satu wanita dengan empat pria sekaligus, memiliki wajah cantik sekaligus senyuman yang dapat memikat semua mata kaum adam yang melihat kearahnya.
kania ratu ovalia mempunyai wajah yang cukup terbilang sempurna, hingga tak ada cela sedikitpun untuk mengatakan kekurangan fisik yang gadis itu punya.
di sisi lain ke empat pria tampan dan menduduki pria-pria paling terpopuler di SMA internasional school. hidup ditengah huru hara persoalan yang sering dijumpai di sekolah umum biasanya, Garvin, Ervan, Danu, Alex , dan satu wanita yang bernama kania.
memperebutkan satu hati dari gadis biasa akan tetapi memiliki wajah sempurna. serta memiliki kepribadian yang berbeda, akan kah salah satu dari mereka dapat merebut hati kania atau malah tak ada satupun dari mereka yang dapat memenangkan hati kania.
semua tergantung seberapa besar perjuangan yang akan mereka lakukan dan berikan pada kania.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Ervan hendak berlari mencari satpam tapi langkah kakinya terhenti. jika dirinya mencari satpam terlebih dahulu. kemungkinan besar hal buruk akan terjadi pada Kania. teriakan gadis itu tadi membuat Ervan tak mampu berfikir jernih.
tak ingin terlalu berfikir Ervan segera kearah pintu gudang untuk mendobrak pintu itu.
"Kania, aku mohon bertahan aku nggak bakal bisa maafin diri aku kalau kamu kenapa-nap."
Ervan telah berada di depan pintu gerbang. pria itu berancang-ancang untuk mendobrak pintu gudang sekolah.
Brak
Brak
Brak
Pintu pun langsung terbuka.
mata pria terkejut mendapati keadaan Kiran yang sangat memperhatinkan. dengan cepat ia berlari kearah Kania, switer yang di pakai Ervan ia pakaikan di tubuh Kania yang seragam baju nya sudah robek.
Ervan membopong tubuh mungil gadis itu. ada rasa sakit dalam hatinya, keadaan Kania benar-benar membuat siapapun yang akan melihat nya merasa iba dan kasihan.
"aku janji siapapun yang udah buat kamu kayak gini, bakal aku buat dia ngerasain apa yang udah kamu rasakan." janji serapah dari Ervan.
tak lama Danu dan yang lainnya berkumpul di tempat awal tadi mereka bertemu.
dengan nafas yang tersengal sengal semua pria itu menggeleng kan kepalanya seakan ingin memberi tahu bahwa tak ada Kania di sekolah ini.
"Ervan mana?" tanya Alex.
"nggak tau lo telfon aja, kita cari di tempat lain. mungkin Kania emang nggak ada di sekolah." jawab Danu.
Alex pun mengangguk dan hendak menelfon sepupunya itu. tapi tiba-tiba matanya mengarah pada sosok bayangan dari jauh di kegelapan yang hanya di terangi oleh cahaya bulan.
"itu kan.... Ervan." ucap Alex.
sontak semua pun langsung mengarah kearah pandangan Alex.
"dia gendong...." ucapan Garvin langsung di sela dengan Aidan.
"itu Kak Kania."
Semua pun langsung berlari menghampiri Kania dan Ervan.
"Kania!" ucap lirih Danu.
semua merasa iba melihat keadaan Kania.
"kita anter ke rumah sakit pakek mobil gue, ini kunci nya di saku. Garvin lo yang nyetir." ujar Ervan.
Garvin pun mengangguk dan mengambil kunci di saku Ervan.
******
Rumah sakit
"apa? gudang sekolah." Alex terkejut ketika mengetahui bahwa Kania dikunci dengan keadaan seperti itu di tempat gelap dan kumuh.
"tadinya kalau gue lihat kearah atas jendela gudang, gue nggak tau apa yang bakal terjadi sama Kania." imbuh Ervan pada ceritanya tadi.
Tak lama mahes pun datang.
"ayah!" tangis Aidan dan memeluk tubuh Mahes.
"kenapa kamu menangis apa yang terjadi? kenapa bisa kakakmu sampai di bawa ke rumah sakit? Danu."
"maafin Danu om, nggak bisa jaga Kania. seharusnya Danu pulang bersama dengan Kania tadi." ucap Danu dengan kepala yang tertunduk.
ketiga pria yang juga ikut bersalah karna datang terlambat untuk menyelamatkan Kania. hanya mampu duduk dengan menundukkan pandangannya.
"om tidak menyalahkan kamu, sekarang bagaimana keadaan Kania?"
"masih di periksa oleh dokter." jawab Danu.
Aidan yang masih memeluk tubuh Ayahnya langsung ditenangkan oleh Mahes. "jangan cengeng kamu anak laki-laki harus kuat untuk kakak mu dan ayah paham!"
Aidan mengangguk tapi tak bisa di pungkiri melihat keadaan kakaknya tadi semua tubuhnya penuh dengan memar akibat pukulan. membuat hati Aidan sakit, apalagi di umurnya yang masih muda. pasti rasa iba semakin tinggi apalagi dengan kakaknya sendiri.
"kalian... " Mahes menunjuk ke arah tiga pria yang tak pernah ia lihat.
