Feng Yan seorang pemuda yang tadinya di anggap jenius telah membangkitkan jiwa beladiri berupa manik hijau misterius yang tidak pernah di kenali dan tidak memiliki tingkatan kualitas sehingga semua orang mulai memandang rendah dirinya. dari yang tadi jenius yang di puja kini berubah menjadi sampah yang di pandang rendah.
tahun demi tahun berlalu. Feng Yang tidak pernah berputus asa hingga suatu hari dia kembali dengan kekuatan yang luar biasa. dia bangkit dengan kekuatan yang menggemparkan Dunia.
ikuti terus perjalanan Feng Yan untuk menjadi yang terkuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Apakah Otaknya Tidak Berfungsi? Apakah Dia Seorang Idiot?
Bab 24. Apakah Otak Tidak Berfungsi? Apakah Dia Seorang Idiot?
"Baiklah karena kondisimu sudah pulih sekarang ceritakan padaku siapa yang membuatmu menjadi seperti ini?" Kata Feng Yan serius.
Mendengar ini Feng Tian pun langsung terdiam. Dia merasa ragu ragu untuk bercerita kepada saudara sepupunya. Karena orang yang melukainya sangat kuat hingga menimbulkan trauma yang mendalam di hatinya.
melihat keraguan di mata Feng Tian, Feng Yan pun berkata.
"Huh, kamu bisa memilih antara aku yang mencari tahu sendiri atau kamu yang memberi tahu. Tapi percayalah jika aku punya kekuatan untuk menyembuhkanmu dari luka yang begitu parah maka aku juga bisa membuat kehancuran dengan efek yang sama, bahkan lebih.
"Ya, yang di katakan oleh Raja itu benar. Dia lebih kuat dari yang kamu bayangkan." Ucap Ling Zilan yang sedari tadi diam. Dia akhirnya terpaksa ikut bicara karena sepertinya saudaranya ini sedikit meragukan kemampuan Feng Yan. Dia hanya tidak suka jika ada orang lain yang meragukan kekuatan Raja nya.
Mendengar itu akhirnya barulah mereka semua sadar jika Feng Yan tidak pulang sendirian, melainkan bersama dengan wanita yang sangat cantik bagaikan bidadari. Tadinya mereka tidak terlalu memperhatikan karena mengira dia adalah tamu asing.
Feng Han yang sedari tadi diam pun akhirnya bertanya.
Feng Han menatap putranya dengan rasa ingin tahu yang tak bisa disembunyikan.
"Yan'er, siapa gadis cantik ini? Mengapa kamu belum memperkenalkannya pada kami semua?" tanyanya dengan senyum penuh arti.
Mendengar pertanyaan itu, senyum jahil langsung muncul di wajah Feng Yan. Ia segera bangkit, mendekati Ling Zilan, lalu tanpa peringatan, menggenggam tangannya. Feng Yan menarik Ling Zilan lebih dekat, membuat semua orang menahan napas.
"Dia? Oh, dia calon menantumu yang kedua, Ayah," jawab Feng Yan sambil tertawa kecil. "Yang pertama tentu saja saudari sepupuku, Feng Xiao Lan, itu pun kalau dia setuju," tambahnya sambil melirik Ling Zilan dengan tatapan menggoda.
Ling Zilan hanya bisa terdiam. Wajahnya merah padam, seperti tomat matang. Ia sudah mendengar cerita tentang Feng Xiao Lan dari Feng Yan saat perjalanan pulang, jadi ia tidak terlalu terkejut. Namun, meski ia sudah tahu bahwa Feng Yan memiliki perasaan mendalam pada sepupunya, ia tidak menyangka dirinya akan digoda menjadi istri kedua setelah Xiao Lan. Perasaannya campur aduk antara senang, malu, dan tersentuh di saat yang bersamaan.
Feng Ma, ayah dari Feng Xiao Lan, hanya tersenyum melihat adegan ini, namun di dalam hatinya ia bertanya-tanya dari mana Feng Yan menemukan gadis secantik ini. Selain itu, bagaimana putra kakaknya bisa berkembang begitu pesat hanya dalam waktu empat tahun?
Pertanyaan ini bukan hanya milik Feng Ma, melainkan juga semua orang di ruangan itu.
Akhirnya, Feng Han, ayah Feng Yan, menanggapi dengan tawa riang.
"Haha, jadi dia calon menantu keduaku? Itu bagus. Dia memang sangat cantik, cocok untuk putraku yang gagah dan tampan. Tapi sayangnya, Feng Xiao Lan tidak ada di sini saat ini," Ucap Feng Han, menghela napas panjang.
