Harga Sebuah KEHORMATAN
Mentari pagi menelisik masuk melalui celah celah kecil di kamar Rain. Raina Zemira, gadis berusia 21th yang sedang menempuh pendidikan disebuah universitas ternama di Jakarta.
Rain masih enggan membuka matanya yang terasa berat. Matanya bengkak akibat semalaman menangis. Kata-kata Salma, ibunda Gaza masih membekas jelas dibenaknya.
"Tinggalkan Gaza! Putuskan pertunangan kalian! Hanya kamu yang bisa melakukan ini. Gaza selalu menolak saat aku minta untuk meninggalkanmu." Bagai petir disiang bolong. Tak pernah terbayangkan dibenak Rain jika kata-kata itu akan terlontar dari mulut wanita yang sudah dia anggap sebagai orang tuanya sendiri. Ditambah lagi, kalimat itu terdengar seperti perintah, bukan permintaan.
"Maafkan Rain tante, Rain tidak bisa. Gaza satu-satunya penyemangat hidup Rain. Selain itu, rasanya sangat tidak adil bagi Gaza jika Rain memutuskan pertunangan ini secara sepihak."
Salma memalingkan wajah kearah lain. Keputusannya sudah bulat, dia tak mau kembali ragu gara-gara kasihan pada Rain.
"Apa menurutmu ini adil untuk keluarga kami? Ayah Gaza adalah seorang pejabat. Apa kata orang jika kami mempunyai besan seorang narapidana kasus pembunuhan?" Salma juga tak pernah menyangka jika pertunangan anaknya dengan Rain akan berujung seperti ini. Dulu, dia datang bersama keluarga untuk meminang Rain, bahkan mengadakan acara pertunangan yang mewah. Sayangnya karena satu keadaan, dia harus melakukan ini.
"Tapi Rain dan Gaza saling mencintai tante." Rain masih berusaha mempertahankan hubungannya dengan Gaza. Dia mencintai Gaza. Dan disaat keadaannya sedang terpuruk seperti ini, Gazalah satu-satunya harapannya.
"Aku tidak membencimu, Rain. Aku hanya tidak ingin keluargaku mendapat hujatan karena berbesanan dengan narapidana." Rain meremat bagian bawah kaosnya. Hatinya sakit setiap kali Bu Salma menyebut ayahnya narapidana. "Mengertilah posisi kami, Rain." Salma meraih kedua tangan Rain dan menggenggamnya. "Anggaplah ini sebagai permohonan. Selama ini tante dan keluarga menyayangimu seperti anak sendiri. Jadi tante mohon, janganlah egois untuk kali ini. Tolong lepaskan Gaza. Putuskan pertunangan kalian!"
Kata kata itu menjadi penutup sebelum Salma akhirnya meninggalkan rumah Rain.
Rain tak kuasa menahan air matanya. Kejadian semalam bagai mimpi buruk baginya. Mengingat wajah Gaza membuat dadanya sesak. Rasanya tak sanggup jika harus perpisah dengan pria itu. Pria sempurna yang selalu dia sebut didalam doa. Pria yang dia inginkan melebihi apapun sebagai imamnya.
Ryuga Al gazali biasa dipanggil Gaza, laki laki berusia 27 tahun yang merupakan cinta pertama Rain. Dia tengah menempuh pendidikan S2 di London. Gaza mendapatkan bea siswa S2 dari perusahaan tempat dia bekerja. Gaza adalah tunangan Rain. Mereka berpacaran sejak 3 tahun lalu dan memutuskan bertunangan 6 bulan yang lalu.
Awalnya, keluarga mereka saling mendukung, tapi karena suatu musibah semua jadi berbeda. Ayah Rain dipenjara sejak 1 bulan yang lalu karena kasus pembunuhan.
Rain membuka ponselnya, ada banyak penggilan tak terjawab dari Gaza sejak semalam.
"Maafkan aku Ga, sepertinya hubungan kita harus berakhir. Aku tak ingin membuat keluargamu menjadi bahan gunjingan. Benar kata Ibumu, kau layak mendapatkan wanita yang lebih baik dariku terutama latar belakang keluarganya. Anak seorang napi sepertiku, tak pantas bersanding denganmu."
Rain membuka jendela kamarnya. Disinilah dia sekarang. Dirumah minimalis satu lantai berukuran 6x10 meter. Tidak ada lagi rumah mewahnya yang dulu. Rain sudah menjualnya karena ia butuh banyak uang untuk mengawal kasus ayahnya dan biaya rumah sakit adiknya.
Rain butuh banyak biaya untuk menyewa pengacara. Dia ingin ayahnya mendapatkan hukuman seringan mungkin. Dia tak sanggup jika melihat masa tua ayahnya habis dibalik jeruji besi.
Tak mau berlarut larut dalam kesedihan, Rain segera beranjak dan bersiap ke kampus. Hari ini dia ada janji dengan dosen pembimbing. Rain harus segera menyelesaikan skripsi agar bisa segera lulus dan mendapat pekerjaan.
