Perasaan Bisma yang begitu besar kepada Karenina seketika berubah menjadi benci saat Karenina tiba-tiba meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Akankan Bisma dan Karenina bisa bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17 Patah Hati Yang Kedua Kalinya
Malam pertunangan Bisma dan Nadira pun tiba, Nina terpaksa harus datang memenuhi undangan Bisma. Nina ingin membuktikan jika dia sudah move on walaupun di dalam hatinya Nina merasakan sakit yang sangat luar biasa. Malam ini Nina akan datang bersama Rendra karena hanya karyawan yang memiliki jabatan yang diundang ke acara pertunangan Bisma.
Nina masih terduduk di depan meja rias di dalam kamarnya, Nino yang memutuskan untuk pulang terlebih dahulu karena ingin membawa baju ganti. Pada saat melewati kamar Nina, Nino pun terhenti karena pintu kamarnya sedikit terbuka. Nino pun perlahan membuka pintu kamar Nina.
"Kamu belum pergi, Dek?" tanya Nino.
"Belum, Kak," sahut Nina.
Nino pun menghampiri Nina. "Kalau kamu tidak mau pergi, jangan dipaksakan," ucap Nino.
"Aku harus datang Kak, biar bisa membuktikan jika aku sudah move on dari Bisma biar Bisma juga tahu kalau keputusan aku dulu meninggalkannya karena aku sudah tidak mencintainya lagi," sahut Nina dengan menundukkan kepalanya.
Nino mengusap kepala Nina dengan wajah sedihnya. "Kakak tahu kamu sangat mencintai Bisma dan begitu pun sebaliknya, padahal kalau dulu kamu jujur mungkin Bisma akan menerima kamu apa adanya," ucap Nino.
"Tidak Kak, Bisma jangan sampai tahu jika aku mengidap sirosis. Justru aku melakukan semua itu supaya Bisma tidak mengalami sedih, aku tidak tahu kapan waktu azalku tiba dan aku ingin Bisma bisa melupakanku supaya tidak memberatkan juga untukku, Kak," lirih Nina.
Tiba-tiba terdengar bunyi klakson. "Itu pasti Rendra, kalau begitu aku pergi dulu ya, Kak," pamit Nina.
"Hati-hati."
Nina pun akhirnya pergi, dan Nino hanya bisa melepas kepergian adiknya dengan tatapan sedih. Dia tahu jika Nina dan Bisma saling mencintai tapi Nina tidak mau membuat Bisma sedih, maka dari itu dia memutuskan Bisma secara sepihak. Padahal jika Nina jujur, Bisma pasti bisa menerima Nina apa adanya.
Selama dalam perjalanan, Nina tidak bicara sama sekali. "Kamu kenapa Nin, sakit?" tanya Rendra.
"Tidak," sahut Nina.
"Aku lihat kamu seperti ada masalah, kalau ada sesuatu cerita saja sama aku siapa tahu aku bisa membantumu," ucap Rendra.
"Tidak ada apa-apa kok, Ren. Aku baik-baik saja, lagipula selama ini kamu sudah sering membantu aku jadi kamu gak usah khawatir," sahut Nina dengan senyumannya.
Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya mereka pun sampai di hotel bintang 5 tempat di mana Bisma dan Nadira akan melangsungkan acara pertunangan. Nina keluar dari dalam mobil Rendra, lalu dia menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.
"Kuatkanlah hatiku ya, Allah," batin Nina.
"Ayo Nin, kita masuk!" ajak Rendra.
Nina dan Rendra pun masuk, ternyata di dalam banyak sekali rekan bisnis Bisma dan juga rekan bisnis Gilbert, Papanya Nadira. Nina dan Rendra duduk di kursi paling belakang, berharap Bisma tidak akan melihat dirinya. Sedangkan Bisma yang dari tadi celingukan mencari keberadaan Nina.
"Apa malam ini Nina datang, ya?" batin Bisma.
MC sudah mengumumkan jika acara akan segera dimulai. Nadira tampak tersenyum penuh kemenangan kala melihat Nina sudah datang dan berbaur dengan tamu undangan yang lain.
"Mulai malam ini, Bisma akan menjadi milikmu dan aku tidak akan membiarkan wanita mana pun me dekati Bisma, termasuk kamu Nina," batin Nadira dengan senyumannya.
