NovelToon NovelToon
Gadis Cantik Milik Jendral Vampire

Gadis Cantik Milik Jendral Vampire

Status: sedang berlangsung
Genre:Vampir / Cinta Terlarang / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kutukan / Raja Tentara/Dewa Perang
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: bbyys

Saat Sora membuka mata, dia terkejut. Dia terbangun di sebuah hutan rindang dan gelap. Ia berjalan berusaha mencari jalan keluar, tapi dia malah melihat sebuah mata berwarna merah di kegelapan. Sora pun berlari menghindarinya.

Disaat Sora sudah mulai kelelahan, dia melihat sesosok pria yang berdiri membelakanginya. "Tolong aku!" tanpa sadar Sora meminta bantuannya.
Pria itu membalikkan badannya, membuat Sora lebih terkejut. Pria itu juga memiliki mata berwarna merah.

Sora mendorongnya menjauh, tapi Pria itu menarik tangannya membuat Sora tidak bisa kabur.

"Lepaskan aku." Sora terus memberontak, tapi pegangan pria itu sangat erat.

"Kau adalah milikku!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bbyys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 Elena Bertindak

Setelah mengobati lukanya, Sora diperbolehkan kembali lebih cepat dan beristirahat. Sora kembali ke kamar, tanpa sadar dia tertidur.

Langit sudah berganti, sudah hampir waktunya makan malam. Karena Javier tidak ada, sebagai asistennya, Sora memutuskan untuk mengantarkan makanan untuk jendral.

Saat hampir sampai, di kejauhan Sora melihat Elena memakai jubah hitam dan berjalan ke arah ruangan jendral.

"Apa yang dia lakukan?" gumam Sora. Dia bersembunyi di balik pohon, mengawasinya dari kejauhan.

Elena mengetuk pintu. "Siapa?" Terdengar suara sahutan dari dalam.

"Saya membawakan makan malam untuk Jendral." sahut Elena.

Elena berbohong, Elena tidak membawa apapun ditangannya. Ashley membuka pintu.

"Kau!" Ashley terkejut melihat Elena yang berdiri didepannya. "Aku sudah memperingati mu agar tidak membuat masalah lagi, kenapa kau kesini?" cibir Ashley.

"Saya mencintai Jendral." Elena kembali melontarkan kata-kata itu, Ashley mengerutkan keningnya dan pandangannya menjadi dingin.

"Aku sudah bilang, berhenti menyatakan cinta palsu itu."

"Palsu? Saya benar-benar mencintai Jendral sedalam samudra. Bahkan saya bisa melakukan apapun untuk Jendral."

"Benarkah? Kau akan melakukan apapun?"

"Iya. Apapun itu!"

"Kalau begitu pergilah dari hadapanku dan jangan pernah menampakkan wajahmu sama sekali." usir Ashley dingin.

Sora merasa jika Elena terus mengganggu jendral. Mungkin, itu akan menjadi hari terakhir baginya. Amarah jendral terlihat akan meledak.

Elena terdiam, bukan itu yang ia harapkan. "Kenapa Jendral terus bersama jalang itu? Kenapa tidak menjauh dari jalang itu?" teriaknya, ia terlihat emosional.

"Jalang? Beraninya kau mengucapkan kata-kata kasar itu dihadapanku." Ashley menaikan nada suaranya, ia tidak bisa menahan amarahnya.

"Jika bukan karena dia, jika dia tidak ada disini. Seharusnya sayalah yang akan ada disamping Jendral bukan jalang itu." Celanya. "Saya adalah orang yang tepat untuk Jendral."

Elena menggoda dengan nada lembutnya. la berjalan mendekati Ashley dan memeluknya.

"Apa yang kau lakukan?" Ashley mendorongnya, melepaskan pelukannya dengan kasar hingga membuat Elena terjatuh.

"Jendral adalah milikku dan selamanya akan seperti itu."

Elena terlihat sudah gila. Sora tahu Elena adalah orang sombong yang suka memaksa. Tapi sikapnya hari ini tidak seperti dirinya, biasanya ia tidak mungkin berani memperlakukan Ashley seperti itu. la pasti tahu ganjaran yang akan ia terima. Sikap Elena sangat aneh.