"kami bertiga temannya Kania om." ucap Garvin.
Mahes mengangguk paham. ia melihat baju basket yang mereka pakai. "pasti kalian lelah, mencari Kania bukanlah hal mudah. dan keluarga kalian juga pasti sekarang khawatir putra nya belum pulang dari sekolah."
"emm, nggak papa kok om. kita sudah bilang sama orang tua kalau sedang menolong teman kami." imbuh Ervan.
merasa terharu ke empat pria yang menolong Kania. termasuk tampan dan seperti pria yang baik. dari cara bicara mereka pada Mahes. tapi meski seperti itu Kania tak pernah menceritakan kalau pernah punya pria tampan sebanyak ini.
Tak lama dokter yang menangani Kania pun keluar.
"keluarga pasien."
"saya ayahnya dok."
"kami sudah melakukan pemeriksaan, ada banyak luka pukulan di bagian wajah bahkan bagian perut pasien. kami perlu mendapat izin dari keluarga pasien untuk pemeriksaaan organ dalam pada Pasien secepatnya. karna yang kami takutkan ada sedikit robekan di dalam organ pasien akibat pukulan keras itu." jelas dokter.
Tubuh Mahes langsung terduduk lemas di lantai. ia kira Kania hanya luka biasa. tapi ketika dokter mengatakan ada banyak luka pukulan membuat Mahes tak mampu berdiri. tubuhnya mendadak lemas.
"ayah!" teriak Aidan dan langsung memegang tubuh Mahes.
"Terima kasih dok, untuk semua nya nanti saya yang urus." ucap Danu.
Ervan melihat Danu yang sangat cekatan dalam melindungi Kania. kini ia tahu mengapa Danu sangat posesif pada Kania. itu semua karna ia pun seperti tak ingin membuat ayah Kania kecewa dengannya.
"kenapa kalian nggak bilang kalau Kania telah di pukul oleh seseorang." ucap Mahes.
"maafin kami om, kami telat menolong Kania." Garvin mengucapkan dengan raut wajah yang terlihat sedih.
tak ingin terlalu lemah, kini Kania tengah membutuhkan seorang ayah yang kuat. bukan malah lemah dan menangis seperti ini.
"kalian semua pulang saja, maafin om udah merepotkan kalian." ucap Mahes.
"tapi om.... " Alex ingin bicara tapi di halau oleh Ervan.
"sekali lagi kami minta maaf, kami permisi." ucap Ervan.
Mahes mengangguk. "kalian anak-anak baik, tidak perlu minta maaf. ini bukan kesalahan kalian." lanjut Mahes sambil menepuk pundak ketiga pria tampan itu secara bergantian.
Dengan berat hati Ervan, Alex dan Garvin pun pergi dari rumah sakit.
"kalian juga pasti lelah, lebih baik kalian pulang biar ayah jaga Kania."
Aidan menggeleng kan kepala. "nggak! kenapa ayah mau ngerawat kak Kania sendiri. Aidan juga pengen ikut ngerawat Kak Kania." rengek Aidan seperti anak kecil.
"ayah sudah bilang jangan seperti anak kecil, pulang dan ingat besok sekolah, ayah tidak pernah mengajari anak ayah bolos sekolah."
"poko.... "
"Danu sudah urus biaya administrasi dan untuk tanda tangan pemeriksaan oragan dalam pada Kania. Danu akan urus, papa lebih baik fokus ngejaga Kania. kalau gitu Danu sama Aidan pulang dulu." tukas Danu.
Mahes mengangguk paham.
"tapi kak... "
"ayok Aidan." ajak Danu.
Mahes menatap kepergian Danu dan Aidan putra nya.
ceklek
suara pintu ruang inap Kania pun terbuka.
Mahes sangat hancur melihat keadaan putrinya. lebam dan memar serasa ia pun ikut merasakan apa yang di rasakan oleh Kania putrinya. perlahan tangannya membelai lembut pangkal rambut Kania.
tangisan Mahes pun pecah. "maaf kan ayah, tidak bisa menjaga kamu. sampai kamu harus merasakan rasa sakit seperti ini."
Seorang ayah yang tak pernah sedikit pun membuat hati putri nya sakit. kini dengan teganya seseorang membuat fisik dan mungkin mental putri nya akan trauma akibat kejadian ini.
"maaf kan ayah, maaf.... " ucapan lirih di satukan dengan tangisan yang cukup pilu dan mengisi seisi ruangan itu dengan suara tangisannya. Mahes menemani putri nya malam itu dengan penyesalan yang teramat dalam.
sedangkan di sisi lain Garvin, Ervan dan Aidan yang ternyata masih di rumah sakit sedang mengobrol.
"apa perlu kita turun tangan untuk orang yang sudah berani menyakiti Kania?" tanya Alex.
"bukan hanya kita , tapi gue pengen membuat semua orang juga ikut turun tangan buat orang yang melakukan hal buruk pada Kania." jawab Ervan dengan kedua tangannya yang mengepal.
"baik perempuan atau laki-laki nggak bakal gue biarin mereka lepas begitu saja." imbuh Garvin sembari sorot matanya yang memperlihatkan kemarahan.
Bersambung.