mengirimkan pesan WA.
Lama Syafa membiarkan pesan itu tanpa balas. Dia sama sekali tidak ingin membalasnya. Terlalu sakit hatinya jika harus mengingat kembali sosok yang pernah membuatnya terluka.
"Saya hanya ingin bicara dari hati ke hati. Tolong kabulkan permintaan saya. Atau saya yang datang ke rumahmu?" Pesan WA itu kembali datang, kali ini isinya bikin Syafa terhenyak. Dallas bilang mau datang ke rumah, maksudnya rumah mana?
Syafana kalang kabut, dia menebak-nebak rumah mana yang dimaksud Dallas, rumah orang tuanya atau rumahnya di sini di Cikaracak?
"Kita selesaikan masalah kita secara dewasa, Dek. Atau kalau perlu kita libatkan kedua orang tuaku. Karena bagaimanapun yang membuat kita terpaksa berpisah adalah mereka. Tolong, Dek. Sekali ini saja, kakak ingin bicara sama kamu dari hati ke hati. Setelah kamu mendengar semua penjelasan kakak, kakak serahkan semua padamu baik dan buruknya."
Kalimat permohonan itu begitu dalam. Syafana membacanya berulang kali, tapi tidak sanggup membalas. Dia masih bingung harus memberikan jawaban apa, sementara dirinya sudah tidak ingin bertemu lagi dengan Dallas.
"Aku harus putuskan apa?" tanyanya bingung sendiri.
"***Temui aku di Saung Seubeuh, besok jam dua siang***." Akhirnya Syafana memberikan jawaban. Tanpa menjelaskan di mana Saung Seubeuh itu. Syafana membiarkan Dallas mencari sendiri di mana tempat itu.
"***Baiklah. Aku pastikan besok datang ke sana tepat waktu***." Dallas menjawab dengan sebuah emot tersenyum yang bagi Syafa terasa menyebalkan.
Malam pun menjelang, Syafana menghampiri Sakala di kamarnya. Ia melihat sang putra sedang melaksanakan sholat Isya dengan khusuk, lalu berdoa di penghujung sholat. Alangkah teduh ketika melihat Sakala sholat dan berdoa. Di sana Syafana seolah mendapatkan kekuatan.
"Aku harus temui dia besok. Dan aku harus hadapi dia dengan berani," tekadnya sembari menatap Sakala tanpa kedip. Sosok Dallas pun tiba-tiba seakan masuk ke dalam diri Sakala. Dia menatap Syafa penuh cinta, cinta yang pernah Dallas hadirkan dahulu untuknya.
"Mama, sudah di sini rupanya. Kenapa Mama menatap Saka seperti itu?" kejut Sakala menghampiri Syafana lalu meraih tangan wanita yang sudah melahirkannya itu.
"Ya ampun, Ka. Mama~mama mau suruh kamu makan. Tapi, mama melihat kamu masih sholat. Ya, sudah, ayo. Kita langsung ke ruang makan saja," ucap Syafana gelagapan. Untuk menghindari pertanyaan Sakala, Syafana langsung keluar kamar Sakala lalu mengajaknya ke ruang makan.
Sakala mengikuti Syafana, dan mereka kini makan malam, berdua seperti hari-hari biasanya.
"Kapan pengumuman pantohir itu, Ka?" tanya Syafa di sela makannya.
"Seminggu lagi, Ma. Doakan Saka lolos, ya, Ma. Saka ingin membuat Mama maupun papa di surga bangga dan bahagia." Jawaban Sakala sontak saja menghujam jantung Syafana. Lagi-lagi ingin membuat bangga almarhum papanya di surga.
"Mama selalu doakan kamu yang terbaik. Mama yakin, jika sudah rejekinya, maka minggu depan Sakala pasti dinyatakan lulus," ucap Syafa yang langsung diaminkan Sakala.
Setelah makan malam usai, mereka berdua kembali ke peraduannya masing-masing. Syafana lagi-lagi termenung dan tidak bisa tidur. Dia terus kepikiran dengan pertemuan besok dengan Dallas.
Tiba-tiba Syafana teringat akan Bidan Dista, yang sempat menceritakan masa lalu dengan mantan suaminya. Syafana kembali bertanya, apakah sosok yang diceritakan Bidan Dista adalah Dallas? Ia seperti menemukan banyak kesamaan dari sosok itu.
"Benarkah laki-laki itu belum menikah lagi hanya karena masih mencintai aku?" tanyanya tidak percaya.
mohon maaf lahir dan bathin 🙏
semangat terus dalam berkarya thor💪❤️
Semoga dengan perjuangan dan kegigihan hati dan cinta nya Dallas, sedikit demi sedikit bisa merebut kembali hati Syafa, demi kebahagiaan Sakala.
Mohon maaf lahir batin ya kak
Nikmati aja momen idul fitri sm keluarga dulu