Tiba-tiba Elena melemparkan sebuah bom dan mengeluarkan asap putih. Asapnya berkumpul mengelilingi tubuh Ashley. Dengan sigap Ashley menutup hidungnya.

"Apa ini?" tanya Ashley. Tiba-tiba tubuhnya melemah, ia terduduk lemas. Elena tersenyum lalu mendekatinya. "Akulah yang lebih baik dari siapapun."

Elena melepaskan jubahnya, ia memakai pakaian yang sangat minim. Dada serta pahanya terlihat. la kembali memeluk dan membenamkan wajahnya di dada Ashley. Ashley berusaha mendorongnya tapi ia tidak bertenaga.

"Jendral, anda terlalu baik kepadanya. Tapi sebenarnya Sora tidak pernah mementingkan anda, ia hanya mementingkan dirinya sendiri. Dia akan sama seperti jalang lainnya yang menaiki tubuh anda demi kepentingan dirinya sendiri." bisik Elena menghasut.

"Jangan samakan Sora denganmu."

Ashley tetap membelanya. Sora merasa tersentuh, ada rasa menggelitik di dadanya. Padahal hubungannya dengan Ashley hanyalah sebatas hubungan antara budak darah dan majikan. Tapi, ia tetap membela dan melindunginya. Padahal itu adalah hal yang tak perlu ia lakukan.

Sora keluar dari tempat persembunyiannya, membuang nampan yang dia pegang dan datang menghampiri mereka.

"Hentikan, Elena! Kau sudah gila." cegah Sora.

"Sora!" Elena membalikkan badannya, memandangi Sora. Tatapannya terasa aneh matanya tampak hampa. la melemparkan bom asapnya kepada Sora juga.

"Sora tutup hidungmu, jangan sampai terhirup asap ini!" Peringat Ashley.

Tapi itu sudah terlambat, saat Sora hendak menutup hidungnya, asapnya sudah terhirup. Seketika tubuhnya langsung melemah, badannya terasa panas dan tidak nyaman.

"Kau sudah keterlaluan." geram Ashley.

Amarahnya meledak, mata Ashley berubah menjadi merah. Efek asapnya tak mempan padanya lagi. Ashley mencengkram leher Elena. Elena merintih kesakitan, membuatnya sulit bernafas.

"Hentikan! Jangan bunuh dia ..." pinta Sora.

"Kau masih saja membelanya." Ashley melepaskan cengkramannya, terlihat bekas dilehernya.

Sora merasa ada yang aneh pada Elena. Dia melihat ada sebuah energi hitam mengelilingi tubuhnya, pandangannya juga terlihat kosong.

"Ada yang mengendalikan Elena." ucap Sora pelan.

Ashley memperhatikan Elena, menatap matanya yang kosong. "la telah dihipnotis."

"Apa Jendral bisa melepaskan hipnotisnya?"

Ashley melihat ke sekitar, saat melihat sekitarnya yang sepi. la merapalkan mantra, terlihat sebuah lingkaran sihir dibawah kaki Elena.

Sebuah taki cahaya keluar dari lingkaran sihir itu lalu masuk kedalam kepala Elena. Energi hitamnya menyebar keluar dari tubuh Elena kemudian menghilang.

"Dimana ini?" gumam Elena. "Akh!" la berteriak terkejut karena mendapati dirinya dengan pakaian minim dan hampir transparan.

Warna mata Ashley kembali normal, ia mengambil jubahnya dan menutupi tubuh Elena. Elena menggenggam jubahnya dengan erat.

"Apa yang sudah terjadi? Kenapa aku bisa ada disini." Lontarnya dengan pandangan bingung.

"Sebelumnya, kau pernah bertemu siapa?" tanya Ashley.

"Aku ... aku bertemu seorang pria berjubah dibelakang camp." Elena menelusuri ingatannya.

"Dia berkata, aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan, aku mengiyakan perkataannya setelah itu ... aku tidak ingat lagi." tutur Elena.

"Apa kau melihat wajahnya?" cecar Ashley.

"Tidak." Elena menggelengkan kepalanya. "Disana gelap. Aku tidak bisa melihat wajahnya sama sekali. Tapi aku yakin ia seorang pria dan matanya berwarna merah."

'Merah? Apa seorang vampire?' pikir Sora.