Mendengar hal itu, wajah Feng Yan berubah. Kegelisahan merambat di hatinya, khawatir akan kondisi Feng Xiao Lan.
Melihat kekhawatiran di wajah putranya, Feng Han segera menenangkan. "Tenang, Yan'er. Feng Xiao Lan telah direkrut oleh seorang wanita misterius dari Alam Atas. Kami tidak tahu nama sektenya, tapi yang jelas dia baik-baik saja di sana. Bahkan, kekuatannya meningkat pesat."
Feng Han kemudian mengeluarkan bola magis seukuran kepalan tangan, menunjukkan kepada Feng Yan. "Ini adalah bola komunikasi yang memungkinkan Feng Xiao Lan menghubungi kami dari Alam Atas setiap bulan. Dengan jejak jiwa yang dia tinggalkan, kita bisa saling bertatap muka, bertukar kabar, dan memastikan kondisinya."
(Catatan: Bola magis itu mungkin seperti video call di dunia modern.)
Feng Han melanjutkan, "Dari pengamatan kami, wanita yang membawa Feng Xiao Lan memiliki kekuatan yang jauh melampaui Dewa. Dia sangat kuat."
Mendengar ini, Feng Yan menghela napas lega.
"Ternyata saudari Feng Xiao Lan sudah lebih dulu pergi ke Alam Atas. Luar biasa," Ucapnya kagum. Dia juga akan bekerja keras agar secepatnya bisa ke alam atas banyak sekali hal yang perlu Feng Yan bereskan satu demi satu.
Kembali ke Feng Han
Rasa penasaran di hati Feng Han belum sepenuhnya terjawab. Pergi kemana saja putranya selama ini? Ia memandang Feng Yan dalam-dalam sebelum akhirnya bertanya,
"Yan'er, sebenarnya ke mana saja kamu selama ini?"
Feng Yan hanya tersenyum santai.
"Oh, tidak jauh, Ayah. Aku hanya di Hutan Senyap."
Saat mendengar jawaban itu, seluruh ruangan terdiam. Hati setiap orang bergetar, tubuh mereka menggigil. Hutan Senyap adalah tempat paling terlarang dan mengerikan di seluruh Kerajaan Naga Emas.
Feng Yan kemudian melanjutkan penjelasannya dengan santai, namun kata-katanya segera mengejutkan semua orang di ruangan itu.
"Sebenarnya, Ling Zilan ini bukan manusia biasa. Dia adalah Ular Python Taring Biru, monster buas yang selama ini menguasai wilayah tengah Hutan Senyap. Namun, dia kini telah menjalin kontrak jiwa denganku. Makanya dia ikut denganku kemanapun aku pergi. Lagi pula itulah yang harus di lakukan calon istri." Kata Feng Yan sambil cengengesan.
Ling Zilan pun wajahnya langsung memerah lagi. Kali ini dia benar benar do kerjai habis habisan oleh Feng Yan.
Ruangan seketika hening, udara terasa tegang namun sebagian ada yang tersenyum saat mendengar perkataan Feng Yan yang terakhir. Tapi sebelum orang-orang bisa mencerna sepenuhnya, suara lembut namun tegas Ling Zilan bergema di antara mereka.
"Alasan kenapa aku memanggil Feng Yan dengan sebutan 'Raja' adalah karena dia telah mengalahkanku sebelumnya. Tidak hanya itu, Feng Yan juga mengalahkan Raja penguasa Hutan Senyap yang lama," ucapnya dengan tenang, namun penuh kewibawaan.
Ling Zilan melanjutkan, "Jadi saat ini, Feng Yan adalah Raja baru yang menguasai Hutan Senyap. Semua monster penghuni Hutan Senyap, termasuk diriku, berada di bawah kekuasaannya. Kami semua setia mengabdi padanya sampai akhir hayat kami."
Suasana berubah drastis. Orang-orang yang awalnya terkejut kini diliputi rasa kagum dan takut. Tak ada yang menyangka bahwa Feng Yan bukan hanya kembali dengan kekuatan yang jauh lebih besar, tetapi juga dengan status sebagai Raja dari Hutan Senyap yang legendaris.
