Sequel
" Semerbak wangi Azalea."
" Cinta Zara."
" Sah."
Satu kata, tapi kata itu bisa berakhir membuatmu bahagia atau sebaliknya.
Zayn Ashraf Damazal akhirnya mengucap janji suci di depan Allah. Tapi mampukah Zayn memenuhi janji itu ketika sebenarnya wanita yang sudah resmi menjadi istrinya bukanlah wanita yang dia cintai?
Cinta memang tidak datang secara instan, butuh waktu dan effort yang sangat besar. Tapi percayalah, takdir Allah akan membawamu mencintai PilihanNya. Pilihan hati yang akan membawa mu menuju surga Allah bersama sama
" Kamu harus tahu bahwa kamu tidak akan pernah mendapatkan apa yang tidak di takdirkan untukmu." _Ali bin Abi Thalib.
" Perempuan perempuan yang baik untuk laki laki yang baik, laki-laki yang baik untuk perempuan perempuan yang baik pula." _ QS.An - Nur 26
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8 : Satu tahun terlalu lama
Hari pertama menjalani PPDS lumayan melelahkan. Aretha akhirnya tiba di rumah saat azan Maghrib berkumandang.
Di garasi, mobil Zayn belum terlihat.
" Mungkin dia ke kantor, soalnya sedari pagi aku tidak melihatnya berseliweran di rumah sakit." Gumam Aretha lalu melangkah masuk.
Sebelum pulang, Aretha menyempatkan diri ke supermarket, membeli beberapa bahan makanan, maklum lemari es sudah mulai kosong.
Aretha menjalankan kewajibannya, shalat Maghrib 3 rakaat, mengulang kembali bacaannya agar tidak terlupa. Aretha sama seperti umi Aza, hafal Al-Qur'an 30 juz. Ya,,walau di awal, Aretha sering kabur dari pesantren karena merasa di kekang dan sulit bergabung kembali dengan gengnya dan ikut balapan, tapi dengan kegigihannya, Aretha mampu menyetorkan juz terakhirnya bertepatan di hari di mana dia di terima menjadi salah satu mahasiswa kedokteran dengan beasiswa pendidikan selama tiga tahun enam bulan.
Aretha kini sudah berada di dapur, memasak makanan untuk makan malam. Kali ini, dia membuat sedikit lebih banyak. Menyisihkan untuk Zayn tidak ada salahnya. Aretha juga takut jika Zayn keseringan jajan di luar, itu akan merusak kesehatan nya.
Makan malam sudah siap, Aretha duduk setelah menyiapkannya di atas meja. Aretha mencampurkan lauk di piring, suapan pertama sudah berada di ujung mulutnya, namun Aretha menghentikan aktifitas nya begitu melihat Zayn berjalan menghampiri meja makan.
Tanpa basa basi, Zayn mengambil posisi duduk tepat di depan Aretha.
Dia menatap Aretha ." Aku mau makan, ambilkan aku piring." Ucapnya dingin.
Tanpa disuruh untuk yang kedua kali, Aretha berdiri dan mengambilkan piring untuk Zayn. Zayn hanya meminta piring, tapi Aretha memberikannya satu paket lengkap dengan segelas air putih.
Zayn memperhatikan gerak gerik Aretha hingga wanita cantik itu kembali duduk di tempatnya semula.
Zayn menelan ludahnya, makanan yang tersaji di atas meja adalah makanan kesukaan nya. Dari pintu masuk, Zayn sudah bisa mencium aroma nya. kebetulan sekali, dia belum makan sejak siang.
Zayn mengambil sedikit dan memindahkan ke piringnya, meski terlihat enak, tapi belum tentu dengan rasanya. Zayn belum pernah mencicipi masakan buatan Aretha.
Berbeda dengan Aretha, dia makan dengan lahap, seperti tidak memperdulikan keberadaan Zayn.
Zayn mencobanya, dan ternyata makanan itu sama persis dengan bentukannya, sangat enak.
