(Gak jamin kalau kamu bakalan nangis bombay)
Audrey, seorang wanita pekerja keras yang mengabdikan hidupnya untuk karier. Dia tidak tampak tertarik dengan hubungan percintaan apalagi pernikahan. Di usia 28 tahun, ia bahkan tidak memiliki seorang kekasih ataupun teman dekat. Tidak ada yang tahu kalau Audrey menyimpan beban penyesalan masa lalu . Namun, kehidupannya yang tenang dan monoton mendadak berubah drastis ketika ia bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, Sofia. Audrey tidak pernah menyangka kalau Sofia memintanya menikahi calon suaminya sendiri. Akankah pernikahan Audrey menjadi mimpi buruk atau justru kisah cinta terindah untuk seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35 Baju Tidur
Audrey sengaja mampir ke toko bahan kue sebelum pulang ke apartemen. Ia ingin membuatkan cake ulang tahun yang spesial untuk Opanya. Tiba-tiba Audrey teringat pada Tuan Jonathan, ayah Sofia. Sudah cukup lama, Audrey tidak punya kesempatan lagi untuk berkunjung maupun sekedar mengirimkan kue untuk Tuan Jonathan. Dia merasa cemas apakah Tuan Jonathan sehat dan baik-baik saja saat ini. Audrey sungguh merasa bersalah pada Sofia, karena tidak dapat memenuhi pesan terakhirnya untuk menjaga Tuan Jonathan.
Apa sebaiknya aku mengundang Tuan Jonathan ke ulang tahun Opa? Mungkin Tuan Jonathan akan sedikit terhibur disana. Tapi bagaimana dengan Reiner? Apa ia akan setuju?
pikir Audrey ragu-ragu.
Setelah menimbang-nimbang beberapa lama, Audrey memberanikan diri untuk mengirimkan pesan kepada Reiner. Namun belum sempat melakukannya, Audrey terkejut karena Reiner sudah mengirimkan pesan lebih dulu kepadanya. Seolah-olah pikirannya mulai bisa terhubung dengan Reiner.
Audrey, aku pulang malam hari ini. Aku akan makan malam di luar dengan klien. Tidak perlu menungguku. Siapkan baju-bajuku untuk menginap di rumahmu besok.
Reiner
Ada sedikit kekecewaan di hati Audrey ketika membaca pesan dari Reiner.
Kenapa perasaanku jadi seperti ini?
Harusnya aku senang dan lega karena dia tidak akan menggangguku malam ini.
batin Audrey merasa heran dengan dirinya sendiri.
Baik, Tuan. Maaf, Tuan, bolehkah saya mengundang Tuan Jonathan juga ke rumah saya besok?
Dengan was-was, Audrey menunggu Reiner membalas pesannya.
Terserah kamu saja. Tapi ingat janjimu untuk memenuhi syarat dariku.
balas Reiner singkat.
Dia mengijinkanku mengundang Tuan Jonathan. Walaupun seperti biasanya dia tetap ingin menindasku.
Audrey merasa sikap Reiner akhir-akhir ini sedikit melunak padanya. Namun Audrey tidak ingin mengambil kesimpulan sendiri. Ia tidak tau apakah Reiner sengaja melakukannya agar perasaan Audrey terombang-ambing, atau memang pria itu mulai bisa memaafkan dirinya.
Sesudah sampai di apartemen, Audrey langsung menghubungi Tuan Jonathan lewat telpon.
"Halo, Om Jonathan ini Audrey. Bagaimana kabarnya? Om Jonathan sehat-sehat saja, khan?"
"Halo, Audrey. Om baik-baik saja. Kamu sudah lama tidak datang ke rumah Om. Bagaimana kabarmu dan Reiner?"
"Audrey dan Reiner baik, Om. Audrey ingin mengundang Om Jonathan besok siang ke rumah keluarga Audrey untuk merayakan ulang tahun opa. Apa Om bisa datang?"
"Tentu saja, Audrey. Om akan datang. Terima kasih sudah mengundang Om."
"Baik, Audrey tunggu kedatangan Om Jonathan. Sampai jumpa besok."
