Riri, gadis polos nan baik hati, selalu mendapatkan penderitaan dari orang-orang di sekitarnya. Kehangatan keluarganya sirna, orang tua yang tak peduli, dan perlakuan buruk dari lingkungan membuat kepercayaan dirinya runtuh. Di tengah kebaikannya yang tak pernah lekang, Riri harus berjuang melawan luka batin yang mendalam, merangkak dari kehancuran yang disebabkan oleh mereka yang seharusnya melindunginya. Akankah Riri mampu bangkit dari keterpurukan dan menemukan kembali harapannya? Atau akankah ia selamanya terjebak dalam kegelapan yang menyelimuti hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Fox_wdyrskwt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
༺ ༻ BAB 16 ༺ ༻
...✧༺♥༻✧...
Bus akhirnya tiba di tempat tujuan. RiRi terbangun dari tidurnya. Ia merasakan ada yang aneh, kepalanya sedikit pusing dan terasa berat. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi. Ia menyadari bahwa kepalanya tadi bersandar di bahu seseorang. Ia menoleh dan melihat Iskandar yang tertidur pulas di sebelahnya. Iskandar terlihat sangat tampan saat tertidur.
RiRi mencoba untuk bangun dengan hati-hati agar tidak membangunkan Iskandar. Namun, ia mendengar Iskandar bergumam sesuatu.
Suara Iskandar pelan dan hampir tak terdengar, namun RiRi tetap mendengarnya. Iskandar bergumam. "Kau sebenarnya cantik, RiRi. Jika nanti kau dewasa, pasti akan sangat merawat diri…"
Iskandar mengelus pipi RiRi dengan lembut. Sentuhannya sangat halus dan menyenangkan. RiRi merasa pipinya bergetar akibat sentuhan Iskandar.
RiRi terbangun sepenuhnya. Ia merasa pipinya panas. Ia sedikit kaget dan malu karena Iskandar mengelus pipinya. Iskandar pura-pura masih tertidur. Ia menutup matanya erat-erat dan berpura-pura tidak sadar bahwa RiRi sudah bangun.
RiRi tersenyum kecil dan merasa sedikit deg-degan. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa tersenyum dan menikmati momen tersebut. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda antara ia dan Iskandar.
RiRi masih terpaku di tempatnya, jantungnya berdebar kencang. Ia mencoba menepis rasa aneh yang tiba-tiba muncul.
RiRi dalam hati. "Isss… nggak mungkin, kan? Pasti tadi aku hanya halu."
RiRi mencoba menenangkan dirinya. Ia menghela napas dalam-dalam dan mencoba untuk bersikap normal.
Tiba-tiba, Iskandar membuka matanya. Ia tersenyum tipis ke arah RiRi. Iskandar menatap riri "Kau sudah bangun?"
Suara Iskandar halus dan menenangkan. RiRi merasa pipinya kembali berwarna merah padam. Ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Ia hanya bisa menatap Iskandar dengan tatapan yang sedikit bingung dan malu.
RiRi masih terdiam, pipinya memerah. Ia masih merasa sedikit terkejut dan malu dengan kejadian barusan. Ia ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan Iskandar.
Setelah beberapa saat terdiam, RiRi akhirnya menjawab dengan suara pelan dan sedikit gugup.
RiRi "Iya, Kak… Aku sudah bangun."
Iskandar tersenyum. "Maaf, aku tidak sengaja membangunkanmu. Kau tidur nyenyak sekali."
Iskandar menunjukkan sikap yang sopan dan menenangkan. Ia tidak menyebut tentang gumamnya tadi. Ia bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun. Namun, RiRi masih bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dari sikap Iskandar kali ini.
RiRi mengangguk kecil sebagai jawaban. Ia masih merasa sedikit malu dan bingung. Ia tidak tahu harus berbicara apa lagi kepada Iskandar. Suasana di antara mereka menjadi sedikit hening dan menarik.
...✧༺♥༻✧...
Bus akhirnya tiba di tempat tujuan. RiRi dan Iskandar turun dari bus bersama siswa lainnya. Mereka melihat pemandangan Gunung Pangrango yang sangat indah.
RiRi merasa sedikit lega karena perjalanan yang panjang dan melelahkan akhirnya berakhir. Namun, ia masih memikirkan peristiwa yang baru saja terjadi dengan Iskandar.
Sesampainya di villa yang telah disewa, semua siswa berkumpul di halaman depan. Suasana penuh semangat dan kegembiraan. Mereka berbaris dengan rapi dan menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh semangat. Suasana menjadi hikmat dan mengharukan.
Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya, para guru mulai melakukan pembagian kelompok kamar. RiRi dan teman-teman sekelasnya tergabung dalam satu kelompok kamar dengan beberapa adik kelas dan juga beberapa siswa kelas 3 dari sekolah cabang. Uniknya, ada seorang siswi kelas 3 dari sekolah cabang yang memiliki nama yang sama dengan RiRi.
RiRi terkejut dan sedikit tertawa ketika ia mengetahui hal tersebut.
RiRi, "Ternyata nama kita sama, ya?"
Riri Putri Siswi Sekolah Cabang. "Iya. Salam kenal, ya. Aku nggak nyangka kalau sekolah cabang dan sekolah pusat digabung dalam satu kelompok kamar. Kebetulan nama kita sama lagi!"
Kedua RiRi tertawa kecil. Mereka merasa sangat senang bisa bertemu dengan seseorang yang memiliki nama yang sama. Mereka menjalin percakapan yang menyenangkan dan berbagi cerita tentang diri mereka masing-masing.