" Apa umi Aza datang?" Tanya nya pada Aretha.
Aretha menggeleng.
" Lalu, kamu pulang ke rumah dan mengambil ini dari umi?"
Aretha kembali menggeleng." Saya yang memasak. Kenapa? Dokter tidak suka?" Tanyanya dengan nada kesal.
Wajar saja jika Aretha dalam suasana hati yang buruk. Zayn terlalu menganggap enteng dirinya hingga mengira jika masakan yang dia buat dengan tangan sendiri berasal dari umi Aza.
Zayn tersedak. Air minum yang di ambilkan Aretha kini jadi berguna dalam kondisi dirinya yang hampir saja kesulitan bernafas.
" Ooo.." Hanya itu.
Zayn kembali melanjutkan makannya. Jujur, dia ingin menambah satu porsi lagi, tapi dia malu pada Aretha. Akhirnya dia berhenti di saat Zayn masih membutuhkan tambahan asupan untuk lambungnya yang sejak siang hanya di genangi air putih.
Selesai makan, Zayn ke kamar membersihkan tubuhnya. Kali ini dia bisa leluasa Karena tidak sekamar dengan Aretha.
Zayn masih terngiang rasa dari masakan Aretha, karena penasaran dan kurang yakin dengan pengakuan Aretha, Zayn menelpon umi Aza.
" Assalamualaikum umi."
" Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, kenapa nak?"
" Mmmmm,,bagaimana kabar umi?"
" Baik, kenapa ? Ada yang salah? Tidak biasanya kamu berbasa basi seperti ini."
Zayn terkekeh.
" Umi ini tau saja."
Dari seberang, umi tertawa renyah.
" Apa hari ini Aretha menelpon umi?" Tanya nya hati hati.
" Iya, setiap hari istrimu menelpon dan menanyakan kabar umi, sangat berbeda sekali dengan dirimu yang kadang satu bulan tidak pernah mau tau keadaan umi." Umi Aza protes.
" Ya Allah umi, itu kan dulu, waktu Zayn masih PPDS. Taulah, Zayn kan sibuk. Umi sekarang suka menyimpan dendam ya.." Zayn jadi komplen.
" Ah,, perasaan mu saja. Jadi sekarang apa yang membuatmu menghubungi umi malam malam begini.."
" Apa Umi memasak curry soup hari ini?"
Umi Aza tersenyum simpul.
" Tidak. Kenapa kamu mau di buatkan?" Tanya umi mulai mengerti situasi.
" Tidak umi."
" Lalu kenapa kau menanyakan nya?"
Zayn jadi salah tingkah dan bingung harus menjawab apa.
" Hanya iseng saja." Jawabnya asal.
Umi Aza menghela nafas panjang.
" Kamu itu, ya sudah, umi matikan telponnya. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
" Waalaikumsalam."
Zayn menyimpan ponselnya di atas meja.
" Bagaimana mungkin rasanya sama persis seperti buatan umi?" Gumam Zayn. " Dia pasti tersinggung dengan perkataan ku tadi." Tambah nya.
Jujur, dia tidak menyimpan ekspektasi terlalu tinggi pada Aretha. Di mata Zayn, Aretha wanita yang sangat cuek dan sedikit cerewet. Apalagi dia terlahir dengan sendok emas, tentu belajar memasak bukanlah suatu keharusan di mana di rumahnya sudah di sediakan koki yang siap 24 jam membuatkan makanan lezat.
Zayn seakan lupa jika Zara terlahir dengan sendok yang sama, tapi adiknya itu justru pintar dan ahli dalam meracik bumbu bumbu dapur. Semua itu tergantung pada kebiasaan dan didikan dari sang ibu yang berperan penting dalam proses perkembangan anak anak mereka.
Aretha masih berada di dapur saat Zayn datang menghampiri.
" Apa yang kamu lakukan?" Tanyanya.
