follow Ig mom_tree_17, tik tok Mommytree17 💕
Lara gadis cantik berusia delapan belas tahun, tak menyangka rencana sang Ibu untuk menjebak kakak tiri mereka yang bernama Edgar agar tak menguasai seluruh kekayaan keluarga Collins justru menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.
Dia terjebak satu malam panas bersama Edgar tanpa keduanya sadari, dan setelah kejadian malam itu keduanya berusaha untuk menutupi scandal tersebut, namun yang terjadi justru perasaan cinta mulai tumbuh dihati keduanya.
Hubungan yang tak seharusnya terjadi di antara keduanya, karena mereka bersaudara satu ayah walaupun beda ibu justru semakin rumit dengan benih yang mulai tumbuh di rahim Lara.
Lalu bagaimana akhirnya jika keluarga mereka mengetahui hubungan yang terjalin antara Edgar dan lara? Dan apa jadinya jika Scandal yang dilakukan Edgar dan Lara justru membongkar kisah masa lalu kedua orang tua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22
"Mom aku pulang," teriak Lara sembari masuk ke dalam mansion. Ia terus berteriak memanggil Mom Miranda namun tidak ada sahutan sama sekali. Ya, setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam lamanya akhirnya ia sampai di Jakarta dan kini sudah berada dimansionnya. "Bi, dimana Mommy?" tanya Lara pada pelayan yang mengambil kopernya.
"Nyonya sedang pergi bersama Nona Rose."
"Kak Lily?"
"Nona Lily juga ikut."
"Ck, kenapa tidak bilang dari tadi. Seharusnya kau itu menjawab Nyonya Miranda, Nona Rose, juga Nona Lily sedang pergi." Ucap Lara dengan menghela napasnya.
"Maaf Nona, tapi tadi Anda hanya bertanya dimana Nyonya." Jelas pelayan dengan menundukkan kepalanya.
"Iya juga." Lara menganggukkan kepalanya sembari masuk kedalam kamar, kemudian berbaring di atas ranjang setelah menyuruh pelayan keluar. Namun baru saja kedua matanya terpejam beberapa menit, telinganya mendengar suara berisik yang berasal dari dalam ruangan.
"Lara bangun!" Miranda membangunkan putrinya dengan tidak sabaran, karena sudah sejak kemarin ia menunggu kabar dari putri bungsunya yang mendadak susah dihubungi. "Bangun sayang!"
Lara yang merasa terganggu membuka kedua matanya meskipun terasa berat. "Mom aku ini baru saja tidur," protesnya dengan sedikit kesal.
"Tidurnya bisa dilanjut nanti. Sekarang ceritakan apa rencana kita berhasil?" Miranda tetap bertanya meskipun yakin seratus persen rencananya yang dijalankan Lara pasti gagal, karena kalau berhasil Lara pasti sudah memberikan foto-foto atau video panas Edgar bersama wanita bayaran.
"Rencana kita gagal," jawab Lara dengan menyiapkan diri mendengar omelan Mom Miranda, namun yang didengarnya justru hanya sebuah helaan napas panjang.
"Ck, sudah Mom duga."
"Mom tidak marah?" tanya Lara dengan terkejut, karena tidak biasanya seorang Miranda Collins menerima begitu saja sebuah kegagalan.
"Untuk apa Mom marah, kalau sudah menemukan jalan keluar untuk permasalahan kita." Miranda tertawa dengan bahagia.
Lara yang tidak mengerti dengan perkataan Mom Miranda hanya bisa diam dengan mengerutkan keningnya.
"Dengar Lara, pertunangan dan pernikahan Rose nanti bisa membuat posisi kakakmu itu kuat di perusahaan Exxon. Karena kedua calon mertua Rose berjanji akan membeli saham milik Tuan Philip, jadi posisi mayoritas pemegang saham ada ditangan kita bukan di tangan anak ****** sialan itu." umpat Miranda dengan senyum kemenangan.
Mendengar penjelasan Mom Miranda yang panjang kali lebar itu, Lara hanya diam sembari menghela napasnya.
"Kenapa tidak dari awal Mom melakukannya?" protes Lara dengan kesal. Jika saja rencana pertunangan dan pernikahan Kak Rose dari awal dijalankan, maka kejadian malam panas diantara dirinya dan Edgar tidak akan pernah terjadi.
"Melakukan apa?" Miranda mengerutkan keningnya.
"Menjual kak Rose pada keluarga calon suaminya, jadi aku tidak perlu berangkat ke Singapore." Ya, Lara lebih setuju kakaknya dijual dari pada ia yang kehilangan keperawanannya.
Plak.
Miranda menepuk bahu putrinya dengan gemas, karena dari sekian banyak penjelasan yang ia katakan tadi Lara justru merespon dengan kata-kata pedas.
"Kau itu bicara apa? Mana ada Mom menjual Kak Rose."
"Sudah jelas-jelas Mom menukar Kak Rose dengan saham Exxon, itu kan sama saja dengan dijual."
Plak.
Lagi-lagi Miranda menepuk bahu putrinya dengan lebih keras.
"Mom sakit." protes Lara.
"Makanya jangan membuat Mommy mu ini kesal," Miranda memilih beranjak dari kamar putri bungsunya itu dari pada darah tinggi nya kumat gara-gara perkataan Lara yang tidak pernah disaring.
"Mom tunggu!" Lara menahan langkah Mom Miranda. "Pernikahan Edgar dan Julia akan dipercepat."
"Apa?" pekik Miranda dengan terkejut. "Bagaimana bisa? Kapan mereka akan menikah?"
"Aku tidak tahu Mom," Lara menarik selimut untuk melanjutkan tidurnya.
"Lara bangun! Katakan kapan mereka akan menikah? Mom tidak mau rencana ini gagal total gara-gara Edgar menikah lebih dulu dengan putri keluarga Philip."
Lara tidak mempedulikan pertanyaan Mom Miranda, karena masih kesal dengan apa yang terjadi. Seandainya Mom Miranda tahu apa yang terjadi padanya saat di Singapore, apakah Mommy nya itu akan menyesal sudah mengirim nya kesana walaupun atas keinginannya sendiri.