NovelToon NovelToon
Takdir Dunia Lain

Takdir Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Mengubah Takdir / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Isekai / Barat
Popularitas:470
Nilai: 5
Nama Author: The rull 2

Rull adalah seorang pemuda yang kehidupannya diwarnai oleh tragedi, kehilangan, dan pencarian jati diri. Ditinggal mati oleh ibunya yang merupakan satu-satunya keluarga yang ia miliki, Rull tumbuh dengan hati yang penuh luka. Kehilangan itu membuatnya jatuh dalam keputusasaan, meragukan tujuan hidupnya dan merasa terasing dari dunia di sekitarnya.

Namun, segalanya berubah ketika ia menemukan dirinya di dunia asing setelah sebuah peristiwa aneh. Dunia baru ini, penuh dengan keajaiban dan bahaya, memaksa Rull untuk menghadapi ketakutan terbesarnya dan menggali kekuatan yang tersembunyi dalam dirinya. Rull mulai memahami bahwa dirinya memiliki peran besar dalam menentukan takdir dunia ini, dan mencari kebenaran diambang kebohongan.

Note :

Cerita ini merupakan revisi novel "Reincarnation In A Fantasy World" Aku tidak bisa melanjutkan novel itu Dikarenakan akun tersebut (The rull) hilang karena hilangnya hp aku beserta akun-akun nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon The rull 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arc Irdlia Bab 21 : Kemenangan

Ksatria bayangan bergerak mendekati Rull.

Rull yang masih dalam keadaan panik langsung bersiap melawan.

Namun, sebelum dia bisa melakukan apapun.

BAM...

BAM...

BAM...

Sosok makhluk bayangan bertubuh besar melompat ke tengah medan perang dan menghajar pasukan iblis dengan tinjunya yang masif.

"GRAAAAHHH!!"

Pasukan iblis terpental seperti daun kering tertiup badai.

Di sisi lain, tiba-tiba—

KABOOM...

Sihir api meledak di tengah pasukan iblis, membuat mereka berjatuhan dalam kobaran api hitam.

Sosok bayangan berjubah berdiri di kejauhan, mengarahkan tangan ke depan sebelum perlahan berjalan menuju Rull.

Rull hanya bisa terdiam, tubuhnya masih bergetar, tidak tahu harus berbuat apa.

Tapi yang terjadi selanjutnya membuatnya semakin terkejut.

Para sosok bayangan itu—berlutut di hadapannya.

Salah satu dari mereka, sesosok ksatria berzirah gelap, menundukkan kepala dan berbicara dengan suara dalam.

"Tuanku, terima kasih telah membangkitkan kami. Namaku Ifrit, pemimpin pasukan Shadow Army."

Sosok bertubuh besar yang tadi menghantam pasukan iblis tunduk dihadapan Rull.

"Grock adalah Grock. Grock siap membantu, Tuan!"

Lalu, sosok bayangan berjubah tunduk dihadapan Rull.

"Aku adalah Rogul. Aku siap melayani perintahmu, Tuanku."

Di belakang mereka, ratusan prajurit bayangan serempak berlutut di hadapan Rull.

Mereka semua berseru serempak dengan suara menggema di medan perang.

"KAMI SIAP MELAYANI TUANKU!!!"

Rull hanya bisa menatap mereka dengan mata lebar, hatinya berdegup kencang.

Dia baru saja membangkitkan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Semua orang terkejut melihat ratusan pasukan bayangan yang berlutut di hadapan Rull.

Ajax, yang masih kesulitan bangkit, menatap pemandangan itu dengan ekspresi tidak percaya.

"Sial... Jadi dia yang membuat semua ini?" gumamnya.

Martiz mengangkat alis, menatap pasukan bayangan dengan penuh kewaspadaan.

"Selama bertahun-tahun aku bertempur, baru kali ini aku melihat pasukan seperti ini..." ucapnya pelan.

Di tengah keheningan yang menyelimuti medan perang, Ifrit, pemimpin pasukan bayangan, berdiri tegap dan berkata:

"Tuanku, tolong berikan kami perintah."

Rull menatap pasukannya.

Lalu, dengan suara penuh keyakinan, dia mengangkat tangannya dan berteriak:

"Ayo kita menangkan peperangan ini!"

"WAAAHHHH!!!"

Sorakan menggema di seluruh medan perang saat pasukan bayangan langsung bergerak.