Aretha menoleh dan mendapati Zayn berdiri dan menatap nya tajam.
" Pie susu. Dokter mau?"
Zayn menatap pie susu yang baru saja di keluarkan dari oven. Air liurnya hampir saja menetes, apalagi wangi kue khas yang di panggang sudah menyebar di dalam ruangan itu.
" Tidak. Aku sudah kenyang." Bohongnya.
" Baiklah."
Tidak ada lagi tawaran untuk Zayn, Aretha mulai menikmati pie susu buatannya. Zayn hanya mampu menatap Aretha dengan tatapan lapar.
" Aku mau kue itu." Begitulah kira kira matanya berucap.
" Hmm..aku ingin bicara padamu." Ujarnya mengalihkan perhatian.
" Sekarang?"
" Iya."
" Silahkan.."
" Aku tidak ingin membuat perjanjian dengan mu. Aku punya sedikit trauma untuk hal itu. Aku hanya berharap, kau memberikan ku waktu. Tapi jika waktu itu ternyata tidak datang padaku, maaf, mungkin berpisah akan menjadi jalan terakhir kita."
Aretha meletakkan kuenya di atas meja, lalu menatap Zayn.
" Berapa lama?"
" Entahlah."
" Dokter harus menentukan waktunya agar saya bisa bersiap siap. Kalau bisa jangan terlalu lama. Saya masih muda, masih punya kesempatan untuk membina rumah tangga yang baru." Kata Aretha lantang.
" Satu tahun." Zayn seperti tidak mau kalah.
" Terlalu lama." Ucap Aretha.
" Jadi berapa maumu." Zayn terdengar frustasi. Ternyata menghadapi Aretha tidaklah semudah yang dia bayangkan.
" Enam bulan. Terhitung dari hari pertama kita menikah. Bagaimana?"
Zayn nampak berpikir." Baiklah, aku setuju."
Zayn merogoh kantong celananya dan mengeluarkan satu kartu tanpa limit.
" Apapun yang kamu butuhkan, kamu bisa menggunakannya."
" Membeli sesuatu dengan harga ratusan juta, boleh?"
" Terserah kamu saja."
" Baiklah, terima kasih." Aretha segera mengambil black card yang di berikan Zayn sebelum pria tampan itu berubah pikiran.
" Masuklah, kamu pasti lelah." Ujar Zayn lalu berbalik arah menuju kamarnya."
" Tunggu.."
Zayn menoleh." Apa lagi?"
" Apa dokter sangat mencintai mbak Naya?" Pertanyaan yang sebenarnya dari dulu ingin dia tanyakan.
Mumpung Aretha punya kesempatan, maka dia keluarkan lah unek uneknya itu.
Deg...
Nama itu, nama yang membuat Zayn merasa di permainkan, harga dirinya jatuh sejatuh jatuhnya.
Lama Zayn terdiam. Hingga aksi diam itu mengundang senyum dari Aretha.
" Saya sudah tau jawabannya." Ujar Aretha.
Hatinya teriris perih, bak tersayat silet nan tajam.
" Jika dalam waktu kurang dari enam bulan dan mbak Naya kembali, mari kita akhiri semuanya. " Ucap Aretha menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum tulus meski hatinya hancur lebur.
Mata mereka bertemu, saling tatap untuk waktu yang cukup lama. Dan ini adalah tatapan pertama Zayn pada Aretha tanpa ada rasa benci yang terpatri di sana.
...****************...
🤭😍🤩
mudah sekali aslinya zaynnn
tinggalkan gengsi mu
punya kesempatan tium2
nanti jama'ah lagi za mas
5 waktunya setiap hari
lumayan, vitamin 5 kali 😃
halal iniii
😃🤣🤣🤣🤣🤣😂😂😂😂
" hallo pindah kan barang² nyonya Aretha di kamar utama sekarang "
nahh jadi tiap malam bisa bubu bareng teruss 🤣🤣
kamu tu dah jatuh cinta sama areta