NovelToon NovelToon
Anak Yang Terabaikan

Anak Yang Terabaikan

Status: tamat
Genre:Balas Dendam / Wanita Karir / Mengubah sejarah / Kontras Takdir / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Anak Yang Berpenyakit / Tamat
Popularitas:751.1k
Nilai: 4.7
Nama Author: Muliana95

Bagaimana rasanya, jika kalian sebagai seorang anak yang di abaikan oleh orangtuamu sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Karena Ulahmu

Afandi menatap vidio dari ponsel Adira dengan penuh amarah. Bahkan, dia membaca seluruh riwayat chat Vania dan Adira.

Di chat tersebut, Vania selalu mencemooh Adira dengan mengatakan kalau dia adalah kesayangan. Bahkan dia selalu menertawakan Adira. Jika Adira dimarahi ataupun diperingatkan akan sesuatu kesalahan.

Tanpa menunggu lama. Afandi langsung melajukan mobilnya menuju rumah. Bahkan bunyi ponselnya sendiri tak dihiraukan. Karena dipikirannya adalah tentang nasib dan perasaan Adira selama ini.

"Vania ..." teriak Afandi begitu masuk rumah.

Ella yang memang belum tidur, langsung bergegas keluar mendengar suara teriakan suaminya.

"Dimana Vania Bu." tanya Afandi dengan muka yamg merah.

"Ada apa sih Yah? Kenapa?" tanya Ella ikut panik.

Afandi langsung mendorong pintu kamar Vania. Di dalam Vania sedang mendengar musik dengan menggunakan earphone. Afandi langsung mencabut earphone yang ada di telinga Vania.

"Ayah ..." seru Vania menelan ludah.

"Yah ..." seru Ella tak terima dengan perlakuan kasar suaminya.

"Apa maksud daei semua ini?" tekan Afandi memperlihatkan vidio dari ponsel Adira.

"Ayah ... Aku ..." Vania menunduk takut.

"Lihat ini Bu, lihat lah..." seru Afandi menyerahkan ponsel pada Ella.

"Vania ..." lirih Ella tak percaya.

"Astaga,,, bagaimana jahatnya kita Bu. Bahkan kita tidak pernah mendengar penjelasan Adira. Kita tidak pernah percaya ucapannya." berang Afandi menarik rambut frustasi.

Ella langsung menampar wajah Vania. Setelah membaca beberapa chat Vania dan Adira. Dan itu membuat tubuh Vania jatuh.

"Ibu ..." isak Vania. "Kenapa Ibu menamparku." lirih Vania.

"Kenapa? Kamu yang kenapa Vania. Kenapa kamu tega memfitnah adikmu sendiri. Kenapa Vania, kenapa?" teriak Ella.

"Kamu gak kasihan sama Adira? Kamu tidak khawatir bagaimana keadaan Adira diluar sana? Kamu tega Vania, kamu jahat." lanjut Ella.

"Cukup Bu. Aku begini juga gara-gara kalian. Kalian lah yang mengajariku untuk seperti ini. Kalian lah yang bersalah dalam hal ini. Kalian lah, yang membaut Adira meninggalkan rumah ini. Sekarang, kalian menyalahkan aku? Kenapa kalian percaya pada setiap omonganku? Kenapa kalian tidak mendengar penjelasan Adira? Kalian lah, yang memaksa aku melakukan hal tersebut. Bahkan kalian tidak pernah mengajariku bagaimana sikap seorang Kakak terhadap Adiknya." jelas Vania dengan linangan air mata.

"Bu, sabar." ujar Afandi menarik tangan Ella. "Kita tidak bisa menekan Vania Bu. Kita juga harus ingat kesehatannya." gumam Afandi membuat Vania sedikit lega.

"Aku gak peduli Ayah. Lebih baik aku kehilangan anak yang gak tahu diri. Dari pada kehilangan Adira." ungkap Ella meninggalkan kamar Vania.

"Istirahatlah." perintah Afandi juga meninggalkan Vania.

Sepeninggalan orang tuanya. Vania melempari semua barang-barang miliknya. Dia sangat marah dn juga kecewa.

"Kamu memang pembawa sial Adira. Bahkan saat kamu tidak ada pun kamu membuat nasibku buruk. Aku benci kamu Adira." gumam Vania menjatuhkan tubuhnya.

