Melia menangis sejadi-jadinya saat terpaksa harus menerima perjodohan yang tak di inginkan. pasal nya melia sudah memilki kekasih yang begitu ia cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Arkan yang melaju menyusuri jalan menuju ladang sembari menggerutu.
"Dia pikir dia lebih tampan, meratukan satu istri saja tak mampu, eh...sok-sokan mau meratukan istri orang" Arkan menghentikan kendaraan nya ia turun dari motor dan mulai mengerjakan pekerjaan ladang nya.
"Heh Arkan kamu mau kerja atau mau kondangan sih necis bener dandanan mu" sapa pak sapto pemilik ladang sebelah Arkan.
"Nggak papa pak sekali-kali siapa tau dandan kaya gini ntar kerjanya di bantuin sama bidadari" ucap Arkan asal.
"Ah ngawur kamu kalo emang bisa gitu udah dari dulu orang ke ladang selalu pake pakaian rapi dan wangi" jawab pak sapto.
"Ha ha ha....nah tu bapak tau, saya tadi nggak sempat ganti baju pak. Boro-boro ganti baju sarapan saja enggak" ujar Arkan memelas.
"Loh emang istrimu ke mana?" tanya pak sapto.
"Lagi sibuk pak" jawab Arkan singkat.
"Yah wajar lah punya anak kecil yang tua harus ngalah iya to?" Arkan memutar bola mata nya.
"Iya juga kalo yang buat dia sibuk Juna lah ini bayi tua bangkotan huh!" gerutu Arkan lirih.
"Oh ya Ar sudah dari kemarin aku mau tanya, ladang kamu terlihat subur tanaman apa pun yang kamu tanam tak pernah gagal, pake pupuk apa kamu Ar?" tanya pak sapto.
"Biasa aja pak mungkin lagi rezekinya, pupuk juga sama kaya pemilik ladang lain nya, paling juga saya tambahin dengan doa pak" jawab Arkan sekena nya.
"Ha ha ha....bisa saja kamu Ar"
Setelah mengobrol Arkan dan pak sapto melanjutkan pekerjaan masing-masing.
"Kruuuk....." bunyi perur Arkan yang terasa perih karna tak sempat sarapan.
"Duh laper, bawa duit nggak ya? Males banget mau pulang jam segini" ucap Arkan sembari merogoh saku kanan dan kiri.
"Nah untung ada 15 ribu, lumayan dapat nasi seporsi" ucap Atkan tanpa menunggu lagi ia segera mendatangi warung Bu Sinta.
"Bu nasi sama ayam goreng ya" kata Arkan pada Bu Sinta.
"Eh mas Arkan...tumben beli makanan, apa Melia nggak masak hari ini?" tanya Bu Sinta sembari mengambilkan pesanan Arkan.
"Masak kok, cuma nggak sempat makan aja tadi" ucap Arkan berbohong.
Setelah perut nya kenyang Arkan segera membayar nya dan pergi.
Merasa perutnya kenyang Arkan tertidur di bawah pohon yang ada di ladang nya.
"Arkan bangun, apa kamu mau nginap di ladang?" tanya pak sapto yang melihat Arkan tidur dengan nyenyak nya.
Arkan terbangun ia bingung bertanya dalam hati, "di mana aku?" pak sapto menggoyang kan tubuh Arkan.
"Eh pak sapto ada apa?" tanya Arkan yang nyawa nya baru ngumpul.
"Kamu mau tidur di sini?" kata pak sapto mengulangi pertanyaan nya kembali.
"Enggak lah pak masa iya aku tidur di bawah pohon gini" ujar Arkan sembari senyum-senyum.
"Ya udah pulang...ini sudah mau magrib ntar kesambet setan penunggu pohon baru tau rasa" ujar pak sapto sembari menghidup kan kendaraan nya.
"Waduuuh....aku ketiduran, mana kerjaan belum selesai lagi" Arkan menggerutu menyesali keteledoran nya.
"Mas kamu dari mana kenapa baju kamu kotor begini?" tanya Melia saat Arkan baru masuk rumah.
Arkan tak menjawab ia masih kesal dengan istri nya.
"Mas...kamu dari mana?" Melia mengulang pertanyaan nya. namun Arkan masih diam ia malah menyambar handuk.
