Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang perempuan setelah berpisah dari orang yang dicintainya. Namun, takdir berkata lain karena ada kisah lain yang muncul setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 34
Hazel terus menarik tangan Senja, dia hanya ingin pergi dari sana secepat mungkin. Dia tidak ingin menunjukan sisi lemahnya di depan Senja, perempuan yang dicintainya.
"Tuan?" Arjun melihat tuannya datang dengan wajah marah dan kesal. Dia segera memahami apa yang telah terjadi.
"Aku akan menyetir." Hazel memberitahu Arjun.
"Baiklah. Silahkan Tuan." Arjun mengerti dengan situasi yang sedang terjadi.
Hazel membuka jasnya dan memberikannya pada Arjun. Senja terdiam dan tidak berani mengatakan apapun.
"Masuklah." Perintah Hazel pada Senja.
Senja menurut. Mereka kemudian melaju pergi menggunakan mobil sport milik Hazel. Membelah gelapnya jalan raya ibukota pada malam hari.
"Kita mau ke mana?" Senja memberanikan diri dan bertanya.
"Ke sebuah tempat." Hazel menjawab singkat.
Senja tidak ingin bertanya lagi. Walaupun banyak sekali hal yang ingin dia tanyakan. Tentang kejadian malam ini, bahkan tentang kejadian ketika mereka masih di sekolah dulu.
Hazel melajukan mobilnya menuju sebuah vila di pinggir pantai. Mobil berhenti di depan vila.
"Maaf aku membawamu ke sini. Sepertinya malam ini kita harus tidur di sini. Turunlah." Hazel membuka suara.
"Baik." Senja mengiyakan.
"Ah sudahlah. Berdebat sekarang juga tidak ada gunanya. Moodnya seperti sedang tidak baik." Senja bergumam dalam hati.
Mereka turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam vila. Vila mewah tepat di pinggir laut dengan suasana yang tenang dan terasa damai.
"Ini kamar kamu. Kamu bisa menggunakan kamar mandi yang ada. Kamu bisa mandi dulu. Sebentar lagi Arjun tiba dan membawa pakaianmu." Hazel memberi petunjuk pada Senja.
Setelah itu, dia pergi keluar rumah, duduk di sebuah balkon yang langsung menghadap ke laut.
Sedangkan Senja memilih untuk mandi dan bersih- bersih. Dia masih sempat menikmati keindahan vila dan suasananya.
"Tempat ini tenang sekali. Aku benar- benar dibuat terpukau. Aku merasa damai saat melihat laut di malam hari. Apa aku bisa pergi ke sana ya?" Senja penasaran ingin lebih dekat dengan air laut.
Hazel menarik rok*k dalam- dalam. Entah ini sudah yang ke berapa batang. Tatapannya kosong ke depan. Dia melangkahkan kaki menuju ke mini bar miliknya di dalam vila itu. Mengambil sebotol wine dan mulai meneguk sedikit demi sedikit.
"Aku benci keadaan ini. Aku benci diriku." Hazel mengumpati dirinya sendiri.
Beberapa saat kemudian, Arjun muncul dan membawa beberapa barang.
"Tuan. Ini barang Nona." Arjun sedikit khawatir melihat kondisi Tuan nya.
Hazel mengambil barang tersebut dan menuju ke kamar Senja.
Tanpa mengetuk, dia langsung membuka pintu kamar dan masuk. Terlihat Senja tidak ada. Namun, terdengar bahwa ada suara air di kamar mandi. Senja sedang mandi. Hazel memutuskan menyimpan barang- barang itu dan duduk di sofa di sisi kamar tanpa menyalakan lampu.
Hampir 10 menit, Senja keluar. Dan polosnya adalah, dia tidak menyadari keberadaan Hazel di sana. Hanya menggunakan jubah mandi, Senja menuju ke tumpukan barang di atas tempat tidur.
"Apa ini?" Tanya Senja dalam hati.
Dia membuka satu per satu papper bag. Terdapat beberapa pakaian.
"Sepertinya Pak Arjun sudah datang." Senja teringat ucapan Hazel tadi.
"Ya. Aku hanya akan berganti dan tidur." Senja berbicara sendiri. Dia mengambil beberapa pakaian ganti dan hendak membuka jubah mandinya.
"Ahhhh.... Aku bisa gila kalo begini." Gumam Hazel dalam hati yang sedari tadi diam di pojok kamar. Dua segera bangun dengan cepat dan menyalakan lampu.
Klikk...
Senja terkejut ketika melihat Hazel di dalam kamarnya.
