"paman jelas-jelas kamu juga mencintai aku akan tetapi kenapa kamu tidak mau mengakuinya"
Alena jatuh cinta kepada paman angkatnya sejak dia masih kecil, akan tetapi paman selalu menganggap dia seorang gadis kecil yang sangat imut, apakah si dokter jenius itu akan tergerak hatinya untuk menerima Alena, ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMIRA ARSHYLA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 35
Mendengar Narendra bercerita, lambat laun Alena kemudian menutup matanya.
"paman, kanapa kamu sangat menurut kepadaku dari segi segala hal, akan tetapi kenapa dari segi perasaan kamu tidak bisa menerimaku...?"ujar Alena dalam hatinya.
beberapa saat kemudian, Narendra berhenti membaca dan kemudian melirik ke arah Alena yang sudah memejamkan matanya.
Narendra kemudian berjalan mendekati Alena.
"sudah sangat lama, aku tidak pernah melihat Alena dari jarak yang sangat dekat seperti ini, anak ini benar-benar sudah tumbuh menjadi gadis dewasa."ujar narendra dalam hatinya sambil menatap wajah Alena.
Narendra ingin membelai wajah Alena, akan tetapi Narendra langsung mengurungkan niatnya itu.
"Narendra dasar kamu pria b*ad*b...!"ujar Narendra dalam hatinya, dia mencela dirinya sendiri.
setalah itu narendra kemudian langsung berjalan keluar dari dalam kamar alena.
Keesokan harinya, terlihat Alena membuka matanya perlahan-lahan.
setalah itu Alena kemudian langsung turun dari tempat tidurnya, Alena kemudian langsung berjalan mendekati jendela dan langsung membuka tirai jendela kamarnya.
setalah itu Alena kemudian langsung meraih ponselnya yang berada di atas meja.
"ternyata hari sudah sore, pantas saja aku merasa sangat lapar, aku akan ganti baju dulu, setelah itu aku akan pergi makan diluar."ujar Alena sambil melihat ke layar ponselnya.
setalah itu Alena kemudian langsung menaruh kembali ponselnya di atas meja, dan Alena kemudian langsung berjalan ke arah lemari.
setelah menemukan baju yang cocok, Alena kemudian langsung membuka bajunya.
Akan tetapi belum juga Alena selesai berganti baju, pintu kamarnya di buka dari luar dan Narendra kemudian langsung masuk ke dalam kamar.
"eh...!"ujar Alena reflek menutupi bagian bawahnya menggunakan kedua tangannya.
"ah...! Maaf...!"ujar narendra sambil buru-buru keluar dari dalam kamar dan langsung menutup pintunya.
"ah...! Aku itu pinginnya merayu paman di situasi yang romantis, dan bukan di saat seperti ini."ujar Alena dalam hatinya sambil memakai baju dengan cepat.
Tidak lama kemudian terdengar suara ketukan di pintu.
Tok...!
Tok...!
Tok...!
"iya ada apa paman...?"ujar Alena.
"Alena, aku ada sedikit urusan di luar, aku mau pergi ke luar sebentar ya, makanan untukmu sudah aku taruh di atas meja, kamu makan ya."ujar narendra dari balik pintu.
"iya terima kasih paman."ujar Alena.
Tidak lama kemudian terdengar suara pintu di tutup.
"eh...! Tunggu-tunggu, meski pun awalnya tidak sama seperti yang aku bayangkan, tapi bukankah jelas-jelas paman merasa canggung."ujar Alena dalam hatinya sambil tersenyum.
"dia merasa sangat canggung, itu berarti dia sudah sadar jika aku bukanlah anak kecil lagi, melainkan sudah menjadi seorang wanita dewasa."ujar Alena sambil berjalan mendekati jendela.
"jadi hari-hari berikutnya, aku harus bisa memanfaatkan saat-saat aku terluka dan sakit ini untuk menjalin hubungan dengan paman ."ujar Alena sambil membuka jendela kamarnya.
Agin kencang kemudian langsung menerobos masuk dan berhembus kencang di wajahnya.
"ugh...! dingin sekali."ujar Alena.
"hiks ..! Demi cinta aku rela terkena angin yang sangat dingin ini."ujar Alena dalam hatinya.
