NovelToon NovelToon
The King Final Sunset

The King Final Sunset

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cintapertama / Poligami / Perperangan / Kultivasi Modern / Penyelamat
Popularitas:964
Nilai: 5
Nama Author: Mrs Dream Writer

Zharagi Hyugi, Raja ke VIII Dinasti Huang, terjebak di dalam pusara konflik perebutan tahta yang membuat Ratu Hwa gelap mata dan menuntutnya turun dari tahta setelah kelahiran Putera Mahkota.

Dia tak terima dengan kelahiran putera mahkota dari rahim Selir Agung Yi-Ang yang akan mengancam posisinya.

Perebutan tahta semakin pelik, saat para petinggi klan ikut mendukung Ratu Hwa untuk tidak menerima kelahiran Putera Mahkota.

Disaat yang bersamaan, perbatasan kerajaan bergejolak setelah sejumlah orang dinyatakan hilang.

Akankah Zharagi Hyugi, sebagai Raja ke VIII Dinasti Huang ini bisa mempertahankan kekuasaannya? Ataukah dia akan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs Dream Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemarahan Raja Zharagi

Malam itu, setelah kegagalan Lady Ira di depan Raja Zharagi, ia menyelinap keluar dari sayap istana menuju sebuah paviliun tua yang jarang digunakan. Di tempat itu, seorang pria berjubah gelap sudah menunggunya. Wajahnya tidak asing bagi Lady Ira—ia adalah Pangeran Kaelen dari Dinasti Velarion, musuh terbesar Kerajaan Zharagi.

“Ira,” Kaelen membuka pembicaraan dengan nada tajam. “Aku telah mendengar bahwa kau gagal.”

Lady Ira merapikan jubahnya, berusaha tetap tenang meskipun rasa malu membakar hatinya. “Itu hanya kemunduran sementara. Raja muda itu lebih pintar dari yang kita duga. Dan perempuan desa itu... Mei Li... adalah faktor yang tidak terduga.”

Kaelen tersenyum dingin. “Kau berjanji bahwa rencana ini akan membawa kekacauan ke kerajaan ini. Aku telah menginvestasikan terlalu banyak sumber daya untuk ini.”

Lady Ira menatap tajam ke arah Kaelen. “Rencana kita belum gagal sepenuhnya. Zharagi memang berhasil menangkap beberapa bukti, tapi aku masih memiliki pengaruh di dalam istana. Jika kau memberiku waktu, aku bisa membalikkan keadaan.”

Kaelen mendekat, mengancam. “Waktu adalah sesuatu yang tidak kami miliki. Dinasti Velarion sedang bersiap untuk menyerang perbatasan timur, dan aku tidak akan menunggu. Jika kau tidak segera memberikan hasil, aku akan mengambil alih kendali sendiri. Dan percayalah, itu tidak akan berakhir baik bagimu.”

Lady Ira menggenggam tangannya erat-erat, menahan rasa takut. “Jika kau ingin sukses, kau harus mendengar aku. Aku butuh satu langkah terakhir. Biarkan aku mempergunakan orang-orangku untuk memancing Mei Li keluar dari istana. Tanpa dia, Zharagi tidak akan memiliki pembela yang setia. Setelah itu, kau bebas bertindak sesuai rencanamu.”

Kaelen tertawa kecil, namun sinis. “Mei Li? Kau takut pada perempuan rendahan itu? Jangan katakan padaku bahwa kau kehilangan kendali hanya karena dia.”

“Jangan meremehkannya,” kata Ira tajam. “Dia bukan hanya gadis desa. Dia memiliki kecerdasan dan keberanian yang telah menarik perhatian Zharagi. Jika kita ingin mengguncang kerajaan ini, kita harus memulai dengan menghilangkannya.”

Kaelen berpikir sejenak sebelum menjawab. “Baiklah. Aku akan memberimu satu kesempatan lagi. Tangani Mei Li, dan pastikan dia tidak kembali ke istana. Tetapi jika kau gagal lagi...”

Kaelen tidak melanjutkan, tetapi ancamannya jelas.

Lady Ira mengangguk pelan. Setelah Kaelen pergi, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Dalam hati, ia bersumpah bahwa ia tidak akan kalah. Bagaimanapun juga, ini adalah pertaruhan terakhirnya untuk mempertahankan pengaruhnya.

 

Kembali ke Istana Zharagi

Sementara itu, Raja Zharagi menghabiskan malamnya mempelajari laporan terbaru tentang Dinasti Velarion. Berita tentang pergerakan pasukan mereka di perbatasan mulai membuatnya khawatir. Ia memanggil penasihat-penasihatnya, termasuk Kairos, untuk membahas strategi pertahanan.

Namun, dalam hati kecilnya, ia merasa bahwa ancaman terbesar bukanlah dari luar, melainkan dari dalam istana.

“Mei Li,” gumamnya sambil melihat ke arah jendela. “Aku membutuhkanmu lebih dari yang kau sadari.”

Tanpa ia ketahui, Mei Li juga mulai merasakan ada bahaya yang mendekat. Ia terbangun dari tidurnya di tengah malam dengan firasat buruk yang menghantui pikirannya. Ada seseorang yang mengintai, dan ia tahu bahwa perjalanannya di istana belum selesai.

Lady Ira Memulai Langkah Licik

Setelah pertemuannya dengan Kaelen, Lady Ira segera memerintahkan orang-orang kepercayaannya untuk menyusun rencana. Ia tahu bahwa mengusir Mei Li dari istana tidak cukup—perempuan itu harus dihancurkan secara total.