Di kamar, Ella menangis tersedu-sedu. Dia merasa amat bersalah terhadap Adira.

"Ini hukuman yang pantas untuk Ibu nak. Pulang lah, maafkan Ibu." isak Ella.

"Yah ..." lirih Ella melihat suaminya menyusul.

"Ayo kita cari Adira Yah. Aku ingin Adira. Aku ingin minta maaf padanya." ujar Ella memeluk suaminya.

"Aku sudah mencarinya Bu. Bahkan aku juga menyuruh orang untuk memantau keadaan rumah Ayah. Aku bahkan seharian ini gak masuk kerja." jawab Afandi.

"Ibu yang bersalah disini Yah, Ibu lah, penyebabnya. Bahkan Ibu masih ingat bagaimana Ibu mengatakannya sebelum dia pergi." isak Ella.

"Kita sama-sama salah Bu. Kita sama-sama salah."

...🍁🍁🍁🍁🍁...

"Makasih Tante ..." ujar Adira, menerima secangkir teh.

"Apa gak sebaiknya kamu pulang saja? Semalam Kakekmu bilang, kalau Ayahmu seperti orang stress." ujar Shanum sepupu jauh dari Afandi.

Adira hanya tersenyum. "Aku bahkan tidak berniat untuk pulang Tante." ujar Adira meminum teh hangat pemberian Shanum.

"Bukannya Tante mengusir mu. Tante senang kamu ada disini. Apalagi sekarang Tante ada temannya, kamu kan tau, Tante gak punya anak.Tapi Tante kasihan pada orang tuamu, mungkin sekarang mereka sudah menyesali perbuatannya." ungkap Shanum.

"Entahlah, Tante. Aku bingung dengan keputusanku. Apalagi aku lebih nyaman berada disini."

"Bagaimana dengan sekolah mu?"

"Kakek akan mengurusnya, mungkin aku akan pindah sekolah daerah sini Tante. Lagipula, Ayah atau Ibu pasti tidak akan tau. Mereka memang tidak peduli pada ku. Fokus dan tujuan mereka hanya untuk kehidupan Vania." ujar Adira menghapus air mata yang mengalir begitu saja.

"Nanti kita beli handphone untukmu ya. Semalam Kakekmu mengirimkan sejumlah uang, untukmu beli handphone."

"Baiklah." ujar Adira.

Sekarang Adira tinggal di kita yang berbeda dengan Ayah dan Ibunya. Itupun atas usulan Johan, kakeknya.

Malam itu, setelah keluar dari rumah. Adira langsung menuju ke kediaman Kakeknya. Johan yang melihat kedatangan Adira langsung memeluknya. Dia bisa3 menebak jika telah terjadi masalah yang besar. Sampai Adira menemuinya ditengah malam.

Usai mendengarkan cerita Adira. Emosi Johan memuncak. Dia bahkan menelpon keponakannya untuk segera menjemput Adira. Shanum yang memang pernah berhutang budi pada Johan, enggan menolak perintahnya.

Shanum merupakan anak dari sepupu Johan. Dia sudah lama menikah namun tidak mempunyai seorang anak pun. Sampai setahun lalu suaminya meninggal dunia. Namun, dia tidak mau menikah lagi. Apalagi jika mengingat sifat suaminya yang begitu baik.

"Pergilah, tenangkan dirimu." ujar Johan menatap kepergian Adira setelah menunggu hampir empat jam lamanya.

Hari ini, Ella datang menemui Johan dengan ditemani oleh Afandi. Begitu juga Vania, dia memaksa orang tuanya agar diperbolehkan untuk ikut.

Melihat anak menantu beserta cucunya datang. Johan hanya menatap datar tanpa ekspresi.

"Ayah ..." sapa Ella menyalami mertuanya. Begitu juga dengan Vania.

"Mau apa?" tanya Johan ketus.

"Ayah, tolong beritahu kami. Jika Ayah tahu dimana Adira." isak Ella.

"Aku gak tahu." jawab Johan cepat.

"Ayah gak mungkin gak tahu. Apalagi kami melihat sikap Ayah yang begitu tenang. Pasti Ayah menyembunyikan Adira di suatu tempat." ucap Afandi menatap sendu ke arah Johan.

