NovelToon NovelToon
AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Janda / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:344.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“DASAR WANITA PEMBAWA SIAL KAU, DHIEN! Karena mu, putraku meninggal! Malang betul hidupnya menikahi wanita penyakitan macam Mamak kau tu, yang hanya bisa menyusahkan saja!”

Sejatinya seorang nenek pasti menyayangi cucunya, tetapi tidak dengan neneknya Dhien, dia begitu membenci darah daging anaknya sendiri.

Bahkan hendak menjodohkan wanita malang itu dengan Pria pemabuk, Penjudi, dan Pemburu selangkangan.

"Bila suatu hari nanti sukses telah tergenggam, orang pertama yang akan ku tendang adalah kalian! Sampai Tersungkur, Terjungkal dan bahkan Terguling-guling pun tak kan pernah ku merasa kasihan!" Janji Dhien pada mereka si pemberi luka.

Mampukah seseorang yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama itu meraih sukses nya?

Berhasilkah dia membalas rasa sakit hatinya?

Sequel dari ~ AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

H ~ Bab 28

Akhirnya ku menemukan mu.

......................

Pergerakan tangan Makcik yang sedang mengelap meja menjadi terhenti.

“Siapa yang mau dengan Tia? Tingkahnya bikin mengelus dada, keluarganya pun pasti tak akan melepaskannya, dikarenakan Meutia masih seperti bocah! Sukanya bikin huru-hara, mancing emosi orang dewasa.”

“Bagi kami yang memang melihatnya dari sedari bayi sampai beranjak dewasa, bisa memaklumi tingkah ajaibnya tu, tapi kalau orang lain pasti pikir seribu kali bila ingin mempersunting apalagi mau diambil menjadi menantu! Belum apa-apa, sudah jantungan mereka melihat kelakuan si bungsu Siddiq!”

“Apa separah itu, Makcik?” Mulut Yudi sampai menganga.

Lain halnya dengan Ikram, dirinya tidak berhenti menyunggingkan senyum hangat yang menambah kadar ketampanannya. ‘Ternyata gadis ku belum menikah, terima kasih ya Rabb.’

“Ya begitulah. Bila ingin mencarinya tu mudah, kalau musim kemarau macam ni … biasanya nya pergi ke sungai, memancing ikan serta membuat keributan di rumah guru karate nya, atau menguras rawa-rawa.”

“Namun, bila musim hujan tiba, Meutia dan para anak kecil yang mudah ditipu olehnya, pasti akan bermain perosotan berlumpur di bukit belakang rumah abangnya.” Makcik kembali mengelap meja.

“Bukan maen! Kau wajib berpikir ulang, Kram! Takutnya baru sehari kalian menikah sudah menjanda saja dirinya, atau lebih parahnya lagi … kau menjadi penghuni rumah sakit jiwa.” Yudi menepuk sisi pundak Ikram.

“Kau tahu, mengapa aku begitu menginginkannya?” Ikram tersenyum seraya menatap jenaka sang sahabat. “Karena hanya dialah yang dapat menyemarakkan hati ni, hidupku lebih berwarna semenjak mengenalnya, tak mengapa hari-hari kami penuh ketegangan, asal jangan pertengkaran berujung perpisahan!”

“Asli … kau sudah tak dapat diselamatkan, Kram! Percuma ku berkicau sampai muncrat-muncrat air ludah ni, kalau ujung-ujungnya pasti membal juga!”

***

“Cepat kalian bendung bagian tengahnya! Jangan kebanyakan main! Nanti keburu kabur para ikannya!” Dhien berteriak lantang, memerintahkan Trio Cebol dan juga Meutia menyelesaikan membuat bendungan dari lumpur.

Dhien dan Mala membacok rumput liar tajam, yang bila mengenai kulit dapat langsung menggores.

“Macam mana nak cepat, kalau lumpurnya begitu dalam, jalan pun susah!” belum apa-apa Meutia sudah menggerutu, dirinya kesusahan dalam melangkah.

“Akhirnya berhasil juga. Ayo Kak kita buat mabok para ikan!” Ayek langsung mengemut kompengnya, mereka sudah selesai menumpuk lumpur menjadi garis melintang panjang.

"Siap!” Keempat sosok itu berlarian berlainan arah, tertawa sambil terus melangkah, benar saja … ada beberapa ikan melompat-lompat melewati bendungan dan masuk ke air lebih dalam.

“Wee … ikannya kabur!” Nirma yang tidak masuk ke dalam air berseru sambil menunjuk.

“Memang PAOK kau, Nirma! Bukannya diam saja! Nanti kami_”

“Kalau macam ni ceritanya, percuma aku membabat rumput guna mengeluarkan ikan dari sarangnya! Kalian tu niat bantu atau merusuh?!” Dhien mengacungkan parangnya, wajahnya sungguh tidak enak di pandang.

“Karena kau Nirma, kami jadi kenak repet Landak betina!” Meutia gantian memarahi sosok yang duduk di atas terpal.