RiRi dan Riri Putri semakin akrab setelah mengetahui bahwa mereka memiliki banyak kesamaan. Percakapan mereka mengalir dengan lancar. Ternyata, mereka tidak hanya memiliki nama yang sama, tetapi juga memiliki banyak kesamaan hobi.
Mereka sama-sama suka melukis, menggambar, dan menulis. Bahkan, buku novel yang sedang mereka baca pun sama!
RiRi. Wah, "nggak nyangka ya, kita banyak sekali kesamaan. Aku juga suka melukis, menggambar, dan menulis. Bahkan novel yang sedang aku baca sama dengan kamu!"
Riri Putri" Benar banget! Aku juga senang sekali bisa bertemu dengan kamu. Rasanya seperti sudah lama kita saling mengenal."
Kedua RiRi tertawa kecil. Mereka terus berbincang tentang hobi mereka. Mereka berbagi tips dan trik melukis, menggambar, dan menulis. Mereka juga bertukar cerita tentang novel favorit mereka. Mereka menemukan banyak kesamaan dan ternyata memiliki selera seni yang hampir sama.
Mereka berencana untuk bekerja sama dalam membuat karya seni selama perkemahan. Mereka ingin menciptakan sesuatu yang unik dan berkesan. Mereka juga berencana untuk terus berteman meski perkemahan sudah berakhir.
RiRi dan Riri Putri menghabiskan waktu luang mereka dengan berbincang dan berbagi ide untuk karya seni yang akan mereka buat bersama. Mereka memutuskan untuk membuat sebuah komik pendek yang menceritakan tentang pengalaman mereka selama perkemahan di Gunung Pangrango.
Riri Putri yang lebih berpengalaman dalam menggambar akan menangani bagian ilustrasi, sementara RiRi akan berfokus pada penulisan cerita dan dialog.
Mereka membagi tugas dengan adil dan bekerja sama dengan baik. Mereka saling membantu dan memberikan masukan satu sama lain. Mereka juga mengajak beberapa teman sekelompok untuk membantu dalam proses pembuatan komik. Suasana di kamar mereka penuh dengan kegembiraan dan keceriaan.
Di sisi lain, RiRi masih memikirkan Iskandar. Ia masih merasa sedikit malu dan bingung dengan peristiwa yang terjadi di dalam bus. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa mencoba untuk fokus pada kegiatan perkemahan dan lupa akan perasaannya terhadap Iskandar.
Namun, ia tidak bisa menyangkal bahwa ada sesuatu yang berbeda antara ia dan Iskandar. Ia merasa ada ketertarikan dari Iskandar kepadanya. Ia ingin mengetahui perasaan Iskandar yang sebenarnya. Namun, ia juga takut untuk mengungkapkan perasaannya.
...✧༺♥༻✧...
Hari sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Aroma makanan yang lezat tercium dari ruang makan. Para siswa, termasuk RiRi, Riri Putri, dan Iskandar, berbondong-bondong menuju ruang makan untuk menikmati makan malam yang telah disiapkan panitia. Suasana sangat meriah dan gembira. Mereka bercerita dan bercanda sambil menikmati hidangan yang lezat.
Setelah makan malam, beberapa siswa memutuskan untuk beristirahat di kamar masing-masing. Namun, tiba-tiba terdengar teriakan dari salah satu kamar. Ternyata, salah satu adik kelas kerasukan. Tubuhnya bergetar keras, matanya melayang, dan mulutnya mengucapkan kata-kata yang tidak jelas.
Suasana seketika menjadi tenang. Semua siswa terkejut dan takut. Beberapa siswa menangis ketakutan. RiRi dan Riri Putri juga terkejut dan takut. Mereka tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.
Iskandar dengan cepat mendekati adik kelas yang kerasukan tersebut. Ia menunjukkan sikap yang tenang dan berani. Ia mencoba untuk menenangkan adik kelas tersebut dengan cara yang lembut dan bijak. Ia juga memanggil guru pramuka untuk meminta bantuan.
Iskandar, dengan sigapnya, mencoba menenangkan adik kelas yang kerasukan itu. Ia memegang pundak adik kelas tersebut dengan lembut, sambil terus berbicara dengan suara tenang dan menenangkan. Ia mencoba untuk menarik perhatian adik kelas tersebut agar kembali sadar.
Sementara itu, guru pramuka, Pak Ali, bergegas datang setelah dipanggil. Ia memiliki pengalaman dalam menangani kasus kerasukan seperti ini. Ia membantu Iskandar untuk menenangkan adik kelas tersebut dengan membacakan doa dan mengucapkan mantra.
RiRi dan Riri Putri, bersama siswa lainnya, hanya bisa menyaksikan dengan perasaan takut dan cemas. Mereka berpegangan tangan dan saling memberikan dukungan moral. Suasana di villa menjadi sangat menegangkan.
Setelah beberapa saat, dengan bantuan Iskandar dan Pak Ali, adik kelas tersebut akhirnya sadar dari kerasukannya. Ia terlihat lemah dan letih. Ia tidak ingat apa yang terjadi padanya selama kerasukan.
Suasana menjadi sedikit lebih tenang. Namun, rasa takut dan kecemasan masih menyelimuti para siswa. Mereka bertanya-tanya apa yang menyebabkan adik kelas tersebut kerasukan. Apakah ada sesuatu yang ganjil di villa ini? Apakah ada misteri di balik peristiwa ini?
...✧༺♥༻✧...
...Bersambung…...