Sekuel Sincere Love My Husband.
"Jika mubtada saja membutuhkan khobar untuk membuat sebuah kalimat, maka Azura juga membutuhkan A Mahen untuk dijadikan imam dunia akhirat," ucap Azura dengan senyuman manis di bibirnya.
"Belajar dulu yang bener! Baru bisa menikah," cetus Mahen dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Patah hati mampu membuat seorang laki-laki berparas tampan rupawan itu kehilangan jati dirinya. Mahendra Dirgantara dihadapkan dengan kenyataan, jika dirinya dikhianati dan dibuat patah hati oleh seorang wanita yang dicintainya.
Perginya Rima di dalam hidupnya, seakan membuat Mahendra hancur, sampai nekad mengakhiri hidupnya. Namun berhasil dicegah, tetapi laki-laki itu malah menjadi berubah drastis. Cuek, dingin, menyeramkan. Itulah dirinya sekarang.
Sampai suatu hari, Mahendra dipertemukan dengan seorang wanita cantik di masa kecilnya yang berusaha keras, meluluhkan hati yang sudah terkunci itu.
Akankah Mahen luluh oleh Azura? Atau memilih Rima kembali? Ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 17 : Rasa Yang Tumbuh
..."Di saat cinta itu tumbuh, selalu saja ada masalah di dalam kisahnya. Jika memang benar cinta, buktikan lah dari bagaimana caramu bersikap terhadap dirinya. Bukan lagi soal ego yang didapatkan, tetapi perjuangan dalam menumbuhkan kepercayaan."...
...~~~...
Di perjalanan pulang ke Jakarta, Mahen masih diam dan sesekali melirik Azura yang berada di sampingnya. Begitupun sebaliknya, Azura juga sesekali mencuri pandangan dari Mahen, selagi laki-laki itu mengemudi mobil.
Dan pada detik kemudian, kedua matanya beradu pandang, saling menatap tetapi teralihkan kembali, karena Mahen harus fokus mengendarai mobilnya.
"Ehem." Mahen berdehem untuk mencairkan suasana yang ada di dalam mobil itu, karena keduanya saling diam.
"Ya, kenapa A Mahen? Haus ya?" tanya Azura yang mengira, jika Mahen membutuhkan air untuk diminum.
"Eh, enggak kok. Ini tadi enggak enak saja tenggorokannya," ucap Mahen yang sedikit malu karena menarik perhatian Azura.
"Oh ya udah, kirain A Mahen haus. Kalau memang haus, enggak papa sini Azura bantu kalau gak bisa," ujar Azura yang mengerti, jika saja Mahen kesusahan untuk minum air dari botol, karena kedua tangannya sedang memegang kemudi.
"Enggak papa, aku bisa sendiri kok kalau haus." Mahen menolak tawaran dari Azura yang ingin membantunya.
"Eh, ini biar Azura bantu saja. Ni enggak papa, pasti kering itu tenggorokannya kalau dibiarin begitu saja," balas Azura sembari membuka botol air mineral dari tangannya dan mebantu Mahen untuk meminum air itu.
"Tunggu dulu Azura! Bahaya kalau kayak gini." Mahen malah terus menolak dan meminggirkan dulu mobilnya ke pinggir jalanan, karena merasakan jantungnya mulai berdetak begitu kencang pada saat Azura mendekatinya.
"Eh, kenapa berhenti? Kan biarkan Azura saja yang bantu A Mahen minum, enggak perlu berhentiin mobilnya juga," kata Azura yang bingung melihat Mahen menghentikan mobilnya.
"Enggak papa, biar aku saja bisa sendiri," ucap Mahen dengan mengambil alih botol dari tangan Azura.
"Ih, enggak papa. Sini biar Azura bantu, katanya udah anggap Azura kayak adik sendiri. Enggak papa dong cuman bantu ginian aja mah," seru Azura dan mengambil kembali botol air itu dari tangan Mahen sembari membantu Mahen untuk meminum air tersebut.
Mahen akhirnya pasrah, ia menerima bantuan dari Azura, dan meneguk banyak air dari dalam botol itu. Kedua matanya pun menatap lekat wajah cantik Azura dari dekat.
Dalam posisi yang sedekat ini, Azura malah kelihatan semakin cantik. Hal itu malah membuat Mahen merasakan kembali debaran dari jantungnya dan rasa yang aneh dari hatinya, seakan ia mulai merasakan lagi sebuah rasa yang pernah mati sebelumnya.
Deg! Deg! Deg!
Detak jantung Mahen berdetak kencang, seperti melodi indah yang mengayun seiring musik yang berirama. Rasanya gugup dan nyaman saling bertautan, membuat Mahen bingung harus bagaimana lagi.
"Cukup, Azura. Sudah cukup Mahen minum airnya," ucap Mahen yang malah menjauhkan dirinya dari Azura, karena takut ketahuan, jika detak jantungnya berdetak, setelah mereka berdekatan.
"Loh kenapa? Kalau masih harus, ini minum lagi," ucap Azura dengan menyodorkan kembali botol air itu kepada Mahen.
