Di bawah lampu kerlap-kerlip euforia club, Rane, si Single Mom terpaksa menjalankan profesi sebagai penari striptis dengan hati terluka, demi membiayai sang anak yang mengidap sakit jantung.
Di antara perjuangannya, kekasih yang dulu meninggalkan dirinya saat hamil, memohon untuk kembali.
Jika saat ini, Billy begitu ngotot ingin merajut asmara, lantas mengapa dulu pria itu meninggalkannya dengan goresan berjuta luka di hatinya?
Akankah Rane menerima kembali Billy yang sudah berkeluarga, atau memilih cinta baru dari pria Mafia yang merupakan ipar Billy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon malkist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Mama..."
Dande terbangun karena terganggu dengan obrolan Billy yang memaksa Rane pergi.
"Iya, Sayang." Rane menyahut. Sejurus berbisik tegas ke Billy, "Pergilah. Jangan melantur di sini."
Billy yang tak mungkin berdebat di antara penglihatan Dande, cuma bisa menahan diri untuk sesaat.
Bukannya pergi setelah diusir, Billy justru beranjak ke sofa. Membaringkan tubuhnya di sana dengan pikiran berkecamuk.
Di sisi Marc, pria itu baru sampai di rumah nya. Ia sudah tidak sabar ingin membuka email yang sudah dikirimkan oleh informan suruhan tentang wanita Billy.
Namun, sebelum menuju ke kamar pribadi nya, Marc ingin memastikan keadaan Sia.
Hati - hati, Marc membuka setengah pintu. Atensi nya tertuju ke pakaian yang berhamburan di lantai. Sangat berantakan. Memastikan, Marc memicing ke atas kasur. Ada sepasang kaki berbulu khas pria, dikiranya Billy yang kepalanya tertutup di antara dekapan adik nya di balik selimut itu.
Marc gegas menutup pintu, tak mau mengganggu mereka yang ia sadari kalau Billy dan Sia baru selesai melakukan malam pertama dari sekian lamanya.
"Akhirnya," gumam Marc. Berharap setelah malam indah mereka, Billy mau membuka hati nya untuk Sia, demi kewarasan adik nya itu.
Marc tak tau saja kalau di dalam kamar yang temaram adalah Devon.
Coba Marc lihat. Seperti apa sih wanita idaman Billy yang sampai bertahun-tahun lamanya menghantui pernikahan adik nya.
Loading memunculkan data di laptop nya, Marc terus menatap layar seraya melonggarkan kancing kemejanya.
"Apa jaringan sedang eror?" kesal karena tak sabar ingin melihat data lengkap yang bernama Rane - Rane itu.
"Akhirnya muncul ..." Marc sampai memajukan kepalanya ke layar. "Yatim piatu. Hah, enam tahun lalu pernah melahirkan? Apa jangan-jangan itu anak nya Billy? Mudah - mudahan, Billy tidak tau kalau itu kebenarannya."
Berhenti membaca laporan, Marc mengeluarkan gawai nya. Teleponnya gercep dijawab.
"Halo, Bos."
"Apa Billy dapat info kalau wanita itu pernah melahirkan enam tahun lalu?"
"Tenang saja, Bos. Saya memberi laporan palsu kepada nya."
Rupanya, informan yang disewa Billy pada nyatanya anak buah rahasia Marc.
"Kau yakin? Maksud ku, kau yakin Billy belum menemukan wanita itu selama ini kan?"
"Saya yakin, Bos."
"Bagus. Terus beri dia info yang salah. Aku tidak mau Billy bertemu lagi dengan wanita itu. Ah, apa kau memiliki foto nya? Di sini, hanya data tertulis saja."
"File sudah saya kirim tapi dengan data terpisah, Bos. Dan satu lagi, sekarang Rane berada di kota yang sama dengan Anda saat ini. Untuk alamatnya, saya akan menyelusuri nya lebih dalam setelah sampai di sana."
"Di kota yang sama?" Marc tidak suka mengetahui fakta itu. Segera Marc mematikan telepon dan mencari file yang merupakan foto Rane. "Bagaimana kalau Billy sudah menemukannya? Uhuuuk..." Sedikit batuk merasakan tenggorokannya kering, Marc memalingkan wajah dari layar laptopnya. Bersamaan beranjak dari hadapan laptop untuk mengambil minum, foto lawas Rane terpampang di layar itu.
Tepat kembali, layar laptop hitam.
"Apa yang terjadi... hais, dasar laptop rongsok. Malah lowbet. Kapan aku terakhir mengecasnya?" Marc mendumel kesal seraya sibuk memasang kabel. Rasanya ia ingin melempar benda itu karena merasa dipermainkan saat sedang membutuhkan.
Niat hati menunggu sambil rebahan, Marc justru ketiduran sampai pagi.
"Aaaaaargh...."
Teriakan dan keributan keributan seperti barang jatuh, ditambah ada suara 'Dor' yang merupakan peluru lepas dari sarangnya, membuat Marc terbangun siaga yang langsung menekan sebuah tombol rahasia. Seiiring bunyi klik, tembok yang ada di samping nakas, terbuka memperlihatkan senjata-senjata di dalamnya. Dua sekaligus yang di raihnya lalu keluar cepat, mengira ada musuh yang menyerang rumahnya.
Dor...
Dor...
Dor...
"SIA, GILA! HENTIKAN! AKU BISA MATI TERTEMBAK!"
Marc terpaku di belakang Sia yang terus memborbardir melesatkan timah panas ke arah bar mini, menyebabkan botol-botol wine dan gelas-gelas unik nan cantik tertata di rak sana, hancur berantakan, tentu saja pecahannya mengenai Devon yang bersembunyi di balik table panjang kokoh itu.
"Sia, apa yang terjadi?! Kenapa kau menginginkan nyawa Devon?"
"Celaka aku! Ada Marc." Di balik persembunyiannya, Devon mengumpati kebodohannya yang tidak bisa menahan diri 'memakan Sia' semalam. "Bisa dipotong burung ku. Huawaaa..."
kasihan rane nanti