NovelToon NovelToon
Mencintaimu Adalah Luka

Mencintaimu Adalah Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Bad Boy / Enemy to Lovers / Idola sekolah
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jaena19

Kania gadis remaja yang tergila-gila pada sosok Karel, sosok laki-laki dingin tak tersentuh yang ternyata membawa ke neraka dunia. Tetapi siapa sangka laki-laki itu berbalik sepenuhnya. Yang dulu tidak menginginkannya justru sekarang malah mengejar dan mengemis cintanya. Mungkinkah yang dilakukan Karel karena sadar jika laki-laki itu mencintainya? Ataukah itu hanya sekedar bentuk penyesalan dari apa yang terjadi malam itu?

"Harusnya gue sadar kalau mencintai Lo itu hanya akan menambah luka."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

tiga puluh lima

Tiga hari. Itu adalah waktu yang mendefinisikan bagaimana sikap seorang Kania yang berubah drastis. Tatapan kosong yang seakan sudah menjadi makanan Laras setiap hari, melihat Kania yang seperti itu berhasil membawa helaan napas Laras terus terdengar.

Ia beralih, menetap kehadiran Kania yang sudah tertidur gelap di saat jam digital dalam kamarnya masih menunjukkan angka sembilan malam.

Selama tiga hari itu juga Kania tidak hadir di sekolah. Setiap pagi, memang Kania selalu pergi dengan seragam sekolahnya. Tapi nyatanya, tepat sebelum bel sekolah berbunyi, Kania selalu menghilang bersama dengan tas gadis itu.

Jujur, Laras ingin sekali banyak bertanya tentang keadaan gadis itu. Tapi melihat Kania yang seolah tidak ingin membahas kembali kejadian tersebut juga permintaan Dewa yang memohon untuknya tidak memberi banyak pertanyaan pada Kania membuatnya mengurungkan niatnya.

Jangan tanyakan hubungannya dengan Karel saat ini. Karena hubungan itu seakan tidak lagi penting, sama halnya dengan yang Fabian rasakan.

Anggota khusus, bahkan satu Bina Jaya seketika gempa akan berita Kania yang entah mengapa bisa menyebar dengan cepat. Ia jelas ingin meluruskan setiap ucapan negatif yang keluar dari bibir murid Bina Jaya. Tapi kenyataan bahwa ia juga tidak tahu apa-apa membuatnya memilih untuk bungkam.

Selama tiga hari ini juga, kehidupannya ikut berubah karena Kania. Tidak ada lagi jam malam yang membuatnya tertarik akan dunia malam. Tidak ada lagi ajakan balapan yang ia terima selama itu.

Pikirannya benar-benar hanya tertuju pada keadaan Kania yang seolah semakin memburuk setiap saat di matanya itu.

Ia menghela nafasnya untuk kesekian kali. Setidaknya melihat Kania masih berbaring nyaman di tempat tidurnya saja sedikit membuat hatinya merasa tenang.

 

Berita bahwa Adrian mendapat masa percobaan tahanan karena aksi pelecehannya pada kalimat penjelas sudah mengudara di seluruh penjuru sekolah. Ah, sepertinya sudah satu penjuru kota tahu akan hal itu.

Kejadian tiga hari yang lalu berhasil membawa pikiran Karel di gentayangi oleh Kania. Selama itu, dia tidak melihat wajah Kania kadang sedetik saja.

Jujur, hatinya penasaran dengan keadaan gadis itu. Tapi seakan gengsinya masih ikut campur akan perasaan nya, ia tidak ingin menanyakan keadaan Kania pada siapapun. Bahkan pada Dewa sekalipun.

Ia menggulir layar ponselnya, melihat pesannya pada Kania kemarin. Pesan yang hanya berisi panggilan nama, namun belum kunjung mendapat jawaban juga sampai sekarang.

Ia menyesap rokoknya dalam. Sebelum kembali memilih menaruh ponselnya dengan asal.

Dulu, Kania membalas pesannya adalah hal yang paling tidak ia tunggu. Bahkan, ia tidak yakin pernah menunggu hal itu. Karena selama ini, yang selalu kalian lakukan adalah membalas pesannya dengan cepat. Tidak ada kata menunggu barang sedetik saja.

Kedua matanya beralih pada kolom pesan dengan nama Sania di sana. Selama tiga hari, perasaan bersalah jelas mengganggu benaknya. Selama tiga hari juga Sania seolah bertanya-tanya akan setiap perilakunya yang semakin terlihat aneh.

Ia ingin bersikap acuh, sebagaimana biasanya dirinya menanggapi segala sikap Kania selama ini.

Ia ingin tetap diam, sekolah masalah yang Kania hadapi bukanlah masalah besar.

Tapi kenyataannya bahwa Fabian dan juga Laras yang semakin menghancurkannya membuatnya sadar, jika masalah kemarin adalah masalah terbesar dalam hidup nya.

 

Tepat pada pukul dua malam, kedua mata yang masih terasa berat itu perlahan mengerjap. Nafasnya melenguh pelan, sebelum kata tanya jatuh pada sesuatu yang tidak bisa ia lihat secara pasti.

Ia memilih bangkit dari posisinya. Matanya kembali menetap sekeliling sebelum jatuh pada sosok Laras yang sudah terlelap di sampingnya.

