Gilda terbangun di tempat yang berbeda dengan tubuh dan rupa yang berbeda juga. Tubuh tokoh antagonis dari novel yang dibacanya. Seorang wanita bernama Scarlett tak henti-hentinya mengejar pria yang menjadi kekasih saudara tirinya. Felix, pria tampan dan berkharisma yang selalu dipuja oleh kaum hawa. Ia melakukan semua cara agar bisa merebut pria itu dari saudara tirinya mulai dari mengancam hingga melukai saudara tirinya. Bahkan di akhir cerita Scarlett mati terbunuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Rambut Sama Hitam
Pagi ini, Scarlett bersiap-siap untuk ke kantor. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja di perusahaan Carrington. Scarlett tidak perlu takut untuk memulai pekerjaannya sebagai sekretaris. Di kehidupannya saat menjadi Gilda, ia sudah terbiasa dengan urusan kantor.
Scarlett terlihat rapi dengan stelan kantornya hari ini. Ia memakai celana yang senada dengan warna pastel blazernya. Memakai thanktop berwarna putih sebagai dala.mannya. Scarlett memoleskan make up tipis di wajahnya sebelum Scarlett memakai heelsnya.
"Selesai.." gumam Scarlett melihat penampilannya di cermin. Scarlett memuji kecantikannya. Scarlett merapikan rambutnya yang sudah ia blow sebelumnya.
"Mari memulai karier lagi dengan menjadi budak perusahaan.." ucap Scarlett terkekeh mengambil tas kerjanya lalu keluar dari kamarnya.
"Morning dad.." sapa Scarlett pada Wilson yang sedang berkutat dengan laptopnya di atas sofa.
"Morning putri kecil daddy," balas Wilson menaruh laptopnya di atas meja.
"Daddy akan mengantar mu.." ucap Wilson bangkit dari sofa. Mia baru saja datang dengan secangkir kopi buatannya untuknya dan suaminya. Ia lalu menaruhnya di atas meja lalu duduk di sofa.
"Tidak perlu dad, Scarlett bawa mobil kok. Daddy lanjut saja pekerjaannya," tolak Scarlett.
"Tapi daddy ingin mengantar mu," balas Wilson.
"Astaga dad.. aku bukan anak kecil lagi. Daddy tidak usah khawatir," ucap Scarlett tersenyum. Mia hanya duduk dengan wajah datar di tempatnya. Wajah yang biasa ia tunjukkan saat bersama dengan Scarlett.
"Kalau begitu aku pergi dulu dad. Bye dad.." ucap Scarlett memeluk ayahnya, ia menatap Mia sekilas sebelum wanita itu memalingkan wajahnya dari Scarlett.
"Hati-hati nak..." ucap Wilson menatap punggung putrinya.
Scarlet memutar tubuhnya, menatap Wilson dengan senyuman tulus di wajahnya. Ia lalu mengangguk.
"Ingatkan dia untuk tidak membuat ulah seperti biasanya," timpal Mia menyeruput minumannya tanpa melihat Scarlett.
"Sayang, Scarlett sudah berubah. Apa kamu tidak melihatnya akhir-akhir ini. Kamu tidak usah khawatir," ucap Wilson duduk di samping istrinya.
"Siapa yang tahu? bisa jadi dia hanya berpura-pura saja sayang. Rambut sama hitam, tapi hati siapa yang tahu," balas Mia menatap Scarlett dengan wajah kesal bercampur marah.
"Sudah lah.. aku yakin Scarlett berubah," ucap Wilson.
"Nak.. hati-hatilah saat mengemudi," ucap Wilson lembut pada putrinya. Scarlett mengangguk lalu pergi.
"Kalau bukan karena daddy mencintainya, aku sudah menyumpal mulut tajamnya itu," gumam Scarlett membuka pintu mobilnya.
"Scarlett.." panggil seseorang. Jelas Scarlett sudah tahu siapa yang memanggilnya. Scarlett menggigit gigi bawahnya dan menghela nafasnya. Tidak bisakah ia tidak mengganggunya sekarang.
Scarlett menoleh ke belakang dan melihat Felix bersama Elyzia yang baru saja dari parkiran. Entahlah mereka dari mana. Scarlett tidak peduli. Elyzia masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.
"Aku tidak ada waktu untuk menjawab pertanyaan mu. Aku tidak ingin terlambat hanya karena meladeni mu," ucap Scarlett masuk ke dalam mobilnya lalu pergi, meninggalkan Felix yang mengepalkan kedua tangannya. Ia tidak suka di tolak seperti ini.
Setibanya di depan perusahaan, Scarlett memarkirkan mobilnya, ia lalu berjalan memasuki lobby kantor. Scarlett melangkahkan kakinya dengan cepat sebelum pintu lift tertutup. Scarlet masuk ke dalam lift. Suasana di dalam lift cukup padat meskipun tidak membuat sesak. Maklumlah, ada banyak karyawan di sini.
Scarlett menemui Alden, asisten pribadi Frank. Bukan hanya sekedar asisten, Alden sudah menjadi tangan kanannya.