Seorang vampire menghipnotis Elena dan membuatnya menggoda Ashley. Tapi untuk apa? Dia tidak mengerti.

"Maafkan aku." Elena bersujud meminta maaf. "Aku tidak bermaksud untuk melakukannya ..." lirih Elena.

"Aku akan membebaskanmu dan jangan sampai kau membuat masalah lagi."

"Baik, Jendral!" Elena langsung pergi dari sana.

Ashley berjalan mendekati Sora. "Tunggu! Jangan mendekat!" Henti Sora.

Sora merasakan perasaan yang aneh. Hanya dengan melihat wajah dan tubuh Ashley, dia merasa ingin menyentuhnya.

"Apa kau merasa badanmu panas, tubuhmu terasa tidak nyaman?" Sora menganggukkan kepalanya mengiyakan.

"Aku juga merasakan perasaan yang sama. Rasanya aku ingin menyetuh seluruh bagian tubuhmu." ujar Ashley sambil mengelus bibir Sora, matanya kembali berubah menjadi merah.

"Sepertinya asap itu mengandung obat semacam afrodisiak."

Kata-katanya mengagetkan Sora. Itu adalah obat yang dapat meningkatkan gairah seksual.

"Kenapa orang itu memberikan obat semacam itu. Tujuannya apa?" Celoteh Sora. "Apa ada cara untuk menghilangkannya?"

Ashley memandangi Sora dengan intens. Lalu menggendong Sora masuk kedalam kamarnya, Sora memberontak tapi Ashley tidak mau melepaskannya. la membawa Sora ke kamar mandi melemparnya kedalam bak kamar mandi penuh air.

"Dingin!" Rasa dingin dari airnya menyegarkan tubuh Sora.

Menyegarkan tubuhnya yang kepanasan. Sora merasa nyaman.

"Apa yang kau lakukan?" Kaget Sora.

Ashley ikut masuk kedalam bak. Baknya besar. Tapi, tidak muat sampai dua orang. Kaki mereka saling beradu. Tubuh mereka sangat dekat.

Baju Sora jadi basah hingga bisa terlihat bentuk tubuhnya. Sora menutupi badannya dengan tangannya.

"Sora ..." Ashley memanggilnya dengan lembut, suara menggema ditelinganya membuat badannya merinding. Ashley mencium leher Sora. Nafasnya yang panas terasa.

Ashley memandangi Sora lalu mencium bibirnya, menciumnya berkali-kali, lidahnya masuk menggeliat di dalam mulut Sora.

"Hentikan!" Sora mendorongnya, tapi Ashley tidak bisa mengendalikan dirinya. la terus menerus menciumnya, mencium bibir, leher hingga tangannya.

Setiap sentuhannya membuat tubuh Sora merinding.

"Kumohon, hentikan." ucap Sora sambil menangis.

Sora tidak bisa menahan air matanya. Tiba-tiba Ashley berhenti, wajahnya yang penuh nafsu kini berubah menjadi wajah merasa bersalah. la langsung berdiri dan keluar dari bak.

"Maafkan aku." Sesal Ashley. "Obatnya terlalu kuat, aku sulit untuk menahan diriku."

Kuku tangannya memanjang, ia menggores lengan tangannya hingga terluka membuat darahnya mengucur.

"Jendral!" Sora kaget. Dia bangkit dari bak bermaksud menghampirinya.

"Jangan mendekat!" Henti Ashley. Lalu pergi meninggalkan Sora di kamar mandi.

Sora bangkit dari bak, menutupi bajunya yang basah dengan handuk lalu pergi keluar. Tidak ada siapapun di ruangan itu, dia tidak melihat Ashley dimana pun.

"Tok ... tok ... tok ...."

Terdengar suara pintu diketuk.

"Sora, ini aku Izek." Terdengar suara yang tak asing. Sora membuka sedikit pintunya dan mengintip dari celah. "Aku bawakan baju ganti untukmu." la menyodorkan pakaian lengkap.

"Apa Jendral yang menyuruhmu?"

"Iya."

Padahal ia sedang bersusah payah melawan hasratnya bagaimana bisa ia masih memikirkan dirinya.

