"May, aku takut. Aku ingin mundur, aku ingin membatalkan semua ini." Ucap Rain dengan tubuh gemetaran.
Malam ini dia berada disebuah kamar hotel presiden suit. Ya, Rain terpaksa harus melelang keperawananannya demi uang. Dia butuh banyak uang untuk biaya rumah sakit adiknya. Selain itu dia juga tutuh uang untuk biaya pengacara, ayahnya saat ini sedang meringkut ditahanan karena kasus pembunuhan.
"Jangan gila Rain. Kau harus membayar ganti rugi 2 kali lipat jika membatalkan. Masalahkan bukan selesai tapi akan makin banyak. Jangan takut, berdoalah, semoga semuanya berjalan lancar." Ucap Maya.
Berdoa? yang benar saja. Apakah seorang yang ingin berbuat maksiat pantas untuk berdoa minta dilancarkan, batin Rain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IMPAS
Pagi pagi Gaza sudah datang ke kantor Sean dengan wajah penuh amanah. Rain terkejut malihatnya, dia bahkan tak memberitahu Rain kalau akan datang ke kantornya.
"Kamu ngapain kesini Ga?" Tanya Rain heran. Entah kenapa perasaannya jadi tidak enak.
"Aku mau ketemu Sean." Jawabnya singkat lalu masuk ke ruangan Sean tanpa permisi.
"Apa kau tak diajari sopan santun, kenapa masuk ruangan orang tanpa mengetuk dulu," bentak Sean.
"Gue gak perlu basa basi Sean, gue butuh penjelasan." Teriak Gaza tak kalah keras dari Sean. Rain benar benar melihat sisi lain dari Gaza. Selama ini dia tak pernah melihat Gaza semarah ini.
"Kamu keluar dulu Rain, ada yang harus aku bicarakan dengan Gaza."
"Tapi Pak." Rain seperti merasakan jika akan terjadi sesuatu yang buruk kali ini.
"Keluarlah." Kata Gaza
"Baiklah." Rain segera keluar dan menutup pintu.
"Apa maksud lo ngirim foto itu ke gue?" Gaza mencengkeram kerah baju Sean. Dia sangat emosi. Tadi malam Sean mengirim fotonya yang sedang tidur bersama Rain dalam keadaan tanpa busana dan hanya ditutupi selimut.
"Lepaskan, ini kantor gue, gue bisa memanggil security buat ngusir lo jika kelakuan lo kayak gini."
Akhirnya Gaza melepaskan cengkeramannya dari kerah baju Sean. Sean menyeringai kecil, dia seperti sedang menjemput kemenangan.
"Jelaskan foto apa yang kau kirim padaku?" bentak Gaza.
"Ckckck." Sean berdecak sambil menggeleng. "Lo tu dulu pinter pas kuliah S1, kenapa setelah lulus S2 lo makin bloon." Ucap Sean dengan senyum meremehkan. "Apa foto itu kurang jelas? Oh gue tahu, mungkin HP lo rusak kali, jadi fotonya blur. Makanya lo gak paham foto apa itu."
Sean mengambil beberapa foto dari laci mejanya lalu melemparkannya pada Gaza. "Tuh liat dengan jelas, mata lo belum katarak kan?"
"Bangst" Sean mengambil satu foto lalu meremasnya hingga tak berbentuk.
"Udah jelas kan? Atau perlu aku cetakin yang lebih besar buat dipajang dikamar lo, hahaha."
BUGH BUGH BUGH
beberapa bogem mentah mendarat diwajah Sean hingga keluar darah segar dari hidung dan bibirnya. Sean hanya tersenyum, dia sama sekali tak membalas. Dia seperti flashback kemasa lalu. Hari itu dia memukuli Gaza sampai babak belur.
"Gue ngerasa kayak kembali kemasa lalu. Tapi posisinya dibalik. Saat itu gue memergoki lo tidur dengan Delia. Dan sekarang, gantian gue yang nidurin cewek lo, impaskan?" Sean tersenyum puas penuh kemenangan. Dendamnya pada Gaza akhirnya bisa terbalaskan.
"Bangst lo Sean, dasar bajingan."
BUGH
Sekali lagi Gaza memukul wajah Sean. Lagi lagi Sean hanya tertawa. Hari ini suasana hatinya sangat bagus hingga dia tak keberatan dipukuli.
"Harusnya lo bersyukur Ga. Lo gak ngeliat secara langsung. Bayangin gue waktu itu. Gue ngeliat secara langsung, secara live. Lo bisa ngebayangin kan gimana sakitnya hati gue. Dan mungkin apa yang gue rasakan saat itu, sekarang sedang lo rasain."
"Berapa kali gue harus ngejelasin ke elo Sean. Gue sama Delia dijebak waktu itu, kita tak melakukan apa apa."