Mereka melesat bagaikan bayangan hitam yang membelah malam, menyerang pasukan iblis dengan gerakan cepat dan mematikan.

Pasukan Clathria yang sebelumnya hampir kalah, kini merasa terbantu dengan kedatangan bala bantuan ini.

Pertempuran kembali berubah.

Blade, Rull, dan Ifrit berdiri tegap, berhadapan langsung dengan Demous.

Demous menyeringai sinis, matanya memancarkan amarah yang membara.

"Kalian bertindak seolah-olah pahlawan, tapi tanpa kalian sadari, kalian tak ada bedanya dengan penjahat yang mengacaukan keseimbangan."

Tanpa memberi kesempatan, Demous langsung melancarkan serangan.

Pedang Blade beradu dengan kekuatan kegelapan Demous, sementara Rull memanfaatkan kecepatannya untuk menyerang dari celah-celah pertahanan lawan.

Namun, di antara mereka bertiga, Ifrit-lah yang paling merepotkan bagi Demous.

Setiap serangan Ifrit bagaikan bayangan yang tak bisa diprediksi, membuat Demous semakin kesulitan menghindar.

"Sial... Kalian benar-benar meremehkan kekuatan Tuan Belial!!" teriak Demous frustrasi

Kesempatan emas pun datang.

Martiz, yang telah menunggu saat yang tepat, langsung menghunuskan pedangnya ke tanah.

"Kena kau Demous."

"STONE OF CONCLUSION!!"

Tiba-tiba, pilar-pilar batu menjulang tinggi dan mengurung Demous di dalamnya, membuatnya tak bisa bergerak.

"SEKARANG!!" teriak Martiz

Tanpa ragu, Blade melompat lebih dulu, menyerang dengan tebasan bertubi-tubi.

Sring...

Sring...

Sring...

Ifrit segera menyusul, dengan tebasan mematikan yang membakar di sekitarnya.

Slash...

Slash...

Slash...

Kemudian, Ajax mengakhiri semuanya.

Dengan kekuatan penuh, dia mengangkat pedangnya ke udara, membentuk pusaran angin berbentuk naga.

"Skakmat."

"DESTROYING WIND DRAGON!!"

Whoooosh...

Angin dahsyat menerjang, menghancurkan kurungan batu dan meluluhlantakkan tubuh Demous.

"ARRRGGGHHH!!!"

Rull menggenggam erat Black Iron di tangannya,

"Ifrit! Lempar aku ke arah Demous!"

Ifrit, tanpa ragu, menggenggam tubuh Rull dan mengerahkan seluruh kekuatannya.

"Baik, Tuanku!"

Dengan satu lemparan kuat, Rull melesat di udara seperti meteor, langsung menuju Demous yang masih terhuyung akibat serangan sebelumnya.

"RASAKAN INI, DEMOUS!!"

Rull mengayunkan Black Iron ke arah retakan di dada Demous.

JLEB...

Tubuh Demous mulai bergetar hebat, retakannya semakin melebar, dan energi kegelapan mulai keluar tak terkendali.

Demous mengerang kesakitan. Namun, alih-alih ketakutan, dia justru menatap Rull dengan seringai.

"Kau benar-benar melakukan hal yang salah... Jaket Merah."

"Apa maksudmu?! Aku melakukan semua ini demi Clathria!"

Demous terkekeh lemah.

"Irdlia harus hancur sebelum para dewa mengetahui 'River of Past'... Suatu hari nanti... takdir akan mempermainkan kita semua. Kau akan terkejut melihat kebenaran dunia ini... Dan saat hari itu tiba... kau akan sadar bahwa kau telah memihak yang salah..."

Tubuh Demous perlahan memudar, larut dalam kegelapan.

Perlahan, pasukan iblis yang dibawa Demous memudar seperti debu, lenyap tanpa jejak.

"KITA MENANG! KITA MENANG!"

Sorak para prajurit, meneriakkan kegembiraan yang telah lama mereka nantikan.

Suasana yang sebelumnya dipenuhi ketegangan dan kehancuran kini berubah menjadi euforia kemenangan.

Penduduk Clathria yang selama ini bersembunyi mendengar sorakan kemenangan dari luar.

"Apa... kita menang?" tanya salah satu penduduk dengan ragu

Lisa, yang mendengar itu, tersenyum lega dan menoleh ke Tessa.