"Sudah, Mahen enggak haus lagi. Kita lanjutkan perjalannya ya? Biar sampainya enggak lama," kata Mahen dan kembali menyalakan mobilnya.
Mendengar jawaban dari Mahan, sontak membuat Azura mengangkat sebuah senyuman di bibirnya. Melihat kegugupan dari Mahen yang terlihat begitu jelas, apalagi dari tatapan matanya itu, Azura melihat sebuah pancaran yang tidak seperti biasanya.
"Aduh, kenapa ini dengan diriku? Rasanya begitu gugup ketika berdekatan seperti ini dengan Azura dan jantungku tidak henti-hentinya berdebar, di saat berada di dekatnya. Apa mungkin aku telah jatuh cinta kepada Azura? Ah, ini tidak mungkin!" batin' Mahen berucap sembari menggelengkan kepalanya.
Azura yang tidak sengaja melihat Mahen menggelengkan kepalanya merasa heran dan hendak menanyakannya.
"Kenapa A Mahen? Ada masalah?" tanya Azura untuk mencari sebab dari tingkah Mahen yang tidak biasa.
Mahen menoleh sekilas kepada Azura dan kembali mengemudi. "Hah? Enggak ada kok. Semua baik-baik saja, kalau kamu ngantuk tidur aja Azura, karena perjalanan masih jauh," jawabnya dengan berusaha keras bersikap biasa saja.
"Yakin, enggak ada masalah? Kenapa tadi menggelengkan kepala kayak gitu? Lagian Azura masih kuat kok, nanti mungkin tidurnya," ucap gadis itu sembari tersenyum tipis.
"Baguslah, kamu tidur saja biar enggak pusing lihat jalanan. Enggak ada, Mahen hanya reflek saja tadi," ujar Mahen dengan menutupi apa yang sebenarnya ia pikirkan.
"Oh ya udah, Azura tidur saja ya? Nanti kalau sudah sampai, bangunin Azura saja ya, A Mahen?" ucap Azura dengan memperbaiki duduknya dengan senyaman mungkin.
"Iya, nanti Mahen bangunin. Azura tidur saja," jawab Mahen sembari fokus menjalankan mobilnya sampai ke tempat tujuan.
Setalah mendapatkan jawaban seperti itu, rasanya Azura cukup tenang. Dengan bagitu, ia bisa tidur nyaman, walupun berada di dalam mobil.
***
Satu jam kemudian, keduanya telah sampai di depan rumah Abi Ibrahim dan Ummi Safa. Mahen terlihat cukup kelelahan, walaupun sudah menjalankan mobil dengan kecepatan sedang, tapi jaraknya lumayan sehingga membuatnya merasakan pegal.
Lantas, ia pun menatap ke samping untuk melihat gadis yang di antarkannya ke rumah pamannya itu. Namun, apa yang dilihatnya itu membuat Mahen tidak tega untuk membangunkannya.
"Pulas banget tidurnya Azura. Enggak mungkin aku bangunin sekarang, nanti dia malah pusing lagi. Biar aku gendong saja deh ke rumah Paman Ibrahim," ucap Mahen dengan memandangi wajah cantik yang terpejam itu.
Dengan cepat, Mahen keluar dari mobil dan membuka pintu mobil yang sebelahnya lagi. Dan segara mengeluarkan Azura dari mobil itu dengan cara menggendongnya.
"Bismilah, semoga enggak sampai bangun," kata Mahen dengan perlahan menggendong tubuh Azura. Dan pintunya di bantu ditutup oleh satpam di rumah Abi Ibrahim.
Namun sayangnya, sepanjang Mahen menggendong tubuh Azura ke dalam rumah. Jantungnya tidak bisa berhenti berdetak begitu saja. Rasanya tidak karuan bagi Mahen sekarang ini.
"Assalamualaikum," ucap Mahen sewaktu ia sampai mesuk ke dalam rumah Abi Ibrahim dengan cara menggendong tubuh Azura.
"Waalaikumssalam. Aaaaa! Azura, putri kita sudah pulang Abi," teriak Ummi Safa yang malah girang melihat Azura pulang bersama Mahen.
"Alhamdulillah. Mahen, kenapa Azura digendong seperti itu?" tanya Abi Ibrahim setelah berada di hadapan Mahen.
"Ini, Paman. Azura ...," ucap Mahen yang malah tertunda karena Azura mengeliat dan bersuara.
"Emmm ... Azura di mana ini?" gumam gadis itu yang belum menyadari bahwa dirinya berada di dalam gendongan Mahen.
"Loh, kok semuanya putih-putih, ada lampu juga. Apa Azura di kamar ya? Atau di dunia lain?" lanjut gadis itu dengan mengucek kedua matanya, karena melihat pemandangan yang berbeda.
.
.
.
Hayo mulai tertarik tuh Mahen. Dan gimana ya reaksi Azura nantinya pas tahu lagi di gendong begitu? Jangan lupa berikan like sama komentar kalian yang banyak ya! Jangan sampai ketinggalan loh! Ditunggu ya kelanjutannya, oke?
lanjut....