Audrey merasa lega bisa mendengar suara Tuan Jonathan. Mengetahui Tuan Jonathan berusaha bangkit dari kesedihannya adalah hal yang sangat penting bagi Audrey. Ia berharap dengan mengundang Tuan Jonathan ke rumahnya, ayah Sofia itu akan merasakan kembali suasana hangat sebuah keluarga. Audrey tidak bisa membayangkan betapa sepinya hidup Tuan Jonathan tanpa kehadiran istri dan putri kesayangannya.
...****************...
Dengan penuh semangat, Audrey memulai kegiatannya membuat cake ulang tahun. Ia menghias fruit cake yang dibuatnya dengan sangat cantik. Audrey juga menambahkan pita merah untuk menambah keindahan cake ulang tahun buatannya. Ia memang ingin memberikan cake yang secantik mungkin untuk ulang tahun opanya kali ini. Audrey tidak tau sampai kapan ia akan punya kesempatan untuk membuat Opanya tersenyum bahagia. Karena kini, ia hanya bisa menjalani kehidupan seperti dalam mimpi. Semua kebebasannya bahkan mungkin kematiannya bergantung pada keputusan Reiner semata.
Setelah merapikan dapur dan peralatan, Audrey menghempaskan dirinya di kursi ruang makan. Entah mengapa ia tidak berselera menghabiskan makan malamnya. Biasanya, ia selalu makan malam berdua dengan Reiner di meja makan. Meskipun jarang berbicara satu sama lain, tapi Audrey merasa sepi tanpa kehadiran Reiner di tempat itu. Apakah perasaannya ini hanya bersifat sementara. Atau memang dirinya mulai terbiasa dengan keberadaan Reiner di sisinya. Audrey meragukan pikirannya sendiri. Apakah dia sudah kehilangan akal sehat, sehingga ingin selalu bersama dengan pria yang membencinya itu.
Aku tidak boleh jatuh dalam perangkap cinta Reiner.
Aku harus menjaga jarak sebisa mungkin darinya, sampai kontrak pernikahan ini berakhir.
Audrey membereskan makan malamnya dan bergegas menuju ke kamar. Ia mendengar suara pintu apartemen yang terbuka dari luar. Artinya Reiner sudah pulang dan itu bisa menimbulkan masalah baginya.
Dia sudah pulang. Semoga dia tidak mengetuk pintu kamarku. Kalau dia mencariku, aku akan pura-pura sudah tidur.
pikir Audrey mencari akal untuk menyelamatkan dirinya.
Audrey merasa lega ketika tidak terdengar lagi suara apapun dari luar. Mungkin dia sudah berpikir terlalu berlebihan sekarang. Reiner pasti kelelahan dan langsung tidur setelah mandi. Audrey merebahkan dirinya di atas tempat tidur dan mengambil ponselnya untuk mengusir rasa bosan. Namun, Audrey melihat ada pesan masuk dari sebuah nomor yang tidak dikenalnya.
Malam, Ibu Audrey. Maaf mengganggu Anda. Saya hanya ingin mengatakan selamat malam. Semoga mimpi indah. Jangan merindukan saya karena kita akan bertemu lagi di hari Senin.
Tristan.
Audrey tersenyum membaca isi pesan dari Tristan. Seperti biasanya, Tristan selalu mengatakan kalimat-kalimat rayuan kepadanya.
Darimana Tristan tau nomor ponselku? Pasti Tasya atau Susan yang memberikannya. Besok Senin aku akan memarahi mereka.
Audrey membalas pesan Tristan dengan cepat.
Selamat malam, Tristan. Semoga kamu bermimpi indah juga. Dan jangan khawatir aku tidak sedang merindukanmu.
Tristan mengirimkan sebuah emoticon menangis sebagai balasan.
Audrey menyimpan nomor ponsel Tristan di phone booknya. Terlihat foto profil Tristan yang terpasang di status ponselnya. Dari foto itu, Tristan tampak berada di suatu tempat yang bersalju dengan memakai jaket kulit tebal berwarna coklat tua. Wajah tampannya dengan tubuh tinggi sempurna, apalagi dipadukan penampilan kelas atas, membuat Tristan tampak bagaikan seorang tuan muda. Terkadang Audrey bahkan merasa Tristan lebih cocok menjadi pemilik Oragon Group, daripada menjadi seorang staff finance.