Ruangan terasa semakin tegang setelah penjelasan Ling Zilan. Semua yang hadir tak mampu berkata-kata, tenggelam dalam perasaan mereka masing-masing. Mereka semua mengenal Feng Yan—atau lebih tepatnya, mengenal sosok Feng Yan yang dulu. Seorang anak kecil yang sering diejek dan diabaikan oleh banyak orang. Feng Yan kecil adalah sosok yang tidak pernah dianggap serius, sering diremehkan karena kelemahannya, dan tidak pernah dipedulikan.
Mereka semua teringat saat Feng Yan pergi meninggalkan kampung halamannya, membawa luka di hatinya. Tidak ada yang menghentikannya, tidak ada yang menanyakan bagaimana perasaannya. Mereka tidak pernah memikirkan bahwa anak kecil itu, yang mereka abaikan, suatu hari akan kembali.
Dan sekarang, lihatlah dirinya. Feng Yan telah kembali dengan segala kemuliaannya. Bukan lagi anak yang lemah, melainkan seorang penguasa. Raja Hutan Senyap, pengendali monster-monster buas yang selama ini hanya ada dalam cerita menakutkan.
Namun, meski begitu, satu hal yang membuat mereka tercengang bukanlah kekuatannya atau statusnya. Yang paling membuat mereka terkejut adalah sikap Feng Yan. Meski kekuatannya kini tak terhingga, dia masih orang yang sama. Feng Yan masih menunjukkan kehangatan dan kasih sayang pada keluarganya, meski mereka adalah orang-orang yang pernah mengabaikannya.
Rasa bersalah mulai menyelimuti hati mereka satu per satu. Mereka mengingat bagaimana mereka pernah memperlakukan Feng Yan dengan buruk, menganggapnya tidak penting. Sekarang, melihat betapa mulia dan hebatnya Feng Yan, mereka merasa seolah-olah telah menyia-nyiakan sesuatu yang sangat berharga.
Andai waktu bisa diputar kembali, mungkin mereka akan memperlakukannya dengan lebih baik. Mereka akan memberinya perhatian, dukungan, dan cinta yang seharusnya ia terima sejak awal. Tetapi kini semua itu sudah terlambat, dan rasa bersalah itu menancap dalam di hati mereka.
Namun, yang membuat mereka semakin bersalah adalah, meski Feng Yan sudah memiliki segala kekuatan dan kejayaan, dia tidak pernah menyimpan dendam. Dia tetaplah Feng Yan yang ramah, rendah hati, dan penuh kasih. Sosok yang mereka abaikan kini menjadi sosok yang mereka kagumi, namun perasaan penyesalan itu tidak pernah bisa terhapus.
Melihat wajah-wajah suram di sekelilingnya, Feng Yan menghela napas pelan. Dia bisa merasakan ketegangan yang memenuhi ruangan, perasaan bersalah yang menggantung di udara. Namun, dengan senyum lembut, dia mencoba mencairkan suasana.
"Jangan memasang wajah suram seperti itu," kata Feng Yan dengan suara tenang, namun jelas. "Aku sama sekali tidak pernah memikirkan masa lalu. Kita semua adalah satu keluarga, bukan? Lagi pula, mungkin semua yang terjadi memang harus terjadi."
Kata-katanya mengalir lembut, namun penuh makna. "Aku harus pergi dari rumah agar aku bisa mengembangkan diriku lebih jauh lagi. Menjadi lebih kuat, dan menembus batasan yang tampaknya mustahil untuk ditembus."
Dia berhenti sejenak, menatap mereka satu per satu, memastikan setiap orang mengerti maksudnya. "Tapi dari semua itu, yang paling penting bagiku adalah keluarga. Selama kita semua tetap setia pada Keluarga Feng, saling mendukung satu sama lain, dan tidak berkhianat, itu sudah lebih dari cukup bagiku."
Feng Yan berbicara dengan ketulusan, tidak sedikitpun menunjukkan dendam atau kemarahan. Justru, ucapannya penuh kasih sayang, seperti seorang pemimpin yang menginginkan kedamaian bagi keluarganya. Kalimat terakhirnya menenangkan hati semua orang, menghapus sebagian besar rasa bersalah yang menggantung di sana.
Mereka menyadari bahwa Feng Yan, meski telah mencapai puncak kekuatan dan kejayaan, tetaplah sosok yang mengutamakan persatuan dan cinta dalam keluarga. Itulah yang membuatnya semakin dihormati, bukan hanya karena kekuatannya, tetapi karena hatinya yang besar.