“Sebutan apa pulak tu, Kak?” tanya Danang, dia tidak lagi berlarian, tetapi diam di tempat.

“Julukan buat Kak Dhien! Cocok dengan sosoknya yang penuh duri, siap menancap siapa saja yang berani mengusiknya!

“Berarti tak jauh berbeda dengan Kak Tia, suka menyuruh, mengamuk,” gerutu Ayek.

“Cakap apa kau? Mengapa macam anak burung suaramu tu, mencicit tak jelas!”

“Hehehe … tak ada Kak.”

"Sudah Mala! Ayo tangkap ikan saja, daripada perjuangan kita sia-sia!” Dhien memasukkan kembali parangnya ke dalam sarung.

Amala dan Dhien menarik lepas rumput yang tadi mereka bacok, benar saja kawanan ikan gabus langsung merayap mencari air.

“Wee sini! Tangkap ni ikan!”

“Mana Kak?”

Meutia dan Trio Cebol paling sibuk menangkap ikan.

“Astaga nakal betul kau, kan! Tinggal nurut apa susahnya cobak?” Meutia berkali-kali gagal menangkap ikan gabus yang licin bercampur lumpur.

“Nirma! Daripada kau macam orang hilang begitu, lebih baik masuk sini bantu kami!”

Nirma menggeleng kuat, dia menolak permintaan Meutia.

“Kau tahu tak? Bila di semak-semak belakangmu tu, sering ada Ularnya loo!” Mencoba menakuti sosok yang memang penakut itu.

“Masa sih, Tia! Kak Mala, pulang yuk!”

“Lah PAOK! Bukannya masuk kesini malah minta pulang! Balik sendiri sana kau! Bikin susah saja! Tak mau membantu, tapi senang betul mengeluh!” sungutnya tidak tahu diri.

“Ini lagi Ikan, dasar otak Udang! Diam sebentar apa tak bisa? Nanti juga bakalan ku santap kau nya!” saking geramnya, Meutia menjatuhkan diri, berakhir menduduki Ikan gabus.

Lumpur bercampur air pun mengotori baju serta wajahnya.

“Mampus kan kau, penyet sudah!” akhirnya Meutia berhasil menangkap Ikan yang sudah lemas.

“Wah, Kak Tia hebat!” Trio Cebol pun mengikuti cara Meutia.

“Tobat aku membawa si biang rusuh tu!” Dhien begitu ahli menangkap ikan gabus, ada juga bethok, memasukkannya ke dalam karung.

Amala memukul kepala Ikan Lembat menggunakan gagang parang, dirinya takut terkena sirip tajamnya.

“Kak Mala! Betulan ada Ular!” Nirma berlari masuk kedalam lumpur, langsung dirinya tersungkur, cepat-cepat bangkit lagi mencari Kakaknya.

“Mana Wee? Kalau cantik warnanya jangan dibunuh ya Kak Dhien!” pinta Meutia.

“Itu Kak!” Ayek yang paling dekat tepi rawa-rawa berteriak histeris, kakinya susah bergerak terbenam di lumpur. “Kakak tolong!”

Dhien berlari secepat yang dia bisa, mengeluarkan parangnya lagi. “Ayek kau buang kompeng mu tu! Ular mengejar empeng bututmu!”

Tanpa berpikir dua kali, Ayek melepaskan tali kalung kompengnya, dilemparkannya dalam genangan air sebelah bendungan.

Slash.

Seketika badan ular sawah sebesar lengan anak kecil terpotong menjadi dua. Tidak sampai disitu, Dhien juga langsung melempar kepala ular menggunakan ujung parang.

“Alhamdulillah.”

“Kompeng ku mana, Kak?” Ayek mulai menangis.

“Menangislah yang kencang! Biar datang Induk ular tadi, terus memburu mu! Mau kau di kejar-kejar nya?!”

“Tak mau! Tapi, aku tak bisa tanpa kompeng! Macam mana nak tidur kalau malam hari?”

“Ya tinggal merem, apa susahnya cobak? Kalau tak berhasil jua, kau baca Al-Qur'an dari juz satu - 20, dijamin pasti langsung tertidur.” Danang mendekati Ayek, dia merasa kasihan dengan sahabatnya.

“Betulan dijamin tertidur dalam kuburan! Kau kira sepanjang tu tak membutuhkan waktu berhari-hari untuk menyelesaikan membacanya? Apalagi kalian, yang masih A ba ta saja belum khatam!” bukan Meutia namanya kalau tidak menanggapi.

Acara menguras pun selesai, ikan juga sudah dapat banyak, kini mereka tengah menikmati minum air kelapa muda dan makan sukun goreng.

"Ayo kita marung mie so!” ajak Meutia.

“Kami tak ada uang Kak,” ujar Rizal.

"Tenang, tenang!" ucap Meutia.

"Abang!” Meutia memanggil dua orang pekerja di kandang ternak yang sedang mengarit rumput.

“Apa Tia?” teriak salah satu dari mereka yang berada di seberang rawa-rawa.