Suara ketukan di pintu, membuat Audrey terkejut dan buru-buru menyimpan ponselnya.
"Audrey, buka pintunya," terdengar suara Reiner memanggilnya dari depan pintu.
"Audrey, aku tau kamu belum tidur. Buka pintunya! Kamu melupakan satu tugas penting dariku."
Apa yang harus aku lakukan? Kalau aku diam saja dan tidak membuka pintu, dia akan marah. Tapi kalau aku buka pintu aku bisa terjebak lagi olehnya.
Di antara dilema yang melandanya, Audrey memutuskan untuk menghindari kemarahan Reiner. Ia harus memasang wajah manis dan pura-pura tidak bersalah saat nanti membuka pintu kamarnya.
"Maaf, Tuan, saya hampir ketiduran," jawab Audrey mencoba berbohong.
"Ketiduran? Wajahmu terlihat masih segar dan sama sekali tidak mengantuk," ucap Reiner memperhatikan wajah Audrey.
"Kamu belum menyiapkan bajuku untuk menginap di rumahmu besok. Apa kamu berpikir untuk mengingkari janjimu?"
"Ma..af, Tuan, saya lupa..."
"Kalau begitu kerjakan sekarang juga," ucap Reiner menarik tangan Audrey ke kamarnya.
"Tuan, baju mana yang mau Anda bawa?" tanya Audrey menyiapkan tas yang akan dibawa Reiner.
"Pilih saja sesukamu. Bukankah kamu sudah terbiasa menyiapkan bajuku."
"Baik, Tuan."
Audrey memilihkan beberapa baju santai dan celana jeans untuk Reiner. Ia melihat Reiner masih duduk bersandar di tempat tidurnya sambil memainkan ponsel. Ini saat yang tepat baginya untuk menyelesaikan pekerjaannya dan segera pergi dari kamar Reiner.
"Tuan, sudah selesai, saya permisi," ucap Audrey pura-pura mengantuk.
Reiner beranjak dari tempat tidurnya dan menghampiri Audrey.
"Kenapa kamu selalu terburu-buru? Apa kamu takut berdekatan denganku?"
"Saya sudah mengantuk dan ingin tidur, Tuan."
"Kamu akan punya banyak waktu untuk tidur besok."
Reiner menuju ke mejanya dan mengambil sebuah kotak dari dalam laci.
"Ini untukmu. Besok malam kamu harus memakainya."
Mata Audrey terbelalak melihat isi kotak yang diberikan Reiner kepadanya. Sebuah baju tidur wanita berwarna hitam yang sangat terbuka. Membayangkan untuk memakainya saja sudah membuat Audrey bergidik ngeri.
"Sa..ya.. tidak biasa me..makai baju seperti ini, Tuan," ucap Audrey menolak permintaan Reiner.
Senyuman tersungging di bibir Reiner. Ia berjalan ke arah belakang Audrey dan tiba-tiba mendekap tubuh gadis itu dengan kedua tangannya.
"Dengar, aku memberikanmu perintah bukan pilihan. Kalau kamu menolak, artinya lupakan saja keinginanmu untuk pergi ke rumah keluargamu. Baju itu adalah bagian dari syaratku," bisik Reiner di leher Audrey.
"Iya, Tuan, saya akan memakainya besok."
"Bagus, atau mungkin kamu ingin memakainya malam ini?"
"Ti..ti..dak, Tuan. Saya mau tidur sekarang," jawab Audrey berusaha meloloskan diri.
"Aku akan membiarkanmu tidur malam ini. Tapi tidak besok," ucap Reiner melepaskan pelukannya.
Audrey memanfaatkan kesempatan itu meninggalkan kamar Reiner secepat mungkin.
Apa yang akan dilakukannya padaku besok?
pikir Audrey ketakutan.
aq lebih lebih & lebih padamu Reiner😍😍😍😍
emak" labil🤣🤣🤣