Kania-gadis yang baru saja merasa terganggu dalam tidur nyenyaknya itu akhirnya memakai sandal rumahnya, sebelum memilih berjalan pasti menuju toilet kamar Laras.

Tidak banyak yang ia pikirkan saat ini. Tapi ada satu hal yang masih mengganggu pikirannya. Tidak begitu berat, namun butuh keputusan yang cepat.

Pikirannya yang tertuju pada satu titik.

Ia akan menghilang.

Sebagaimana yang Karel inginkan selama ini.

Ia akan pergi.

Jika kenyataan masalahnya saja membuat banyak orang merasa terbebani, kenapa Kania harus bertahan?

Hidupnya bukan untuk menyusahkan orang lain. Jadi, ketika dirinya sudah tidak bisa membantu dan hanya bisa menyulitkan, Kenapa ia harus bertahan?

Belum lagi kenyataan bahwa keluarga yang tidak memiliki hubungan darah jauh lebih peduli dibanding keluarganya sendiri.

Kenyataan yang seolah kembali menyadarkan Kania. Kehidupannya saat ini hanyalah sebuah ujian yang tidak kunjung berhasil membuatnya lulus.

Ia menghela nafasnya pelan. Matanya tertuju pada kaca besar yang berada di hadapannya.

Wajahnya terlihat lebih tirus. Iya. Tubuhnya sebelumnya sudah kurus, dan sekarang semakin terlihat kurus. Bukankah sangat tidak layak untuk dilihat saat ini?

Ia menyambar jaket Laras asal. Yang ia butuhkan saat ini adalah kehangatan, tidak lebih.

Ia kembali melangkahkan kakinya pelan. Membulatkan tujuan untuk menatap Laras dari dekat, sebelum tersenyum tipis.

Titip Fabian ya, Laras. Batinnya pelan sebelum memutar langkahnya pasti,

Dan yang tidak hanya sadari, Laras ada saat ini. Tidur lelap yang Kania pikirkan itu hanyalah sebuah akting belaka.

Entah apa yang Kania pikirkan saat ini, tapi Laras berharap itu bukan sesuatu yang kembali menyakiti diri Kania.

___

Ketidak hadiran Kania di sekolah kali ini cukup membuat Laras gelisah. Ia tidak bisa mencari tahu keberadaan Kania sama sekali. Ponsel Kania yang merupakan pinjaman darinya itu tertinggal di atas nakas kamarnya. Dan sekarang bahkan gadis itu tidak hadir di sekolah.

Lalu, jika kalian memang tidak pergi ke sekolah, ke mana gadis itu pergi?

"Gue mau ke rumah Kania."Fabian berkata pelan namun pasti.

Jika memang keadaan tidak bisa memastikan keberadaan Kania, maka ia sendiri yang akan memastikan di mana Kania berada saat ini.

"Raihan nggak jawab apa-apa, bang?" Tanya Laras penasaran.

Raden menggelengkan kepalanya. Ia sudah menyampaikan kebingungan Laras pada Raihan. Tapi seperti biasanya, Raihan bersikap acuh jika Kania yang menjadi topik pembicaraan.

"Pasti pulang nggak sih?" Raden berpendapat.

"Gue gak yakin," sahut Fabian.

Keadaan kantin di jam pulang sekolah bisa dibilang cukup membantu pembicaraan sore ini. Tidak begitu ramai, namun masih terasa nyaman untuk dijadikan tempat berbincang.

"Ke rumah Kania sekarang aja gimana?"Laras memberi usul.

Fabian mengangguk. Ia kemudian menatap Raden penasaran, seolah bertanya apakah laki-laki itu akan bergabung dengan mereka atau tidak.

"Duluan aja, gue masih ada urusan sebentar."ucap Raden sebelum memilih bangkit dari kursinya dan membulatkan langkahnya menuju tujuan yang sedang memenuhi pikiran nya.

 

Senyum hangat Sania yang seakan sudah sering Karel lihat, kali ini tidak berhasil membawa senyum juga di wajahnya. Otaknya masih berkecamuk tentang Kania. Tapi di satu sisi, ia harus tetap memandang kehadiran Sania di hadapannya.

Belum lagi adanya agenda ulang tahun Sania esok hari dan juga pemilihan ketua OSIS yang akan diadakan dua hari lagi.

Entahlah, otaknya saat ini terlalu berat sampai sulit untuk berpikir barang sejenak.

"Rel,kita fine dining  di sini yuk!"

Seruan semangat Sania yang kemudian disusul dengan kehadiran ponsel gadis itu di hadapannya membuatnya berdeham pelan.

Rencananya untuk memberi kejutan pada Sania sudah pupus. Ia sudah tidak ingin mengadakan hal itu. Ia tidak ingin menambah beban di otaknya.

Karel tersenyum tipis." Boleh, besok malem ya?"

Sania mengangguk semangat." Makasih!"

Senyuman tipis itu kembali menghilang ketika Sania sudah kembali sibuk dengan ponselnya. Ia kemudian merogoh saku celananya, mengambil ponselnya yang baru saja bergetar di sana.

Bang Dewa

Kania menghilang tanpa kabar.

Keluarganya nggak ada yang tahu dia di mana.

Dan saat itu, Karel kembali merasakan napasnya tercekat.

Ternyata kesalahannya masih memberikan akibat yang panjang.

1
Suryani Tohir
nice
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!