Bagaimana jika awalnya cowok yang mencintaimu secara ugal-ugalan, Tiba-tiba seperti orang yang asing, seperti keindahan senja yang hilang ditelan gelapnya malam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My. dark, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adu Argumen
"Langit Lepaaasinnn... "!! Ucap Aura dengan nafas mengebu karena tenaga nya kalah dengan Langit.
Bukannya dilepas, Aura malah diseret dan dimasukkan kedalam kamar oleh Langit. " Dahhh, mau ngomong apaan," Ucap Langit datar.
"Nggak jadi, nggak mood..." Ucap Aura sabil mengerucutkan bibirnya.
"Hmmmbs,,,Mulai deh" Ucap Langit sambil menghembuskan nafas kasarnya.
Merasa ditatap tajam oleh Langit, Aura langsung membuang muka kesembarang arah, agar matanya nggk ketemu dengan mata Langit.
" Terus niatnya ngapain tadi kesini, hem." Tanya Langit, dengan tangan yang menarik dagu Aura agar menatap nya.
"Nggak jadi, ini mau pulang.... " Ucap Aura datar, tanpa menatap balik Langit.
"Ya udah.. " Ucap Langit datar.
Mendengar pernyataan Langit barusan, sebenarnya membuat Aura sedikit kecewa, tapi dia sembunyikan didalam hatinya " Yaaa, udah bukaiinnn" Ucap nya saat dia tidak bisa membuka pintu kamar Langit yang terkunci.
"Buka sendiri, Lo bukan tuan putri disini" Ucap Langit datar.
"Tapi ini dikunci Langit, " Tunjuk Aura sambil mencoba membuka gagang pintu kamar Langit.
"Rusak mungkin, " Ucap Langit datar, lalu menjauh dari Aura dan duduk di kursi yang ada di depan balkon kamar Langit.
Dengan muka terkejut disertai panik, kini Aura menyusul Langit yang ada dibalkon kamarnya, "Langit ini nggak lucu, jangan bercanda dehhh...aku mau pulang.. " Rengeknya.
"Yaa udah pulang, repot amat.. " Ucap Langit datar dan acuh terhadap Aura.
"Bukainnn.... Langit...!! Ucapnya lagi.
Bahkan Langit seolah tuli dengan rengekan Aura, pandangannya lepas jauh menerawang ke Angkasa, dengan tangan sebelah kiri yang masuk ke saku celananya, dan tangan kanannya memegang rokok untuk dihisapnya dengan kuat, lalu dia hembuskan asapnya keatas angin.
"Mau kamu apa sih?" Tanya Aura yang saat ini mulai emosi dengan tingkah Langit, dia memberanikan diri untuk menatap Langit dengan nyalang.
Mendengar pertanyaan tersebut Langit hanya tersenyum, lalu menoleh kearah Aura, sambil mematikan putung rokok ke sebuah asbak yang ada di atas meja, dan Langit balik bertanya. "Nggak kebalik?" Ucap Langit.
"Haaahh, maksudnya apaan sih" Tanya Aura lagi.
Sambil berjalan mendekati Aura, dan mengikis jarak diantara mereka sebelum nya, kini Langit semakin mendekat, karena merasa aneh dengan tatapan Langit, Aura memundurkan kakinya hingga menatap dinding kaca kamar Langit.
"Bukannya kamu yang datang kesini, untuk apa hem...!!? Kini tanggan Langit mencengkram dagu Aura agar fokus melihat matanya.
Melihat perlakuan Langit mode menerkam,. Membuat jantung Aura berpacu dengan cepat dan seolah otaknya menjadi membeku , " Taaa...dii mau engg... Ngajak baikan.. "Hanya kata itu yang Aura sanggup Ucapkan dengan terbata bata. Padahal sejak awal terkunci dia ingin memaki-maki Langit.
Mendengar Ucapan Aura, kini mata Langit tertuju pada bibir pink alami milik Aura, lalu dia mengusap usapnya dengan menggunakan jari jempol. "Ngajak baikan apa balikan? " Ucap Langit lembut lalu mengecup bibir Aura.
Melihat reaksi Aura yang reflek memejamkan mata tanpa menolaknya, Langit melanjutkan aksinya, kini tanggan Langit pindah ketengkuk Aura, lalu ditekannya kepala Aura agar bisa memperdalam ciumannya.
Saat ini ciuman Langit semakin panas, dan menuntut, Ciuman yang membayar sebuah kerinduan, yang selama ini mereka saling pendam.
Merasa dadanya dipukul Aura, Langit menghentikan aksinya dan mengelap bekas saliva yang menempel dibibir Aura yang mulai terlihat bengkak dan memerah karena ulahnya.
