Seseorang itu akan terasa berhaga, manakala dia sudah tak lagi ada.
Jika itu terjadi, hanya sesal yang kau punya.
Karena roda kehidupan akan terus berputar kedepan.
Masa lalu bagai mimpi yang tak bisa terulang.
Menggilas seluruh kenangan, menjadi rindu yang tak berkesudahan.
Jika ketulusan dan keluasan perasaanku tak cukup untuk mengubah perasaanmu, maka biarlah ku mengalah demi mewujudkan kebahagiaanmu bersamanya, kebahagiaan yang telah lama kau impikan. -Stella Marisa William-
Sungguh terlambat bagiku, menyadari betapa berharganya kehadiran mu, mengisi setiap kekosongan perasaanku, mengubah setiap sedihku menjadi tawa bahagia, maaf kan aku yang bodoh, maafkan aku yang telah menyia nyiakan perasaan tulusmu -Alexander Geraldy-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
"Hentikan omong kosong mu kak, aku tahu itu tak mungkin terjadi,"
"Kenapa tidak?" Kini Alex menyadari ia tak ingin menyerah.
"Tentu saja, karena kakak memiliki wanita lain yang kakak inginkan, dan sangat kakak cintai, sementara aku hanya hiasan yang ada di rumahmu, kalau kakak suka akan terus di pajang, kalau kakak bosan, kapanpun kakak bisa singkirkan." Stella merasa serpihan di hatinya kembali hancur ketika mengatakannya.
Entah kenapa kali ini Alex pun merasa sakit, sungguh menyakitkan mendengar kata kata Stella, tak disangka ternyata ia sendiri adalah pria pengecut, dan bajingan paling menjijikkan yang ada di muka bumi.
Mau tak mau Alex pun meneteskan air mata, tangannya terkepal mengutuk Kebodohannya sendiri, "Aku tak pernah ingin menyingkirkan mu."
"Dengan menyimpan nama lain dalam hatimu, sama sama halnya dengan menjadikan aku sebagai figuran dalam cinta segitiga mu." sekali lagi, kalimat Stella menyakiti dirinya sendiri.
"Hukumlah aku, jangan memberiku maaf, tapi Beri aku kesempatan ke dua,"
"Terlambat kak, aku sudah memaafkan mu, tapi untuk kesempatan ke dua?" Stella memberi jedah pada kalimatnya, "aku tak bisa kak."
Tak berapa lama kemudian, ponsel Alex berbunyi, pandangan keduanya mengarah ke meja tempat ponsel tersebut berada, layar ponsel menunjukkan nama yang sedang tak ingin Alex lihat.
Tentu saja Alex buru buru menyembunyikan ponsel tersebut, "Lihat kan, kakak begitu ingin melindunginya dariku, padahal aku hanya melihat dan membaca namanya," Stella berdiri dan berjalan menuju pintu, namun Alex sempat menahannya, sebelum ia mencapai pintu.
"Bukan," Alex mencengkeram erat lengan Stella, "bukan itu maksudku, tolong jangan salah faham." Alex menatap lembut penuh harap.
Stella menepis lengan Alex, kemudian tersenyum, "Pergilah kak, wanitamu menunggu, aku tak akan jadi penghalang mu lagi, selamat tinggal."
Pecah sudah pertahanan Stella, ketika pintu kamar tertutup, ia merosot didepan pintu, menumpahkan tangisnya, Nisya menghampiri adik ipar nya kemudian memeluknya erat, membiarkan Stella menumpahkan tangis kesedihan dalam pelukannya.
...✨✨✨...
Plak ...
Hari ini adalah hari ke tiga, dan Andre sudah di izinkan keluar dari rumah sakit, tentu saja Stella dan si kembar menempati rumah Richard, karena rumah itu juga rumah peninggalan mendiang Kenzo William, papa mereka.
Tamparan keras itu mendarat di pipi Alex, Sony begitu murka ketika mengetahui berita perceraian Alex dan Stella, putri sahabatnya, dan lebih parah nya lagi, Sony adalah orang terakhir yang mengetahui bahwa salah satu cucu kesayangannya dilarikan kerumah sakit.
Semakin marah manakala mengetahui alasan sebenarnya dari perceraian Alex dan Stella.
"Dasar anak bodoh, tidak tahu di untung, apalagi yang kamu inginkan?" Ucap Sony dengan suara menggelegar yang terdengar di setiap sudut rumah besar nya.
"Papa memberimu kekuasaan, dan kedudukan, tapi kamu malah mengacaukannya dengan membuat kesalahan fatal, papa bahkan sudah meminta bantuan kakak ipar mu untuk membantu menyelesaikan masalah Hotel, dan sekarang kamu berbuat kesalahan fatal lagi dengan bercerai dari istrimu,"
"Yah, dan ini semua salah papa," Alex membalas perkataan Sony.