“Tolong angkut barang-barangnya pulang ya! Kami hendak ke warung Puskesmas!” serunya yang langsung diiyakan.

“Aku tak ikut ya, takut hujan, sayang buah pinang yang dijemur hampir kering jadi basah lagi nanti,” Amala undur diri, dia dan Nirma memilih pulang ke rumah.

Tinggal Dhien, Meutia dan trio Cebol, mereka kembali menyusuri ilalang, mengambil jalan pintas yang tembus belakang puskesmas.

“Tia, apa tak sebaiknya kita bersih-bersih badan dulu?”

“Tak payah lah Kak, perut Tia sudah berbunyi ni!”

10 menit kemudian, mereka sudah sampai di belakang warung Makcik.

“Makcik! Oh Makcik … Tia hutang mie so nya 5 mangkuk! Nanti masukkan saja dalam bon hutang bang Agam!”

Sosoknya belum terlihat, tetapi suaranya sudah menggelegar.

Seruan itu berhasil membuat dada seseorang kembang kempis, dengan mata membulat sempurna. ‘Meutia?’

Ikram langsung berdiri, melangkah mencari sumber suara, dirinya terpaku menatap sosok yang sulit diutarakan dengan kata-kata. “Meutia ….”

“Abang! Mengapa menyusul sampai kesini ...?”

.

.

Bersambung.

1
SasSya
astagfirullah 😱🤣🤣😭😭😭
Andri Yani
tak bisa berkata2 karena bagus dan keren nya cerita ini sederhana tapi kena di hati lngsung ku jatuh hati thor semangat berkarya ditunggu selalu up nya
Andri Yani
terlalu keren karyamu thor dah susah nak brenti baca 😄😄
Andri Yani
semoga dhien dzikri berjodoh macam agam mala ya othor
Erni Fitriana
aku ngalamin nih...pake lampu tempel..petromak..thn 79 waktu daei tanjung pinang pindah ke jkt kampung aku(buaran cakung jak-tim) blm masuk listrik
Shee
dzikri q ikut do'akan biar kamu jadi sama dhien.
kak cublik satuin sama dzikri ya jangan sama yang lain pokoknya
😘😘
Shee: lope lope sekebon pokoknya kak🥰🥰😘
Cublik: Intinya Pokoknya 😁
total 2 replies
Husna Farahdiba
kaka author yg cantik baik hati dan tidak sombong tolonglah satukan Dhien dan Dzikri ya....🥺...dan Meutia ikram kutunggu lanjutnya 😬
Cublik: Uhuyyy ... lemah hati ni Kan😁
total 1 replies
Didi Setiadi
nggak ngutek, kemproh hahaha 🤣🤣🤣
pujaKesuma (putra putri Jawa kelahiran sumatera)
Cublik: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Mine
ya allah Tia tiaa🤣🤣
Cublik: 😆😆😆😆😆
total 1 replies
Fera Susanti
ada aja ide nya othor ini...kereen
Cublik: 😆😆😆😆😆
total 1 replies
Marlina Prasasty
ternyata ikram dan Meutia satu frekuensi
Marlina Prasasty: betul betul mata ikram tertutup belek,jd apa ajah tingkah Meutia sllu sj menarik dimata ikram
Cublik: Makanya jodoh ya Kak 😁
total 2 replies
Dhafitha Fitha Fitha
wkwkwkwk ku kira masuk sumur
Cublik: 😆😆😆😆😆
total 1 replies
Kurnia Swasan
terus fokus pada pemeran utama.
Cublik: 🔥🔥🔥🔥🔥
total 1 replies
stnk
gambar pak Harto mesem nih...
Cublik: Iya Kak 😊
total 1 replies
Dedeh
ampun ini Meutia kancil🤭
Cublik: Ada aja ulahnya 😁
total 1 replies
bunda fafa
dhien hebat sdh memperhitungkan dgn tepat kl zulham serta antek-antek nek blet bakan mendatangi nya dan menggeledah rumah mak inong, sdh paling tepat mmg duitnya dititip ke mala bila perlu ke bang agam sekalian biar aman
Cublik: Betul Kak, karena dia nggak percaya keluarganya sendiri.
total 1 replies
Nini Tuti
menghibur banget meutia ma trio cebol ,ada aja kata2nya yang bikin saya ketawa... cengar cengir sendiri...
Cublik: Nggak jarang juga buat darting ya Kak 😁
total 1 replies
Dedeh
jalannya tak mudah tapi pasti bisa dimasa depan kalian akan jadi pasangan yg bahagia. Zein.
Cublik: Aamiin 🤲🥰
total 1 replies
bunda fafa
jelas makin gencar lah babang ikram maju untuk meluluhkan hati Tia.. ayo bang ikram jangan kasih kendor 🥰
Cublik: Jangan sampai dedek Meutia dilamar orang lain🤣
total 1 replies
Nurcute
cinta dalam diam🥺🥺🥺
Cublik: Berbalut status persahabatan.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!