"Tapi sayangnya, Gue nggak suka sama cewe murahan yang nempel sana sini, " Sebuah ucapan Langit secara tiba-tiba, yang membuat Aura seolah tersambar petir di siang bolong.
.
.
. PLAAAKKK...!!!!
Sebuah tamparan keras yang membuat Langit juga ikut kaget atas perlakuan Aura.
"Maksud Loo apa.... BANGSAT...!!! Teriak Aura frustasi. " Gue mau pulang mana kuncinya" todong Aura, sambil menarik baju Langit lalu memasukan tangannya kedalam saku Langit untuk mengambil kunci kamar Langit.
"Nahhh gitu dong, BADASS...!! Ucap Langit sambil mencekal tangan Aura yang mencoba merampas kunci dari saku celana Langit.
"Lepasinnn.... Brengsekkkk... "!! Ucap Aura sambil mendorong Langit sekuat tenaga, kini emosinya sungguh membara, ucapan Langit barusan adalah penghinaan baginya. Tetapi bagi Langit adalah ungkapan kekecewaannya selama ini karena Aura sering deket dengan Lyan.
Melihat sorot mata Aura yang mengibarkan peperangan Langit hanya tersenyum miring, "mau kunci? Peluk dan cium Gue kalo Lo mau kunci" Ucap Langit sambil mengoda.
"Ogaahhhh... " Singkat Aura. "Katanya mau pulang" Balas Langit.
"Demi apa gue harus peluk dan cium Lo, demi membenarkan ucapan Lo barusan yang anggap gue cewek murahan?? Mending Gue kekunci seumur hidup disini daripada cium Lo." Seru Aura yang sangat mengebu gebu.
Mendengar pernyataan Aura seperti mendapatkan kemenangan bagi Langit, kini Langit berjalan mendekati Aura, mengecup bibir Aura sekilas seblum akhirnya mendapatkan dorongan keras dari Aura.
"Good girl, tunggu disini sampek gue pulang kerja, gue cuma bentar sekitar 2 jam an terus pulang" Jelasnya pada Aura.
"Maksud Lo apa, Lo mau kunci'in gue di dalam kamar sendirian" Ucap Aura mulai bingung.
"Bukannya barusan adalah pilihan akhir yang kamu ucapkan sendiri hmb.. Apa berubah pemikiran, kalo berubah sih aku mau yang 2x lipat bahkan lebih" Ucap Langit datar.
"Nggak usah mimpi... Lo bukan Tuan gue Langit Ambarest...jadi nggak usah berharap gue bakal nurutin permintaan konyol itu." Ucap Aura sambil memutar bola mata malas.
"Yaa udah sini peluk dan cium gue, kalo mau pulang. " Ucap Langit sambil merentang kan kedua tangannya lalu menghampiri Aura.
"Nggak usaahhh Haaalllluuuuu.... Mending gue telfon damkar, terus peluk dan cium petugas nya, yang lebih pantas dan cocok dapat apresiasi dari gue, daripada cium dan peluk bajingan yang udah ngerendahin harga diri gue, " Cerocos Aura sambil menatap Langit nyalang.
Mendengar ucapan Aura barusan, Langit hanya berdecak malas. Kini dia sibuk menata rambutnya dan siap siap mau pergi menemui seseorang yang akan memberikan dia kontrak dari sebuah brand.
"Pilihhh mana, Lo serahin kuncinya atau gue telfon damkar bilang gue Lo sekap disini haah, biar Lo semakin viral lumayan tuh buat karir lo, bisa naik dengan cepat karena kontroversi ini. " Ucap Aura sambil melipat tangannya di dada.
"Yakin Lo nggak salah laporan,??? Tanya Langit yang bingung dengan cara pikir Aura, yang seharusnya telfon polisi bukan telfon Damkar. Emang diaa punya rencana buat bakar unit apartment gue" Batin Langit.
Seolah seperti cenayang Aura pun juga mengerti arah pemikiran seorang Langit. "Lo itu cuma menang di narsis doang, otak mah dangkal, muka juga sebenarnya nggak seberapa, yaa kali gue laporin Lo kepolisi, dengan power bapak Lo yang bisa kali nutup semua itu, nggak jadi viral dong, lagian emang polisi bisa derek gue dari balkon lantai 10 ke bawah, yang bisa kan cuma damkar, sekalian biar banyak orang yang liat drama kita yang kita buat, dan lumayan buat karir Lo bisa tranding topik." Ucap Aura dengan tenang.
"Fuck....!!!! Ayoookkk keluar gue sibuuuk. " Ucap Langit datar.
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, SUBSCRIBE DAN VOTE YA READERS, ANYEONG!!