Saat akan masuk kamar mandi Bu Drajat bertanya.
"Dari mana Ar? Jam segini baru pulang?" tanya Bu Drajat.
"Ya kerja lah ma emang ke mana lagi aku pergi" jawab Arkan sembari masuk kamar mandi.
"Kamu tenang saja Mel Arkan cuma pergi kerja" ucap Bu Drajat pada Melia.
"Kerja di mana dengan pakaian seperti itu?" tanya Melia
"Mel..." tiba-tiba Radit masuk yang membuat Melia bingung harus bagaimana ia takut masalah pagi tadi akan bertambah runyam.
"Radit ada perlu apa?" tanya Bu Drajat. Yang juga cemas akan timbul masalah.
"Aku mau ada perlu sama Arkan ma" Bu Drajat dan Melia merasa lega mendengar penuturan Radit.
"Tunggu saja mas Arkan sedang mandi" kata Melia sembari berlalu masuk ke kamar bersama Juna.
"Ma kemarin aku dengar pembicaraan mama dan Arkan, dia bilang dia tau keberadaan Rani" kata Radit pada mama nya.
"Kalo aku tanya langsung ke Arkan apa dia mau kasih tau aku?" sambung Radit.
"Mungkin kalo kamu serius dengan penyesalan kamu Arkan akan kasih tau" jawab mama nya.
Tak lama pintu kamar mandi terbuka, Arkan keluar dengan tubuh yang lebih segar. Ia melirik Radit sekilas lalu melangkah menuju kamar nya namun sebelum itu.
"Ar...aku mau tanya sesuatu aku harap kamu jawab yang jujur" seru Radit yang menghentikan langkah Arkan.
"Tanya saja" ucap Arkan tanpa menoleh.
"Apa benar kamu tau keberadaan Rani?" tanya Radit sedikit ragu.
"Memang nya kalo aku tau kenapa?" dengan nada ketus Arkan menjawab Radit.
"Aku mau mencari nya, aku ingin perbaiki kesalahan ku" lirih Radit.
"Yakin?" tanya Arkan yang merasa tak yakin pasal nya ia sudah tau pekerjaan Rani seperti apa mana mungkin Radit mau menerimanya.
"Aku yakin" ucap Radit mantap.
"Ya sudah cari saja di kota" jawab Arkan.
"Tapi kota itu kan luas ke mana aku bisa mencari nya, beri lah aku alamat nya" Radit memelas.
Melia yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka mengangguk-anggukan kepala. "ternyata mas Arkan sudah bertemu dengan Rani, tapi kenapa dia tak mau cerita sama aku" lirih Melia.
Setelah mendapat alamat Radit pergi ke kota sore itu juga.
"Pak ke alamat ini ya" ujar Radit kepada kang ojek.
"Oh ini nggak jauh dari sini kita sudah memasuki wilayah nya mas" ujar kang ojek.
"Memang nya mas yakin mau ke alamat ini,?" tanya kang ojek.
"Memang kenapa pak" jawab Radit.
"Ya..itu tempat khusus mas" ucap kang ojek sembari senyum-senyum sendiri.
"Nah kita sudah sampai mas, mas nya datang di waktu yang tepat, karna sekarang jam operasi" seru kang ojek. Yang membuat Radit bingung.
"Loh ini tempat apa pak, dan operasi apa yang bapak maksud" tanya Radit dalam kebingungan.
"Mas mau di tinggal atau di tunggu" kang ojek kembali bertanya.
"tinggalin aja pak, kalo bapak nunggu nanti kelamaan, belum tentu yang saya cari ketemu" ucap Radit.
"Baik lah saya permisi dulu mas, selamat bersenang-senang habis kan malam yang panjang" ledek kang ojek yang semakin membuat Radit tak mengerti.
"Apa maksud bapak itu?" tanya Radit entah pada siapa, ia mulai berjalan untuk mencari keberadaan Rani.
"Bagaimana dengan mimpiku, Bu? Apa aku tak berhak untuk memiliki mimpi atau mewujudkannya?" Melia nelangsa, dengan derai air mata bla bla bla
semisal,
Di hadapan
Diduga
dan untuk nama menggunakan huruf kapital. Melia
dan untuk kata -nya itu digabung, bukan dipisah ya.