"Terima kasih." Sora mengambil pakaian itu dan mengganti pakaiannya yang basah. "Dimana Jendral?" tanya Sora setelah berganti pakaian.

Izek menggelengkan kepalanya tidak tahu. "la langsung pergi begitu saja, setelah berbicara denganku. jendral terlihat aneh, wajahnya pucat, bajunya juga basah. Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Izek penasaran.

Sora menceritakan semua yang sudah terjadi. "Sepertinya, Jendral masih terpengaruh oleh obat." jelas Sora. "Kau harus mencarinya. Bagaimana jika sesuatu terjadi kepada Jendral." ucap Sora dengan nada khawatir.

"Aku akan pergi mencari Jendral." sahut Izek.

Izek pun pergi. Sora menunggunya di depan pintu. Sejam berlalu, Izek akhirnya kembali. la membopong Ashley yang tak sadarkan diri. Tubuh serta pakaiannya penuh darah. Di sekujur tubuhnya penuh dengan luka. Tangan, kaki serta dadanya terluka, lukanya terlihat seperti luka sayatan.

"Apa yang terjadi?" tanya Sora.

"Jangan tanya dulu. Kita bawa Jendral masuk dulu." Izek merebahkan tubuh Jendral di atas tempat tidur.

Sora merogoh laci, mencari obat serta perban.

"Jendral!" panggil Sora. Tak ada sahutan, Sora membersihkan lukanya dan membalutnya. "Jendral!" Sora berusaha membangunkannya, dia takut ia tak akan sadarkan diri lagi.

Jendral membuka matanya, matanya yang merah menatap Sora dengan tajam. la menarik tangan Sora dan menciumnya lagi. Sora mendorongnya tapi ia malah menariknya naik ke atas tempat tidur. la duduk diatas Sora.

Pandangannya aneh, Jendral terlihat seperti tidak mengenalinya. "Kutukannya kambuh?" terka Sora. Pandangan mata itu selalu ia tampakan saat kutukannya kambuh. Pandangan binatang buas yang kelaparan.

"Akh!" la menggigitnya, menghisap darahnya. "Izek, hentikan Jendral." Pinta Sora. Biasanya Javier yang menghentikannya tapi saat ini hanya ada Izek. Dia hanya bisa meminta bantuannya.

Izek mendekat, berusaha menghentikan. Tapi Ashley memasang dinding penghalang. Izek tidak bisa melewatinya dan membiarkannya terus menghisap darah Sora. Terlalu banyak darah yang ia minum, pandangan Sora mulai kabur, tubuhnya terasa lemah. Dia pun tak sadarkan diri.

...****************...

Matahari sudah diatas, Sora membuka matanya. Melihat langit-langit dinding yang tampak tak asing.

"Kau sudah bangun?" Suara yang tak asing baginya, suara yang selalu menyambutnya saat dia bangun.

"Ashley." Panggil Sora. Sora tersenyum saat melihat Ashley yang sudah kembali normal.

"Lagi-lagi aku selalu menyakitimu ..." Lirihnya, memandangi Sora dengan wajah sedihnya.

"Itu bukan karena keinginanmu. Itu karena kutukannya, kan." ujar Sora.

"Tidak. Ini semua karena kelalaian dan ketidakberdayaanku."

Sora tahu Ashley yang sesungguhnya adalah orang yang baik dan lembut. Dia juga jadi mengerti alasan kenapa ia selalu bersikap dingin kepada para wanita, itu karena masalah kutukannya, ia tidak tahu kapan kutukannya akan kambuh. la tidak ingin menyakiti mereka.

"Ini semua bukan salahmu." ucap Sora sambil mengelus kepalanya berusaha menenangkan dirinya.

"Apa yang harus aku lakukan dengan kutukan ini? Aku tidak cukup kuat untuk menghilangkan kutukannya. Baru kali ini aku merasa tidak berdaya."

"Jendral itu kuat, cukup menjadi lebih kuat lagi. Aku yakin Jendral bisa membebaskan diri dari kutukan ini."

Ashley memeluk Sora dengan lembut, Sora mengelus punggungnya, merasakan perasaan gundah pria itu.

"Kamu pasti bisa." ujar Sora menyemangatinya.

1
Aksara_Dee
sampai sini dulu ya Thor, nanti lanjut lagi..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!