Rain sadar hidupnya tak lagi seperti dulu. Rumah mewah dan toko bangunan milik ayahnya sudah habis terjual.
Sekarang Rain sendirian, dia harus berjuang untuk menghidupi dirinya sendiri dan mencari biaya untuk adiknya yang masih koma di rumah sakit.
Semua berawal dari sebuah kecelakaan hebat yang menghilangkan nyawa ibunya dan membuat adiknya terbaring koma dirumah sakit.
Hari itu hari yang dinantikan oleh Rain sekeluarga. Hari anniversary orang tuanya. Mereka sudah melakukan reservasi di sebuah restoran mewah.
"Happy anniversary Ayah, Bunda." Rain mencium pipi kedua orang tuanya. Tak lupa dia dan Alan menyiapkan kado untuk orang tuanya.
"Ini hadiah dari Alan dan Mbak Rain Bun. Semoga Ayah dan Bunda suka," kata Alan sambil melirik ke arah Rain.
Rani menitikkan air mata saat melihat kado dari anaknya. Sebuah Alquran dengan sampul berwarna emas yang sangat indah.
"Masyaallah Bunda suka sekali hadiahnya. Semoga Bunda dan Ayah makin rajin membaca Alquran." Rani memeluk Rain dan Alan bergantian.
"Awalnya kami bingung mau ngasih kado apa. Tapi mengingat Ayah dan Bunda selalu mengaji tiap habis subuh. Jadi Rain da Alan memutuskan untuk membeli Alquran."
"Terimakasih sayang, kadonya sangat bermanfaat bagi kami," ucap Teguh sang ayah.
"Kau dan Alan harus saling mendukung dan menguatkan. Ayah dan Bunda tidak akan selalu ada untuk kalian."
"Jangan ngomong gitu Bun, kita akan selalu bersama sama," Rain memeluk sang Bunda.
"Alan akan selalu jaga kak Rain dan Bunda," Alan menimpali. Mendekati Ibu dan Kakaknya lalu memeluk keduanya. Teguh tersenyum melihat keluarga kecilnya. Tidak ada yang lebih membahagiakan kecuali melihat mereka bahagia.
Semua berjalan lancar, hingga saat mereka pulang, hujan turun sangat deras. Jarak pandang yang minim membuat mobil yang dikendarai ayahnya bertabrakan dengan sebuah container pengangkut sembako.
Ibunya tewas ditempat. Adiknya yang bernama Alan mengalami luka serius dan koma. Beruntung Rain dan sang ayah hanya luka ringan saja.
Alan mengalami koma akibat kerusakan dikepalanya. Sudah tiga bulan lebih Alan koma. Dan tak sedikit biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan Alan. Ketiga toko milik ayahnya terpaksa dijual untuk pengobatan Alan.
...----------------...
Rain berjalan menuju ruangan dosen. Dia lebih nyaman menunduk daripada menyapa teman temannya. Rain yang sekarang sangat berbeda dengan yang dulu. Tidak ada lagi tawa ceria yang selalu menghiasi wajah cantiknya. Rain berubah menjadi gadis introvert.
Semua bukan kemauannya, tapi lebih pada usaha menjauhkan diri dari luka. Semua temannya seakan berlomba untuk menggunjingnya. Rain lebih memilih menutup diri daripada mendengar semua gunjingan yang diarahkan padanya.
"Hai Rain," sapa Maya, sahabat Rain satu satunya. Hanya Maya yang tertinggal disisinya disaat semua orang menjauhinya.
Bagi Rain, hanya Maya dan Gaza tempatnya bertukar cerita. Dibalik semua cobaan ini, Rain masih bersyukur karena Gaza tidak meninggalkannya.
Tapi sepertinya tidak untuk sekarang. Dirinya dipaksa untuk berpisah dengan Gaza, lelaki yang sangat dicintainya.
"Kamu mau menemui Pak Jarwo ya?"
"Iya May. Aku harus segera menyelesaikan skripsi, biar segera lulus dan dapat kerja."
"Semoga skripsi mu lancar Rain," ujar Maya sambil menepuk pelan baju Rain.
"Terimakasih, May." Dukungan dari Maya sangat berati bagi Rain. Setidaknya, dia masih merasa punya seseorang yang menyayanginya.
"Bagaimana kabar Alan?"
"Masih sama," sahut Rain sambil tertunduk lesu.
"Sabar ya, Rain. Aku yakin suatu saat, Alan akan sadar."
"Terimakasih, May." Rain masih ingin mengobrol banyak bersama Maya, termasuk menceritakan tentang permintaan Salma padanya. Sayang dia tak ada waktu. "Maaf ya, May, aku harus segera pergi. Pak Jarwo sudah menungguku."
Maya mengangguk sambil tersenyum, membiarkan sahabatnya itu pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Uthie
itu ayahnya Rain kenapa jadi tersangka narapidana??? bukannya kecelakaan itu hal yg tak di duga yaa??
2024-11-20
0
Erni Fitriana
ku baca karya indah mu
2024-09-19
0
Kak Eja🌜
keren...
mampir juga yuk ke novel aku ❤☺
2024-07-31
1