Feng Tian menghela napas panjang, seolah membebaskan diri dari beban yang telah lama dipendamnya. "Ini semua dimulai beberapa bulan yang lalu. Saat itu, aku mulai tertarik pada ilmu formasi. Awalnya aku hanya iseng mempelajari dasar-dasarnya, tapi semakin lama aku semakin terpesona oleh kekuatan dan kompleksitasnya. Aku bahkan tak menyangka bahwa aku memiliki bakat di bidang ini."
Ia menatap Feng Yan dengan sorot mata yang tenang, namun penuh cerita. "Aku terus mendalami ilmu formasi itu dengan penuh semangat. Semakin jauh aku belajar, semakin aku ingin menguji batas kemampuanku. Hingga akhirnya aku sampai pada titik di mana aku berhasil menciptakan jimat formasi. Bukan hanya jimat biasa, tapi jimat pertahanan kualitas menengah dengan empat lingkaran, yang berarti jimat level 4."
Feng Yan terdiam mendengarkan, membiarkan Feng Tian melanjutkan ceritanya tanpa interupsi.
"Jimat-jimat ini memiliki tingkat efektivitas yang berbeda-beda. Jimat kualitas rendah efektif untuk kultivator tingkat 1 hingga 3, jimat menengah untuk tingkat 4 hingga 6, dan jimat kualitas tinggi untuk kultivator tingkat 7 hingga 9. Setiap jimat yang berhasil dibuat memancarkan energi dalam bentuk lingkaran, menandakan level dari jimat tersebut. Empat lingkaran yang kupancarkan dari jimatku itu berarti aku sudah berada di level yang cukup tinggi—untuk seorang dari keluarga cabang, pencapaian ini luar biasa."
Feng Tian terdiam sejenak, seakan tenggelam dalam ingatan itu. "Dengan jimat pertahanan itu, aku memutuskan untuk melelangnya di Paviliun Teratai Biru. Paviliun itu dikenal sebagai tempat di mana benda-benda berharga dipertukarkan oleh para ahli dan bangsawan. Aku pikir, jika jimatku berhasil dijual di sana, itu akan menjadi bukti kemampuanku."
Ia menundukkan kepalanya sedikit sebelum melanjutkan, "Saat aku sedang berdiskusi dengan pelayan di paviliun tentang harga jimat, tiba-tiba seorang gadis datang. Dia melihat jimat di tanganku, dan matanya langsung berbinar-binar. Ada ketulusan dalam tatapan matanya, seolah dia benar-benar terkesan dengan apa yang kulakukan."
Feng Yan mendengarkan dengan penuh perhatian. "Dan siapa gadis itu?" tanyanya dengan lembut.
Feng Tian tersenyum samar. "Namanya Jia Yu. Saat pertama kali melihatnya, aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Cara dia berbicara, caranya memandang jimat yang kubuat, dan suaranya ketika dia bertanya apakah aku bersedia menjualnya—semuanya terasa begitu tulus. Tanpa berpikir panjang, aku memberikannya jimat itu. Aku tahu aku seharusnya menjualnya, tapi... aku tak tega melihat betapa dia menginginkannya."
Feng Tian melanjutkan, kini dengan suara yang sedikit lebih lembut, seakan mengenang saat-saat bersama gadis itu. "Sejak saat itu, kami mulai berkenalan. Ternyata Jia Yu bukan hanya gadis yang baik hati, tetapi juga sangat sederhana. Dia tidak pernah memandang rendah siapa pun, bahkan ketika dia tahu aku berasal dari keluarga cabang. Hari demi hari kami semakin dekat, meskipun hanya sebatas teman. Namun, lama-kelamaan, perasaan itu mulai berubah. Aku tidak hanya kagum padanya, tapi aku jatuh cinta."
Feng Tian menggelengkan kepalanya perlahan, seakan tidak percaya pada dirinya sendiri. "Aku tahu bahwa jatuh cinta padanya mungkin bukan hal yang bijak. Aku dari keluarga cabang, dan dia… dia lebih layak untuk seseorang dari keluarga utama. Tapi, sikapnya yang baik dan tulus membuatku tak bisa menahan perasaanku."
Dia berhenti sejenak sebelum melanjutkan dengan nada yang lebih serius. "Namun, aku tidak tahu bahwa ada orang lain yang diam-diam memperhatikan kami. Orang itu adalah Feng Zhuo, salah satu jenius dari keluarga utama Klan Feng. Dia datang ke Kerajaan Naga Emas untuk bertemu calon tunangannya, dan calon tunangan itu adalah Jia Yu."
