NovelToon NovelToon
RACUN

RACUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami / Kisah cinta masa kecil
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Girl_Rain

Apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan kelabu yang menyelimuti rumah tangga selama lima tahun?

Khalisah meminta suaminya untuk menikah lagi dengan perempuan yang dipilih mertuanya.

Sosok ceria, lugu, dan bertingkah apa adanya adalah Hara yang merupakan teman masa kecil Abizar yang menjadi adik madu Khalisah, dapat mengkuningkan suasana serta merta hati yang mengikuti. Namun mengabu-abukan hati Khalisah yang biru.

Bagaimana dengan kombinasi ini? Apa akan menjadi masalah bila ditambahkan oranye ke dalamnya?

Instagram: @girl_rain67

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Girl_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

H. 28~ Ku Menunggu

Hatinya sakit seolah baru saja ditikam pisau berulang kali akibat pernyataan Khalisah, wanita yang dicintainya.

"Khalisah, kamu tidak serius 'kan? Kenapa kamu justru membenciku?" Seketika Edgar berubah gagap dan mendekati Khalisah, akan tetapi wanita menolak dengan melepas jarum infus dan turun dari brankar.

"Menjauh dariku. Aku muak padamu." Khalisah berkata seraya mundur hingga terduduk di sofa. Pandangannya menjelajahi ruangan putih yang membuatnya panik entah apa alasannya.

"Baiklah, tapi tolong katakan padaku alasannya agar aku bisa memperbaikinya," desak Edgar disertai kegelisahan. Ia tetap di tempatnya kali ini.

"Apa yang bisa diperbaiki? Semuanya sudah lewat lima tahun lalu. Memangnya apa alasan kamu menjadi bodyguard keluarga Al-Ghifari?" pekik Khalisah.

"Aku perlu menyelidiki kebenaran tentang Abizar serta mengawasinya."

"Benar! Kamu curiga, makanya memata-matai mas Abi. Tapi kenapa kamu tidak memberitahuku, dan membiarkanku menikmati kemewahan tanpa tau semuanya berasal dari uang haram? Katakan!" teriak Khalisah menggeser vas bunga di meja hingga terjatuh dan pecah. Air asin yang dikandung matanya kembali terjatuh.

Edgar membeku. Padahal belum menggapai setengah jam semenjak ia menggelap bekasan air mata di wajah Khalisah, dan sudah jatuh lagi. Dan kali ini penyebabnya adalah dirinya.

Khalisah sesenggukan. "Lima tahun, lima tahun tubuhku dihiasi pakaian haram, bahkan seluruh dagingku pun mengandung makanan haram."

"A-aku diperintahkan atasan. Atasanku bilang A-Abizar bukan pengedar narkoba biasa, Dia punya kelompok tertentu. Kami tidak menangkapnya supaya kami bisa mengikutinya untuk menemukan orang lainnya," jelas Edgar.

"Tapi tenang saja, selama ini Abizar menafkahi kamu dengan uang yang dia hasilkan dari perusahaan. Kamu tau 'kan perusahaan itu milik kakek temannya, jadinya tidak ada campuran uang hasil kejahatan. Kalau kamu tidak percaya, aku bisa memberikan buktinya," sambungnya.

Gelengan kepala didapatkan Edgar. Wanita itu masih menangis dan itu sangat menyakitinya.

Aku kecewa padamu, Edgar.

"Dimana suamiku? Aku mau bertemu dengannya," ungkap Khalisah. Ia membungkuk untuk membereskan kekacauan yang dibuatnya, maksudnya adalah ketenangan yang mungkin didapatkan dengan melakukan ha kecil begini.

Edgar tak membiarkan Khalisah melakukannya sendiri, dan ikut membantu mengumpulkan kepingan kaca vas yang pecahnya tidak terlalu abstrak. Sehingga Khalisah langsung kembali duduk.

"Abizar bakal dipenjara di Jakarta, sedangkan kita masih berada di Bekasi. Kamu bisa menemuinya saat tiba di Jakarta." Edgar memasukkan semua pecahan kaca ke dalam tong sampah.

"Aku tidak mau kembali ke Jakarta bersamamu," ungkap Khalisah.

Meski sesaat, Edgar sempat menangkap mata yang memancarkan kebencian, lebih-lebih juga sesuai dengan perkataannya. Edgar menunduk untuk menyembunyikan raut menyedihkannya. "Baiklah, aku akan memesan taksi online. Kamu istirahatlah sambil menunggu. Aku keluar dulu."

Buru-buru Edgar melewati Khalisah dan keluar. Ah, Edgar terduduk cepat.

"Lihat, pahlawan kita tumbang."

"Jangan ganggu aku, Alif," sahut Edgar atas perkataan rekan sekantornya.

Pemuda yang bernama Alif itu berpaling. "Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Yang terpenting kamu sekarang atasan kami, dan menghapus pengaturan atasan lama. Kalau tidak, entah berapa tahun dia mau mengumpulkan penjahat sambil mengkambinghitamkan orang lain."

"Hei, jangan mengatai guruku." Edgar mendongak, sekedar memberikan tatapan tajam karena telah mengatakan hal benar tentang pembimbingnya.

"Terserah." Alif mengulurkan tangan dan menarik temannya yang lemes gara-gara cinta.

"Wanita kamu gimana?" Alif mencoba melirik ke jendela kaca, namun terhalang telapak tangan rekan bucinnya.

"Jangan dilihat, dia lagi nggak pakai cadar," kata Edgar.

"Terus kalau sama kamu nggak papa?"

"Dia nggak sadar, masih syok," jelas Edgar sambil memalingkan wajah bawahannya itu ke arah lain. "Aku akan memesankannya taksi online ke Jakarta, dan kita bakal mengikutinya di belakang."