"Tessa, sepertinya... kita menang!" ucapnya dengan mata berbinar

Di tengah lautan prajurit yang bersuka cita, Blade berdiri dengan napas terengah, menatap langit yang perlahan cerah.

"Ayah... Ibu... terima kasih atas bimbingan kalian"

Namun di antara semua itu, Rull hanya terdiam.

Kata-kata terakhir Demous masih terngiang di benaknya.

"Suatu hari nanti... kau akan sadar bahwa kau telah memihak yang salah..."

Sementara itu, Tsaritsa perlahan mulai sadar.

Tangan yang sebelumnya membiru akibat kutukan kini telah kembali normal.

"Apa yang terjadi?" gumamnya masih linglung

Arlecchino, yang berbaring lemah di dekatnya, tersenyum tipis.

"Tuan Putri... kita menang."

"Menang...? Syukurlah..." Ucap Tsaritsa terharu

Di hadapan Rull, Shadow Army perlahan mendekat, berlutut dalam satu gerakan serempak.

Ifrit, dengan suara tenang dan penuh hormat, berkata.

"Kami telah melaksanakan tugas kami, Tuanku. Jika Tuanku membutuhkan kami lagi, cukup panggil kami..."

Seketika, tubuh mereka mulai memudar, kembali ke bayangan tempat mereka berasal.

Rull menatap mereka pergi, perasaan campur aduk menghantuinya.

Dari kejauhan, suara Tsaritsa tiba-tiba terdengar.

"RULL!!"

Rull tersentak dari lamunannya.

"Tsaritsa!"

Melihat Tsaritsa yang sudah sadar sepenuhnya, tanpa ragu ia langsung berlari menghampirinya.

Tsaritsa menatap Rull dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu... berhasil melakukan semua ini demi aku?" suaranya gemetar penuh haru

"Aku sudah berjanji kepada Clathria, juga kepada diriku sendiri, untuk membebaskanmu dari penderitaan."

Tsaritsa terdiam sejenak, lalu mengepalkan tangannya.

"Penderitaan? Hah, Rull… tubuhku... tubuhku merasakan kehangatan!"

Matanya berbinar saat ia menatap telapak tangannya, kekuatan esnya perlahan muncul, tetapi kali ini berbeda.

"Apa, kutukannya belum hilang?" tanya Rull khawatir

Namun, bukannya membeku tanpa kendali seperti sebelumnya, es itu perlahan mencair dalam genggamannya.

"Rull, lihat! Aku bisa mengendalikannya! Hihi, ini menyenangkan!"

Ia mengangkat tangannya, menggunakan kekuatannya untuk mencairkan semua es yang pernah ia ciptakan.

Di dalam ruang pertahanan, perlahan es yang membungkus tubuh Arendelle, Gale, dan Mike mulai mencair.

Martiz yang menyaksikan pemandangan itu tersenyum tipis, lalu menoleh ke arah Rull.

"Harapan Anda sudah tercapai, Tuan Hollande."

Ajax, yang berdiri di sampingnya, hanya terdiam mendengar ucapan Martiz.

Tiba-tiba, dari dalam ruangan, Ratu Arendelle melangkah keluar.

Matanya langsung tertuju pada Tsaritsa yang kini bebas dari kutukan yang selama ini menghantuinya.

"Tsaritsa... anakku..." suaranya bergetar air mata jatuh di pipinya

Tsaritsa menoleh, melihat ibunya yang kini menatapnya dengan penuh kerinduan.

"Ibu..."

Arendelle melangkah maju, tetapi tangannya gemetar.

"Bisakah... aku memelukmu?"

Tanpa ragu, Tsaritsa berlari ke arahnya.

"Ibu! Aku ingin memelukmu!"

Mereka berpelukan erat, tanpa rasa takut, tanpa keraguan.

"Oh, anakku... syukurlah... syukurlah aku bisa merasakan kehangatanmu." tangis Arendelle pecah di bahu putrinya

Di kejauhan, Rull hanya tersenyum, lega melihat kebahagiaan yang akhirnya kembali kepada mereka.

Arendelle menoleh ke arahnya, matanya masih dipenuhi air mata, tetapi kini dengan rasa terima kasih yang mendalam.

"Terima kasih... pahlawan."

1
Alexo. ID
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Lia_Vicuña
Wah, kepala otakmu pasti kreatif banget, thor!
Gió mùa hạ
pembukaannya seru banget, bikin gue langsung tertarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!