"Aku tenang bukan karena aku tahu dimana Adira. Aku tenang karen aku mendukung keputusan Adira untuk keluar dari rumah neraka. Milik kalian." tekan Johan membuat mereka semua menunduk. "Tunggu lah, disini." lanjut Johan meninggalkan mereka diruang tamu.

"Bagaimana ini Yah." tanya Ella. Afandi hanya mengangkat bahu.

"Kamu mau ini kan?" tanya Johan menyerahkan paper bag yang sama seperti punya Adira. "Ini untuk mu." lanjut Johan.

"Cuma karena ini, kalian membuat cucuku pergi dari rumah? Sebenarnya sepenting apa sih Adira bagi kalian? Kenapa harus Adira yang menanggung semua kesalahan. Bahkan kesalahan yang tidak pernah dilakukannya."

"Maaf ..." lirih Ella bersama dengan Afandi.

"Acara ulang tahunku sudah aku batalkan. Karena semua percuma, Adira cucuku tidak ada."

"Kakek gak adil. Kakek pilih kasih." ungkap Vania tidak tahan mendengar semua perkataan Kakeknya.

"Kamu mengatakan ini tidak adil? Terus bagaimana dengan Adira, yang bahkan tidak mendapatkan kasih sayang orang tuanya karena ulahmu." ujar Johan memojokkan Vania.

1
Trias Danu
keren
Muliana: Makasih banyak /Heart/
total 1 replies
Helen Nirawan
pergi yg jauuuuhhhhhhh , ke.ujung dunia sono
Muliana: Kejauhan
total 1 replies
Helen Nirawan
ibu kandung ato ibu tiri seh,situ waras? boleh gk ini emak ny gw jadi in sate ? emosi 😈😈
Muliana: Boleh-boleh, tapi bagi dua ya!
total 1 replies
Helen Nirawan
lu klo gk sayang anak , gk usah bikin anak , buang aj , heran , drpd lu piara ujung2 ny di cuekin gk di anggap ,buat apa , lu ny gk seneng , yg jd anak jg gk tersiksa tau 😓😓😈
Helen Nirawan
amit2 py sodara sinting , ampun d , adira ny msh sd lg msh kecil , coba klo dah sma ato dah kuliah bs angkat kki dr rmh
Helen Nirawan
dah sakit gk tau diri , seneng dia sakit , jd sakit ny itu dimanfaatin buat nyakitin adira , najis , sodara apaan , prettt
Muliana: Makanya, dia penyakitan. Orang hatinya aja kagak bersih
total 1 replies
Ngatiyem Atiek
jahatnya vaniaaaa,kapan sich Thor karma datang buat mereka,sebel dech cuma baca aja
Nancy Kindingan
teruskan thor
Muliana: hihi, makasih ya, udah mampir
total 1 replies
Yuningsih Nining
silahkan nikmati ela
Yuningsih Nining
Ela mungkin itu efek laku mu dulu saat berada , km Sombong nya ampun juga kamu sampe Los klo tetangga jg sodara lah orang yng pertama di samperin saat² seperti skarNg
Yuningsih Nining
ibu sm bapak nya adira ini kepala nya harus di keplak kayk nya
Yuningsih Nining
adira itu kecewa berat sm kalian, kayk Sulit buat agak wlu pun agak baik bkn marah kelewat
Yuningsih Nining
aku turut dukung mu adira buat pergi dari yng kt nya rmh orangtua sperti neraka
vania kamu puas ya... week ngira kakek mo berpihak sm kamu?!
Yuningsih Nining
wadooh ini alamat kedepan bakal perang ni vania sm adira, si satria udah mrsa dag dig dug duluan liat adira joget²/ nari² pdhal blom jelas benr liat wajah adira, blom kenaln uga
Yuningsih Nining
jempol👍👍buatmu adira
si vania emang harus di begituin
Yuningsih Nining
adiraaa udah kamu tinggal sm kakek ku sana, drpd dirmh mu sendiri bnyk makan hati bin banyk sakit hati
Yuningsih Nining
ibu pilih kasih ini.... nyebelin amat pengen timpuk atau gmn gitu biar otak nya dikit waras gitu sbg ortu
mirris
Sri Wahyuni
lumayan
SATURNUS MV
gimana? gimana? hah??
SATURNUS MV
malah nyalahin orang tua ampun ampun~ 🤦🏻‍♀️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!