"Oke, tapi aku yang bawa motor sport-nya ya?" Alif menunjukkan ekspresi antusias.

"Boleh, tapi nanti kamu yang kembalikan motornya ke ayah Fauzan ya?"

Senyuman yang meruntuhkan semangat Alif. Tubuhnya merinding membayangkan dirinya memulangkan motor ayah Fauzan yang sangat menyukai motor. "Kamu kenapa bisa meminjam motor Ayah?"

"Dikasih pinjam, asal yang bawanya orang ahli. Nah, Ayah tau Khalisah tuh ahli," jawab Edgar.

"Kok bisa tau?"

"Ayah Fauzan pernah jadi jurinya."

Maka semakin bingunglah Alif, namun tak ingin menanyakan lebih lanjut mengingat posisi mereka di lorong rumah sakit.

.

.

.

.

"Taksinya sudah dibayar?" tanya Khalisah sebelum keluar dari mobil.

"Sudah, Mbak."

Khalisah keluar dan dikejutkan dengan pelukan Hara diantara gerombolan orang-orang.

Cahaya jeprat-jepret beberapa kamera membuatnya susah melihat, sampai Khalisah menggunakan tangan untuk menghalangi cahayanya. "Ada apa ini?"

"Mbak, bagaimana menurut Mbak tentang suami Mbak Abizar Al-Ghifari?" tanya salah satu reporter. Beberapa lainnya pun nimbrung bertanya.

"Apa mbak tau tentang suami Mbak yang seorang mafia?"

"Mbak, Mbak, Mbak,...."

"Aaaa!" Khalisah memilih jalan damai dengan berteriak, dan menghentikan kegaduhan lebih dulu.

Semua terlonjak, termasuk Hara yang sadari tadi bergelantungan pada lehernya.

Menarik napas dalam-dalam, dan kembali berlagak layaknya wanita anggun. "Maaf, kami sekeluarga sangat terkejut. Jawaban yang kalian harapkan juga enggak ada sama kami, soalnya kami tidak tau apa-apa. Baik Anda semuanya langsung menanyakannya pada polisi. Noh ada di sana."

"Eh, wanita kamu kok tiba-tiba nunjuk ke kita," ucap Alif kepada atasan di sebelahnya.

Edgar pun bingung, namun begitu melihat gerombolan reporter berlari ke arah mereka Edgar panik, dan menepuk-nepuk lengan Alif. "Cabut, Lif. Mereka mau nanya pendapat kita."

Segera Alif memutar haluan mobil dan melajukannya cepat.

"Ayo, Ma, Hara, kita cepat masuk ke dalam sebelum mereka kembali," ajak Khalisah ingin melangkah.

"Nanti kami jelaskan. Sekarang kita bantu Bapak taksinya angkat koper-koper kita ke bagasi," ucap cepat Mama Laili sembari mengangkut koper terakhir dan menutup bagasinya. "Ayo."

Mereka bergegas masuk, dan pengemudi taksinya melajukan mobilnya.

Menaiki taksinya, Khalisah menyadari sesuatu. "Pak, Bapak taksi yang tadi 'kan? Bukannya udah pergi ya?"

"Pemesan taksinya bilang nggak boleh pergi kalau Mbak turun di depan rumah gede," jawab pak pengemudi.

Maka heranlah Khalisah akan asal mula permintaan itu, membuatnya menoleh pada Hara dan mama Laili. "Kenapa kita pergi?"

"Rumah kita disita. Tadi polisi datang dan bilang sebagian besar rumah kita dibangun dari hasil penjualan narkoba, makanya kita disuruh pindah," terang mama Laili, menyandarkan kepalanya ke jendela.

"Apa." Kejut Khalisah. Terlalu banyak hal yang menguras pikiran serta hatinya hari ini, sehingga tubuh Khalisah terhempas ke sandaran kursi. "Sekarang kita harus tinggal dimana?"

"Bagaimana kalau ke kampung Hara, di sana ada rumah Hara," cetus Hara tersenyum dengan muka kering air mata.

"Nggak!" jawab Khalisah dan mama Laili serempak.

"Kita tinggal sementara di kontrakan, tempat tinggal aku waktu kabur kemarin. Setidaknya di sana dulu sampai kita menemukan cara lain. Pak, tolong ke jalan XXXX 'ya."

"Baik, Mbak."

...☠️...

...☠️...

...☠️...

Yang kalian rasakan saat baca novel ini?

Ayo, Rain sama kak Tisara mau dengar jawaban kalian 🧐

1
Aminin azaaa
bingung Thor Edgar kan seorang polisi, tp bertahun tahun jd bodyguard khalisah, gimana cara bagi waktu nya🙏🙏
Masitoh Masitoh
jujur aku heran dgn sikap Khalisah terlalu baik ya Thor walau mertua SDH hadirin madu bahkan suaminya mafia
@Girl_Rain67: Jujur, Rain pun pengen jadi Khalisah. Tapi tak sanggup 😢
total 1 replies
Dinda Putri
up
Dinda Putri
Lanjut Thor jangan kelama an upnya jadi penasaran
@Girl_Rain67: Siap, kak
total 1 replies
Dinda Putri
luar biasa
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
@Girl_Rain67: Insyaallah
total 1 replies
Anto D Cotto
menarik
Aminin azaaa
lanjutkan
@Girl_Rain67: Siap, kak. /Smile/
total 1 replies
Aminin azaaa
lanjut
Gadiscantik27
Malam, kak. Boleh minta support balik, kak?
@Girl_Rain67: Boleh, kak 🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!