"Apa maksudmu? setelah semua yang papa lakukan dan papa berikan, kamu masih berani mengatakan ini semua kesalahan papa?" Sony memicingkan matanya.
"Alex tak pernah menginginkan kekuasaan pah, apa papa tahu itu? Alex hanya ingin jadi pemain basket profesional, apa papa juga tahu itu? Alex bahkan memiliki kekasih pa, tapi papa memintaku menikahi gadis yang tidak Alex inginkan," jerit Alex menumpahkan segala rasa amarahnya.
"Pada awalnya," Alex melanjutkan kalimatnya dalam hati, saat perjodohan itu memang Alex tidak bisa menolak, Alex tak tahu kenapa, dan sekarang barulah dia sadar, sepertinya hari itu adalah awalnya, hari di mana tanpa Alex sadari, bahwa Alex mulai mencintai Stella.
Namun sejurus kemudian dia mentertawakan dirinya sendiri, kini ia begitu menginginkan istrinya kembali, dan sang waktu tak lagi bisa berjalan mundur.
Plak
Sebuah tamparan lagi lagi mendarat di pipi Alex.
"Apa? jadi selama ini kamu selingkuh dari istrimu?"
"Iya pah ... apa papa puas, Alex mencintai wanita lain, dan setelah Stella tahu, dia mengajukan gugatan cerai, sekarang papa tahu semuanya, apa papa puas sudah menghancurkan semua impianku?"
Sementara kedua pria beda generasi itu bertengkar, ada sepasang telinga yang sejak tadi mendengar kan pertengkaran tersebut, dialah Melani, mama Alex.
Lani hanya bisa menangis, dia sangat tahu putranya memang seorang yang sangat tertutup, karena sifat Alex yang tertutup menurun dari papa nya, dan Sony bukan hanya tertutup dia juga terlalu memaksakan kehendak, kedua sifat itu tak akan pernah bisa bertemu jika memiliki keinginan yang sama, kecuali jika ada keterbukaan diantara mereka.
"Sudah cukup!!" Lani memekik keras, "apa pertengkaran ini bisa menyelesaikan masalah? Hentikan segera!! mama pusing, mau istirahat," Lani berjalan melewati suami dan anak lelakinya, "Alex, malam ini tidurlah di sini, lihatlah wajahmu, baru beberapa hari bercerai kamu sudah tak terurus seperti manusia gua, si kembar pasti tak mengenalimu lagi," Ucap Lani yang terus berjalan menaiki tangga menuju kamar utama. "dan papa, kalau masih marah, dan darah tinggi papa kambuh, papa pergi sendiri ke RS, mama malas menemani."
Sabda sang ratu memang sungguh ajaib, kedua pria yang tadinya bertukar emosi itu, kini tiba tiba terdiam tanpa suara, dan Sony pun menyusul istrinya ke kamar mereka.
Sepeninggal kedua orang tuanya, Alex kembali duduk di sofa, pikirannya kosong, hatinya hampa, dan semangat hidupnya pun menghilang, tak ada lagi cahaya di matanya, semuanya menghilang bersamaan dengan hilangnya kebahagiaan keluarga kecilnya.
Ponselnya menyala, namun Alex mengabaikan nya, setelah kejadian tiga hari yang lalu, manakala Stella tak sengaja membaca nama Anindita di layar ponselnya, sejak saat itu Alex hanya menggunakan mode silent pada ponselnya.
Getaran pada ponsel tak juga berhenti, akhirnya Alex pun menoleh dan menatap ponselnya lesu.
Nama Anindita tertera jelas di layar benda pipih tersebut, tiga hari ini pula Alex mengabaikan panggilan dari kekasihnya tersebut, sebelum sebelumnya Alex sangat bahagia ketika mendapati nama kekasihnya muncul di layar ponsel, namun sekarang melihat nama Anindita saja, Alex sungguh malas.
Tiga hari ini, Anindita terus menerus menelepon nya, seolah tak ada lagi hari lain, padahal Alex sedang tidak ingin bertemu.
"iya Anin, ada apa? "
Alex akhirnya menjawab panggilan tersebut.
"Bisakah kita bertemu, ada yang ingin aku bicarakan."
Jawab Anindita
"Apakah penting?'"
"Sangat penting, kumohon datanglah."
"Baiklah, di tempat biasa?"
"Iya itu pun tak masalah."
Tuuuuuut ... panggilan pun berakhir.
Alex meletakkan ponselnya begitu saja, benar benar tak bersemangat, mau tak mau ia pun memikirkan keinginan Anindita, tak biasanya gadis itu bersikap tidak sabaran, biasanya dia selalu menunggu jika Alex belum menanggapi pesan atau panggilan darinya.
"Ah ... pers@#$#n dengan Anindita," ujarnya marah, kemudian berjalan menuju kamarnya sendiri.