"Cukup Ga, lo gak ada bukti ataupun alibi untuk mendukung penjelasan lo. Gue muak mendengar kata kata itu sejak dulu."
"Rain tak tahu apa apa Sean. Dia tak ada kaitannya dengan masalah kita. Kenapa lo tega menjebaknya?" Gaza pikir Sean menjebak Rain hingga ada foto seperti itu.
"Astaga, jadi lo pikir gue ngejebak Rain. Lo salah besar Bro." Sean mengambil sesuatu dari laci mejanya lalu melemparkannya pada Gaza.
"Baca, itu perjanjian jual beli antara gue dan Rain. Tunangan lo itu udah ngejual keperawanannya seharga 1M ke gue."
Gaza Syok saat membaca surat perjanjian itu. Dia tak bisa percaya jika Rain melakukan hal sehina itu. Dia memperhatikan tanggal yang tertera. Kejadian ini sekitar 8 bulan yang lalu. Itu artinya Rain sudah membohonginya. Rain bilang dia diperkosa oleh rentenir. Kejadian itu lebih dulu daripada perjanjian ini.
Kenapa kau tega membohongi aku Rain? Kenapa kau melakukan ini? Gaza berusaha untuk kuat didepan Sean. Dia tak mau Sean menertawakannya jika terlihat lemah.
"Ini hanya rekayasa kan? Kau jangan mencoba untuk menipuku? Ini hanya kopian, aku yakin ini akal akalanmu saja."
"Ini aslinya." Sean memperlihatkan perjanjian yang asli. Dia sengaja tak memberikannya pada Gaza karena takut Gaza akan merobeknya. Bagaimanapun, surat ini masih dia butuhkan.
Gaza tak bisa lagi menyangkal saat Sean menunjukkan surat perjanjian yang asli dimana ada tanda tangan Rain diatas materai.
"Belum percaya juga?" Sean tersenyum sinis. "Keluar, tanyakan langsung pada Rain. Aku yakin dia masih ingat semuanya karena dia dalam kondisi sadar saat itu."
Gaza berpegangan pada meja. Dia merasa kakinya tak bertulang. Dia serasa ingin ambruk. Kenyataan ini sungguh pahit, sungguh membuatnya sakit seperti ditusuk tusuk dengan ribuan pedang. Dia masih bisa terima jika Rain bilang diperkosa. Tapi ini, kenyataannya lain, Rain menjual diri. Rain menjadi pelac*r saat dirinya berada diluar negeri.
"Lo tahu Ga, tubuh tunangan lo sungguh nikmat. Belum pernah gue ngerasa senikmat itu saat ML dengan wanita manapun. Sumpah, gue ketagihan. Lo tahu wajahnya saat berada dipuncak kenikmatan? Wow.... luar biasa, sangat seksi. Bahkan sampai sekarang gue masih bisa mengingat suara desahannya saat berada dibawah gue." Sean benar benar terus menyiksa perasaan Gaza. Dia sangat puas melihat Gaza hancur.
"Sory ya Ga, gue udah duluan nyinyipin tunangan lo sebelum lo. Kayaknya gue menang banyak deh. Dulu elo nidurin Delia yang notabene udah bekas gue. Gue udah merawanin Delia. Dan lo cuma dapat bekas gue. Dan sekali lagi, lo bakal dapet bekas gue. Rain bekas gue Ga. Hahaha... " Sumpah, Sean sungguh menghancurkan Gaza sehancur hancurnya. Pria itu sungguh tak punya hati. Yang dia rasakan sekarang hanyalah puas sepuas puasnya.
"Diam lo Bangst!" Gaza merasa tak sanggup lagi mendengar semua perkataan Sean. Dia memilih pergi daripada makin hancur.
"Ga, kamu gak papa kan?" tanya Rain, melihat Gaza keluar dari ruangan Sean. Dari luar Rain bisa mendengar suara Gaza berteriak teriak mengumpat Sean. Tapi dia tak bisa mendengar suara Sean sama sekali karena Sean bicara relatif pelan.
"Ada apa Ga?" Rain kembali bertanya karena Gaza tak menjawab dan malah pergi meninggalkannya.
"Ga." Rain berusaha mengejar Gaza dan menarik tangannya.
"Lepas Rain." Gaza menghempaskan tangan Rain dengan kasar. Hal itu sungguh membuat Rain makin bingung.
"Ada ada sebenarnya Ga?"
"Gue butuh sendiri Rain, tolong jangan ganggu gue."
Apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Firasatku mengatakan jika terjadi sesuatu yang buruk, Rain.
Jangan lupa kasih like , komen dan vote, terimakasih
Bisanya Nambah kesalahan mulu kerjaan loe