Semetara itu di tempat lain, terlihat narendra sedang bermain bola basket.
Narendra masih saja terbayangkan dengan Alena yang hanya memakai lingerie malam tadi.
"ah...! S*Al...!"umpat Narendra.
Narendra kemudian menyudahi permainan basketnya, setelah itu narendra kemudian langsung berjalan masuk ke dalam taksi yang sudah di pesannya tadi.
beberapa saat kemudian narendra sudah sampai di depan pintu apartemen Alena.
Tok...!
Tok...!
Tok...!
Narendra mengetuk pintu beberapa kali, akan tetapi tidak terdengar suara dari dalam apartemen.
Narendra yang membawa kunci cadangan kemudian langsung membuka pintu apartemen dari luar.
setelah pintu di buka, narendra kemudian langsung berjalan masuk ke dalam apartemen.
"hah...! Sepi sekali...?"ujar Narendra sambil membuka mantel yang di pakainya.
"apa yang sedang terjadi...? Di mana Alena, apakah dia masih tidur...?"ujar Narendra dalam hatinya.
setelah menggantung mantelnya, Narendra kemudian langsung berjalan mendekati pintu kamar Alena.
Narendra ingin membuka pintu kamar Alena, akan tetapi niat itu di hentikan olehnya.
Tok...!
Tok...!
Tok ...!
"Alena, apakah kamu ada di dalam...?"ujar narendra.
Tok...!
Tok...!
Tok..!
Narendra mengetuk pintunya lagi.
cukup lama narendra berada di depan pintu kamar Alena, akan tetapi tidak ada jawaban sama sekali dari dalam.
"huh...!"narendra membuang nafas kasar.
Karena sudah lama berada di depan pintu kamar Alena dan tidak ada jawaban sama sekali dari dalam.
Akhirnya Narendra memberanikan diri untuk membuka pintu kamar Alena.
"Alena..!"ujar narendra sambil berjalan masuk ke dalam kamar.
Narendra kemudian menatap ke arah Alena yang sedang tidur miring di atas tempat tidurnya.
Narendra kemudian langsung berjalan mendekati Alena.
Setelah dekat narendra kemudian langsung membalikkan badan Alena.
"Alena...?"ujar narendra sambil menatap wajah Alena.
Akan tetapi Alena tidak menyahut Narendra sama sekali.
"kenapa wajah Alena merah...?"ujar narendra dalam hatinya sambil menatap wajah Alena yang dalam keadaan mata yang terpejam.
Narendra kemudian memberanikan diri untuk memegang kening Alena.
"panas sekali, sepertinya demamnya semakin buruk."ujar Narendra sambil mengendong Alena yang tidak sadarkan diri.
Sesampainya di depan apartemen.
Narendra kemudian langsung memanggil taksi.
Setelah taksi berhenti di hadapan Narendra dan Alena, Narendra kemudian langsung memasukkan Alena ke dalam mobil.
"mau ke mana tuan...?"ujar sopir taksi tersebut sambil menoleh ke arah Alena dan narendra.
Wajah supir taksi itu tampak tegang, sepertinya dia mencurigai Narendra karena membawa Alena dalam keadaan pingsan.
"pergi ke rumah sakit terdekat pak, anak angkat saya demam tinggi dan tidak sadarkan diri."ujar narendra.
Setelah mendengar ucapan narendra, Supir taksi itu pun memaklumi keadaan Alena.
"baik tuan."ujar supir taksi itu sambil menghidupkan mesin mobilnya.
Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di depan rumah sakit.
setelah membayar ongkos taksi, Narendra kemudian langsung mengendong Alena masuk ke dalam rumah sakit.
dokter dan beberapa perawat yang melihat ke arah Alena dan Narendra kemudian langsung bergegas menghampiri mereka.
"taruh saja istrinya di atas tempat tidur ini tuan."ujar seorang perawat.
"ini bukan istri saya, akan tetapi dia anak angkat saya."ujar narendra sambil menaruh Alena di atas tempat tidur.
perawat itu kemudian tersenyum canggung dan kemudian langsung mendorong tempat tidur itu ke dalam sebuah ruangan.