Rani memberikan kotak cincin kepada Bisma, Bisma memperhatikan dua pasang cincin yang sangat indah itu. Bisma berharap yang nantinya akan memakai cincin itu adalah Nina, tapi sekarang kenyataannya cincin itu harus Nadira yang memakainya. Bisma menghembuskan napasnya, dia mengangkat kepalanya dan tidak sengaja melihat Nina.
"Nina," batin Bisma.
Keduanya saling tatap satu sama lain, membuat Nadira geram. "Bisma, cepat pakaian cincin itu di jari aku," bisik Nadira.
Bisma tersentak, lagi-lagi dia memperhatikan cincin itu. Hatinya begitu berat untuk memakaikan cincin itu ke jari Nadira. Tiba-tiba bayangan Nina mengatakan jika dia sudah tidak mencintai Bisma lagi membuat Bisma kembali kesal dan dengan cepat memasangkan cincin itu di jari manis Nadira.
Nadira tersenyum dan dia juga memasangkan cincin yang satu lagi ke jari manis Bisma. Suara tepuk tangan riuh, sedangkan Nina hanya bisa menundukkan kepalanya. Hatinya benar-benar sakit dan dia kali ini harus merasakan patah hati untuk yang kedua kalinya.
"Ya Allah, hati aku sakit sekali," batin Nina.
Nina pun bangkit dari duduknya membuat Rendra menoleh. "Ren, aku mau pulang jika kamu masih mau di sini gak apa-apa, aku pulang pakai taksi saja," ucap Nina.
"Kamu kenapa? gak enak badankah?" tanya Rendra khawatir.
"Iya, aku sedikit kurang enak badan," dusta Nina.
"Ya sudah, kita pulang saja," sahut Rendra.
Nina dan Rendra pun keluar dari ruangan pesta, Bisma sampai mengepalkan tangannya kala melihat kebersamaan Nina dan Rendra. "Sepertinya mereka pacaran dan Nina sudah berbohong kepadaku," batin Bisma dengan kesalnya.
Nina mengajak Rendra untuk duduk di taman hotel itu sebentar. Sedangkan Bisma memilih meninggalkan tempat pesta karena sudah tidak mood lagi untuk berada di sana. Pada saat Bisma hendak pergi dari hotel itu, dari kejauhan dia melihat Nina dan Rendra lalu Bisma pun memilih untuk mengutip keduanya.
Rendra menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Dia pun memberanikan diri untuk menyentuh tangan Nina dan itu membuat Nina kaget begitu pun dengan Bisma yang semakin geram melihat itu semua.
"Nina, sudah sejak lama aku menyukaimu. Aku ingin mengungkapkan cinta aku sejak dulu tapi aku takut kamu menolakku. Tapi sekarang waktu yang tepat untuk aku mengungkapkan perasaanku, aku tidak peduli dengan apa pun jawaban dari kamu yang penting hatiku bisa lega," ucap Rendra.
"Kamu benar-benar keterlaluan Nina, untuk kedua kalinya kamu membuat aku patah hati," batin Bisma dengan geramnya.
Bisma tidak mau melihat mereka lagi, dia pun kembali masuk ke dalam hotel dan pergi ke bar yang ada di hotel itu. Dia memesan minuman dan meminumnya sampai puas. Sedangkan Nina, perlahan melepaskan tangan Rendra.
"Ren, aku bukan wanita yang tepat untukmu. Kamu adalah pria baik, sangat baik malahan dan aku tidak pantas mendampingi kamu karena aku tidak akan bisa membahagiakan kamu," sahut Nina.
"Justru kamu adalah kebahagiaan aku Nina, aku janji sebisa mungkin aku akan membahagiakan kamu," ucap Rendra meyakinkan.
Nina menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. "Tidak Ren, aku yakin di luar sana ada wanita yang lebih baik daripada aku dan pastinya akan mendampingi kamu sampai kapan pun sedangkan aku, tidak akan bisa menemani kamu. Sudah malam, sepertinya aku harus cepat pulang," ucap Nina dengan bangkit dari duduknya.
Rendra tidak bisa berkata apa-apa lagi, untuk pertama kalinya Rendra ditolak oleh Nina. Rendra pun segera menyusul Nina karena Nina sudah berjalan meninggalkan Rendra. Nina pun meminta Rendra untuk mengantarkannya ke rumah sakit saja.