"Aaaaaaaaaaaarrgghh." Senja berteriak. Hampir saja dia membuka jubah mandinya di hadapan Hazel.
"Ka.. Kamu? Kenapa kamu bisa di sini? Sejak kapan?" Senja panik sambil memegang jubah mandinya erat.
Hazel tidak menjawab dan berjalan pelan mendekati Senja.
"Kamu harus lebih hati- hati lain kali." Bisik Hazel di telinga Senja.
"Turunlah dan temani aku makan malam. Aku tidak sempat makan dengan benar malam ini." Ucap Hazel lagi dan segera keluar sambil tersenyum.
"Gilaaaa.. Sejak kapan dia di situ? Hampir saja. Arrgghhh." Senja membatin.
Setelah berganti pakaian, Senja turun dan makan malam bersama dengan Hazel. Selama makan, keduanya terlihat diam dan tidak saling berbicara.
"Ini terlalu canggung. Aku merasa seperti pajangan. Sejak makan malam bersama keluarganya, dia berubah menjadi lebih diam. Tatapannya menunjukan ekspresi yang tidak bisa ditebak." Senja bergumam dalam hati.
Hazel mengakhiri makan malamnya dan beranjak bangun dari meja makan.
"Setelah ini kamu bisa kembali ke kamarmu dan tidurlah." Hazel memberi pesan pada Senja dan pergi.
Hazel bertelanjang kaki menyusuri pantai sambil memegang sebotol wine. Bagaimanapun, hatinya terluka saat mamanya dipermalukan dan dia tidak bisa berbuat apa- apa. Dia merasa gagal menjadi anak yang melindungi orangtuanya.
Setelah beberapa saat, Hazel sudah mulai mabuk dan dia memilih kembali ke vila.
Vila sudah sepi. Hazel melangkah dengan sedikit fly. Dia tidak pergi ke kamarnya. Dia memilih untuk pergi melihat Senja. Hanya untuk memastikan bahwa Senja bisa tertidur lelap.
Pintu terbuka dan terlihat kamar suram karena hanya ada lampu tidur yang masih menyala.
"Senja?" Hazel memanggil untuk memastikan.
Tidak ada jawaban.
"Rupanya dia sudah tidur." Gumam Hazel dalam hati.
"Ahhhh aku rasa aku mulai mabuk." Gumamnya lagi sambil memegang kepala.
Karena sudah mulai merasa kepanasan, Hazel membuka kancing kemejanya satu per satu dan melepasnya.
Dia naik perlahan ke atas tempat tidur, tepat di samping Senja yang sudah pulas.
Saat hendak menutup mata, Senja refleks berbalik dan memeluknya.
Jantung Hazel berdebar keras. Dia tidak ingin Senja terbangun. Kini dia dapat melihat dengan jelas wajah Senja yang sudah pulas dari dekat.
"Kamu selalu cantik." Ucap Hazel sambil mengelus wajah Senja halus.
"Maaf, kamu harus melihat kejadian tadi. Tanpa sadar, kamu telah melihat kelemahanku di depan keluargaku. Ahhhhh... Rasanya menyakitkan. Tapi semua terasa lebih baik ketika aku memikirkan tenteng dirimu." Gumam Hazel sambil terus menatap lekat wajah kecil Senja di hadapannya.
Cup..
Sebuah kecupan mendarat di bibir merona Senja yang sedikit terbuka. Membuat Hazel tertantang untuk mema*ut bibir merah itu.
"Ahhh. Aku bisa gila." Hazel berdebar. Dia mengusap kasar wajahnya. Dia merasa sesuatu di dalam dirinya seperti terbangun. Sebuah pikiran terlintas di kepalanya. Ingin sekali dia mendekap, memeluk, mencium tanpa henti wanita di hadapannya ini.
"Shiiiiit ." Hazel mengumpat dalam hati dan memilih untuk bangun dari tempat tidur dan keluar , sebelum sesuatu yang tidak bisa dia tahan terjadi.
.
.
Keesokan paginya, Senja bangun dengan tubuh segar . Dia melihat betapa indahnya pemandangan di luar vila.
Laut biru dan pasir putih yang kontras sangat mengundang untuk dinikmati. Tanpa menunggu, dia berlari keluar vila tanpa alas kaki menuju ke pantai yang ada.
Dari jauh, Hazel yang juga tidak bisa tidur sepanjang malam, memperhatikan Senja dari jauh sambil tersenyum, sembari memikirkan kejadian malam tadi.
.
.
BERSAMBUNG...