Di ruang rahasianya, Lady Ira berdiskusi dengan dua orang bawahannya, seorang mata-mata bernama Veyla dan seorang prajurit bayaran bernama Tharos.

“Veyla,” Lady Ira memulai, “kau tahu kebiasaan Mei Li, bukan? Dia sering pergi ke taman kecil di belakang paviliun selatan saat malam tiba. Temukan caranya agar dia keluar dari istana tanpa pengawalan.”

“Dan aku?” tanya Tharos dengan suara rendah.

“Setelah Veyla membawanya keluar, tugasmu adalah memastikan dia tidak pernah kembali. Kau tahu apa yang harus dilakukan,” jawab Ira dengan senyum dingin.

Veyla dan Tharos mengangguk serempak sebelum meninggalkan ruangan.

Malam harinya, Mei Li merasa gelisah. Firasat buruk yang ia rasakan sejak pagi terus menghantuinya. Ia memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman belakang, tempat favoritnya untuk menenangkan pikiran. Suasana malam yang tenang dan udara segar biasanya membantunya berpikir lebih jernih.

Namun, malam ini terasa berbeda. Ia merasa ada yang mengintai.

Saat ia tengah duduk di bawah pohon tua, Veyla muncul dari balik bayangan. “Mei Li,” sapanya ramah, meski senyum di wajahnya menyiratkan sesuatu yang lain.

Mei Li menoleh. “Veyla? Ada apa? Kenapa kau ada di sini malam-malam begini?”

“Aku menemukan sesuatu yang mungkin menarik perhatianmu,” jawab Veyla sambil mengeluarkan sebuah surat. “Ini pesan rahasia dari seseorang yang mengaku tahu tentang keluargamu. Dia menunggumu di luar gerbang timur istana. Katanya ini sangat penting.”

Mei Li merasakan jantungnya berdebar. “Keluargaku? Apa maksudmu?!”

“Aku hanya pembawa pesan,” kata Veyla, melambaikan tangannya. “Jika kau ingin tahu lebih lanjut, kau harus pergi sendiri.”

Meskipun ragu, Mei Li memutuskan untuk pergi. Ia tidak bisa mengabaikan kemungkinan informasi tentang keluarganya, meski ia tahu risikonya.

 

Di luar gerbang timur, Mei Li mendapati suasana gelap dan sunyi. Tidak ada tanda-tanda seseorang menunggunya. Ia berjalan beberapa langkah ke depan, mencoba mencari tanda-tanda kehidupan.

Namun, tiba-tiba, Tharos muncul dari kegelapan, membawa pedang besar di tangannya.

“Mei Li,” katanya dengan suara berat, “sayang sekali malam ini adalah malam terakhirmu.”

Mei Li terkejut, tetapi ia tidak panik. Dengan cepat, ia meraih tongkat kayu kecil yang kebetulan tergeletak di tanah. Ia bersiap untuk bertahan, meskipun tahu bahwa melawan seorang prajurit bayaran seperti Tharos adalah tugas yang mustahil.

Pertarungan sengit pun dimulai. Mei Li menunjukkan keberanian luar biasa, menghindari serangan Tharos dengan gesit. Namun, ia tahu bahwa kekuatannya tidak akan bertahan lama.

 

Saat Tharos hampir mengenai Mei Li dengan serangan terakhirnya, suara langkah kaki terdengar dari arah hutan.

“Berhenti!”

Tharos menoleh dan mendapati Raja Zharagi berdiri di sana, dengan Kairos di sisinya. Wajah Zharagi memancarkan kemarahan yang sulit dibendung.

“Berani sekali kau mencoba membunuh seseorang di bawah perlindunganku,” kata Zharagi dengan nada dingin.

Kairos menyerang Tharos tanpa peringatan, dan pertarungan singkat pun terjadi. Dengan keahliannya, Kairos berhasil melumpuhkan Tharos dalam hitungan menit.

Mei Li, yang terluka ringan, terkejut melihat kehadiran Zharagi. “Yang Mulia... bagaimana Anda tahu saya ada di sini?”

Zharagi mendekatinya, membantu Mei Li berdiri. “Aku tahu Lady Ira sedang merencanakan sesuatu. Aku memerintahkan Kairos untuk mengawasimu sejak tadi malam.”

Mei Li terdiam, merasa campur aduk antara rasa lega dan ketakutan.

 

Keesokan paginya, Zharagi memanggil Lady Ira ke ruang tahtanya.

“Ira,” katanya dengan nada mengancam, “aku tahu kau ada di balik ini. Jangan mencoba menyangkalnya.”

Lady Ira tetap tenang, meski keringat dingin mulai membasahi punggungnya. “Yang Mulia, saya tidak tahu apa yang Anda maksud.”

“Kau tidak akan lolos begitu saja,” kata Zharagi. “Jika kau masih berani bermain api di kerajaanku, aku akan memastikan kau merasakan akibatnya.”

Lady Ira menunduk, namun di dalam hatinya, ia bersumpah untuk tidak menyerah begitu saja.

Intrik ini baru permulaan. Lady Ira dan Dinasti Velarion masih memiliki banyak kartu untuk dimainkan, sementara Zharagi dan Mei Li kini harus bekerja sama untuk menghadapi ancaman yang semakin dekat.

"Tugasmu, menjaga Putera Mahkota! Jika sesuatu terjadi padanya, aku sendiri yang akan memenggal kepalamu!" tegas Zharagi kepada Mei Li.

1
MDW
terimakasih
MDW
bentar lagi nih
Ahmad Fahri
Gimana nih thor, update-nya kapan dong?
Mưa buồn
Ceritanya bikin nagih dan gak bisa berhenti baca.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!