📢📢📢WELCOME DI AREA BENGEK NGAKAK GULING-GULING 😂😂😂
Jesi yang sudah terbiasa dengan kehidupan bagai sultan, harus kehilangan semua fasilitas itu karena ayahnya yang ingin membuatnya menjadi mandiri. Dalam sekejap ia menjadi seorang mahasiswi magang, dan dihadapkan dengan team leader yang ganteng tapi sayangnya galak.
"kalo aja lo itu bukan pembimbing magang gue, ogah banget dah gue nurut gini. Ini namanya eksploitasi tenaga karyawan."
"Aku tau, aku itu cantik dan menarik. nggak usah segitunya ngeliatinnya. Ntar Bapak naksir." Jesika Mulia Rahayu.
"Cantik dan menarik emang iya, tapi otaknya nothing. Naksir sama bocah seperti kamu itu impossible." Ramadhan Darmawan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aqua
Dengan wajah kusut Jesi keluar dari ruang administrasi mahasiswa. Dia berulang kali meniupkan nafasnya ke atas hingga poni di keningnya naik turun. Kebiasaan yang tanpa sadar selalu ia lakukan saat kesal, katanya sih supaya keselnya cepet ilang.
"Arrgh... Beneran deh ayah tega banget sama gue." Lagi Jesi meniup poninya.
"Liat aja meskipun bukan di perusahaan ayah, gue bakalan buktiin kalo gue bisa." Imbuhnya.
Wajahnya tak lagi ditekuk, kini dia tersenyum dan menatap jauh ke depan."Yuk bisa yuk... Semangat Jes!" Dia menyemangati diri sendiri.
Baru beberapa detik berucap dengan penuh percaya diri jika dia mampu, nyatanya tiba di depan fakultas melihat Zidan yang baru saja menutup pintu mobil untuk Raya membuat hatinya kembali terasa sesak. Apalagi melihat sang mantan yang hanya menatapnya sekilas kemudian tersenyum membuatnya ingin segera membuka sepatu dan melemparkannya pada Zidan. Bisa-bisanya dengan wajah tanpa dosa dia tetap tersenyum, dan sialnya kenapa di matanya Zidan masih terlihat mempesona.
"Dasar sialan! Susah emang kalo kesel sama orang cakep. Di senyumin aja udah bikin gue auto plonga plongo."
"Yasalam Jes... Sadar ..sadar dia tuh si kang selingkuh!"
"Bener-bener deh liat mereka bikin hari gue yang udah buruk makin buruk aja." Jesi berulang kali bermonolog sambil menunggu ojeg yang ia pesan datang.
Saat ojeg pesanannya tiba Jesi segera mengambil helm yang di sodorkan padanya. Helm sudah di pakai tapi dia belum juga naik ke motor.
"Neng jadi berangkat nggak ini?" Tanya mamang ojeg.
"Jadi atuh bang, tapi..." Jesi masih terdiam di tempatnya sambil melihat jok motor dan roknya bergantian.
"Tapi kenapa neng? Tinggal naik aja. Katanya tadi saya disuruh nggak pake lama kesini, lampu merah aja saya terobos untung nggak di tilang." Tutur kang ojeg online yang mengenakan helm dan jaket serba hijau.
"Ini gue bingung duduknya gimana? Roknya pendek, ntar jadi sodakoh paha gue nya bang." Ucap Jesi.
"Itu pinjem jaket abang nya deh buat tutup boleh yah? Kalo mesti ganti dulu lama, bisa telat gue nya." Imbuh Jesi yang tiba-tiba menemukan alternatif tercepat.
Kang ojeg itu melepas jaket dan memberikannya pada Jesi, "lain kali jangan pake rok pendek atuh kalo mau naik ojeg mah!"
"Iya bang. Maaf yah. Ntar gue tambahin deh... Gue kasih bintang tujuh." Ujar Jesi seraya naik dan menutup kaki jenjangnya dengan jaket.
"Bintangnya mentok sampe lima doang, Neng. Kalo tujuh ntar malah jadi obat sakit kepala." Balas kang ojeg.
"Ya udah ntar gue protes ke yang bikin aplikasi supaya dibanyakin bintangnya."
Kang ojeg hanya menggelengkan kepala mendengar jawaban Jesi yang asal. Pagi ini jalanan cukup macet padahal biasanya meskipun ramai tapi masih lancar.
"Di gas bang... Rada jadi Rossi dikit biar cepet nyampe. Ini udah hampir telat nih." Protes Jesi dari belakang.
"Sabar atuh Neng. Madet gini sih kagak bisa selap selip juga."
Gara-gara kecelakaan yang mengakibatkan jalan macet total membuat Jesi benar-benar terlambat di tempat magang.