Feng Yan terkejut mendengar ini. "Jadi Jia Yu sudah dijodohkan dengan Feng Zhuo?"
Feng Tian mengangguk perlahan, ekspresinya berubah getir. "Ya, meskipun Jia Yu sendiri tampaknya tidak begitu menyukainya. Feng Zhuo adalah tipe pria yang sombong dan suka merendahkan orang lain, berbeda jauh dengan Jia Yu yang lemah lembut. Namun, dalam beberapa hari setelah kedatangannya, Feng Zhuo mulai merasa bahwa Jia Yu adalah pasangan yang cocok baginya, meskipun Jia Yu tak pernah memperlihatkan perasaan yang sama."
Feng Tian melanjutkan dengan nada yang lebih rendah, “Lalu, suatu hari, ketika Feng Zhuo keluar bersama pengawal pribadinya, dia melihat sesuatu yang membuatnya marah besar.
Dia melihat Jia Yu sedang berjalan-jalan denganku di pasar kota. Dia melihat bagaimana Jia Yu tersenyum manis padaku—sesuatu yang mungkin tidak pernah dia dapatkan dari gadis itu.”
Feng Yan bisa merasakan ketegangan yang mulai timbul dalam cerita itu. “Dan tentu saja, Feng Zhuo tidak bisa menerima hal itu,” kata Feng Tian, menahan rasa frustrasi. “Dia merasa dipermalukan. Dia, seorang jenius dari keluarga utama, melihat calon tunangannya berjalan bersama pria lain, bahkan seorang dari keluarga cabang.”
“Sejak saat itu, Feng Zhuo dipenuhi oleh cemburu buta. Amarahnya semakin membara. Dia merasa kehormatannya diinjak-injak, bukan hanya olehku, tapi juga oleh Jia Yu. Dan dari sanalah semua kekacauan dimulai.”
Feng Tian menghela napas panjang, menatap kosong ke kejauhan. “Feng Zhuo tidak bisa menahan rasa cemburunya. Ia memandang rendah keluarga kita, keluarga cabang yang menurutnya, tidak pantas berhubungan dengan seseorang seperti Jia Yu. Dia merasa bahwa posisiku telah merusak kehormatannya, dan dia mengambil tindakan yang berujung pada penghinaan terhadap keluarga kami.”
Feng Yan terdiam, menatap saudaranya yang jelas-jelas sedang menahan rasa sakit dari apa yang telah terjadi. Ini bukan hanya tentang cinta atau perasaan pribadi; ini tentang konflik yang lebih besar, antara status sosial, kehormatan, dan harga diri yang dilukai. Dan kini, keluarga mereka berada di tengah-tengah badai itu.
"Dia merasa kehormatannya diinjak-injak!" Konyol sekali! Kenapa dia tidak berkaca dan merenung? Kenapa dia tidak berfikir apakah yang kurang pada dirinya. Dan justru memilih mengamuk seperti anjing gila.
Seorang keturunan utama melakukan hal memalukan dengan menindas orang yang lebih lemah darinya, dan ironisnya yang dia tindas adalah Klan Feng yang sama, meskipun itu hanya keluarga cabang. Apakah otaknya tidak berfungsi dengan baik karena cemburu ? Atau apakah dia seorang idiot?
Tapi apapun itu, apakah Feng Yan takut? Tentu saja tidak. secara garis besar menurut Feng Yan tidak ada yang salah dengan saudaranya. Tapi yang salah adalah sikap berlebihan dari Feng Zhuo itu sendiri. Dia akan menuntut balas, mengembalikan rasa sakit yang di derita oleh keluarganya 100 kali lipat.
Wajah Feng Yan berubah menjadi ganas. Aura membunuhnya bocor dan itu menyebar dengan cepat ke seluruh ruangan. Seketika suasana di penuhi teror, semua orang sesak nafas. Seolah mereka akan mati.
Menyadari kesalahannya, Feng Yan segera menarik aura pembunuhnya dan meminta maaf.
"Maaf, aku kelepasan." Ucapnya canggung, sambil menyebarkan energi hijau keemasan untuk memulihkan kondisi semua orang. Saat energi itu menyebar kondisi semua orang pun akhirnya stabil dan merasa mengenal nafas lega.
Namun, satu hal yang mereka fahami. Mereka tidak akan pernah memancing amarah sosok yang yang selalu tersenyum lembut para mereka ini. Di balik senyumnya ternyata menyimpan niat pembunuh yang mengerikan. Yang membuat orang bisa mati tanpa tahu bagaimana mereka mati.