"Nih Bang. Kembaliannya ambil aja. Makasih yah!" Jesi sedikit berlari masuk ke dalam perusahaan. Hal pertama yang ia lakukan adalah mendatangi front office yang terletak di samping pintu masuk dan menanyakan tempat penerimaan mahasiswa magang. Jesi mengabaikan orang-orang yang memperhatikannya.
"Lantai tiga ruang meeting yah. Makasih mba."
Jesi segera berjalan menuju lift dan berdiri di sana bersama karyawan yang sedang menunggu pintu lift terbuka.
"Ah lama banget dah." Tak sabar Jesi beralih ke pintu di samping lift, "sekali-kali gue pake tangga darurat aja, itung-itung olahraga." Ucapnya menatap tangga di depan matanya.
Sampai di lantai tiga Jesi langsung mencari ruang meeting, "mba ruang meeting sebelah mana?" Tanyanya pada ibu hamil yang sedang berjalan pelan.
"Helo mba?" Jesi melambaikan tangannya di depan wajah wanita hamil yang malah menatapnya aneh.
"Lurus aja. Ruangan paling ujung."
"Makasih mba." Teriak Jesi sambil berlari.
Tiba di depan ruangan meeting yang dindingnya dari kaca membuatnya bisa melihat beberapa orang berpakaian hitam putih seperti sama dengan dirinya beserta seorang pria yang sedang menyebut satu persatu nama mahasiswa.
"Jesika Mulia Rahayu dari universitas persada."
"Hadir-hadir." Ucap Jesi begitu ia membuka pintu dengan nafas yang masih terengah-engah.
Semua pasang mata di ruangan itu beralih menatapnya.
"Jesi, universitas persada hadir pak." Ulangnya lagi.
Jesi tersenyum sedikit salah tingkah mendapatkan tatapan dari semua orang.
"Gue tau kok kalo gue tuh cantik, tapi nggak usah gitu juga ngeliatinnya" ucap Jesi.
"Ntar jadi suka loh." Imbuhnya sambil tertawa.
"Hahaha... Gue suka nih anak magang modelan kayak gini, Wan. Pede abis." Ceteluk Raka yang duduk di samping Rama.
"Iya gue tau loh cantik dah. Tapi itu helmnya di buka dulu biar cantiknya nambah." Imbuh Raka.
"Hah? Helm?" Jesi langsung memegang kepalanya, ia tak sadar sedari tadi belum melepas helm ijo itu. Buru-buru di lepasnya benda bulat itu, bersamaan dengan wanita hamil cantik yang tadi ia tanyai masuk ke dalam ruangan.
Naura menepuk pundak Jesi yang sedang menunduk malu sambil memegang helm, "ditungguin sama kang ojol di depan tuh." Ucap Naura lirih.
"Eh iya mba." Jawab Jesi, ia kemudian keluar dan memberikan helm pada kang ojol yang sudah berdiri di depan ruangan.
"Maaf yah Bang. Helmnya ke bawa, nggak sadar gue tuh. Tadi buru-buru banget. Pantesan dari tadi orang-orang pada ngeliatin gue terus."
"Makanya lain kali yang fokus neng. Kalo perlu minum aqua dulu sebelum berangkat biar nggak galfok." Ledek kang ojol.
"Bisa aja si abang. Makasih yah bang." Ujar Jesi.
Jesi kembali masuk ke dalam ruangan dan duduk di sebelah mahasiswa magang, ia tak berani menatap orang-orang di depannya, terlalu malu.
"Argh... Sial banget masih pagi udah triple kill aja. Pindah tempat magang, liat mantan ditambah insiden helm." "Huft.. so bad day!" Batin Jesi yang ternyata benar-benar terucap dari dari bibir mungilnya.
"Apa kamu bilang? Bad day?" Ucap Rama dengan tatapan tajam padanya.
Jesi jadi gelagapan, "bu...bukan pak. Bapak salah denger. Maksudnya good day gitu. Biasa aku suka yang rasa vanilla late." Jawab Jesi sambil tersenyum semanis mungkin.
"Saya tidak bertanya kopi kesukaan kamu. Kalo magang di sini harus fokus." Jelas Rama.
"Kamu hari pertama saja sudang datang terlambat dan membuat keributan. Disini wajah cantik tidak mempengaruhi apa pun jika otaknya tak digunakan!" Imbuhnya.
"Wadidaw ganteng-ganteng galak euy." Batin Jesi.
"Kamu denger saya bicara tidak?" Sentak Rama yang merasa ucapannya diabaikan.
"Iya, pak. Maaf hari ini saya datang terlambat dan kurang fokus. Besok sebelum berangkat saya akan minum aqua supaya fokus." Jawab Jesi.
Rama mengepalkan kedua telapak tangannya, geram mendengar jawaban konyol Jesi.
"Untuk hari ini sampai di sini saja. Kalian bisa pulang dan mulai masuk bekerja besok."
"Pukul tujuh tiga puluh harus sudah datang." Imbuhnya penuh penekanan kemudian pergi meninggalkan ruangan.