Hijrah Cinta Annisa
Karena Tak semua Kata, Bisa mewakili rasa, Maka biarlah hati ini menentukan Pilihannya, Diantara Suka,Duka, dan Air Mata.
***
Aku yang di tolak oleh calon suamiku, tepat di hari pernikahan kami, demi wanita masa lalu yang tiba tiba datang untuk memintanya kembali.
Namun Disaat Bersamaan Aku dipertemukan dengan jodoh yang tidak ku duga sebelumnya, Meminang ku, dan Menikahi Ku di waktu yang sama.
Ya. Dia Seorang CEO Emran Company, CEO dingin dan Arogan.
Akankah Cinta bersemi diantara kami.
Nantikan Kisahnya hanya di HIJRAH CINTA ANNISA !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Meloloskan Diri
...Allah Pasti akan Menguji kejujuran, dari apa yang di katakan Hambanya ...
...🍁...
02.30 dini hari
Tepat di saat ini merupakan waktu yang tepat untuk Tamara melarikan diri, dan Tamara telah menemukan cara bagaimana dirinya bisa kabur, Tamara sedikit merasa cemas, namun dia telah memperhitungkan segala sesuatunya secara matang.
Beberapa Penjaga memang saja telah tidur, namun mereka benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik , karena tidak satupun dari mereka yang beranjak dari ruangan tersebut.
Setelah sebelumnya meneliti seluruh ruangan, di sebuah pojokan terdapat sebuah pecahan kaca, itu bisa Tamara gunakan untuk memotong tali pengikat yang mengikat dirinya.
Menggeser sedikit demi sedikit kursi dimana tempatnya duduk dan terikat, dengan susah payah Tamara meraih pecahan kaca tersebut akhirnya mampu untuk Tamara dapatkan.
Sedikit demi sedikit Tamara berusaha lepas dari tali tersebut. Dan akhirnya sepenuhnya dapat terlepas dari ikatan yang begitu menyakitkan.
Sesuai prediksi Tamara, jika dia tidak akan bisa semudah itu keluar dari rumah ini, benar saja karena semua pemikiran Tamara tepat. Semua jendela terbuat dari kaca, namun bukan itu cara untuk dia meloloskan diri.
Tamara meraih satu balok berukuran besar , yang memang ada di tempat itu, setelahnya dia menaiki plavon ruangan yang memiliki sedikit celah, Tamara pun juga telah memprediksi jika tubuhnya akan muat masuk kedalam sana.
Tidak susah bagi pemegang sabuk hitam untuk naik keatas plavon meski kondisi Tamara sebelumnya mengenakan dress.
Setelah Tamara berada di atas plavon, memperhitungkan waktu yang tersisa, akan cukup baginya untuk berlari, setelah lolos dari tempat tersebut.
Karena jelas Tamara mengingat betul dimana letak rumah ini, dan milik siapa rumah ini, rumah ini merupakan rumah lama Keluarga Zyan sebelum mereka sukses, dan merupakan rumah yang pernah di tempati oleh mendiang kakek dan nenek Zyan, karena pernah sekali Tamara diajak oleh Zyan untuk berkunjung ke tempat ini.
Tempat ini sangat jauh dari kota, dan disini sangat pelosok, namun Tamara sangat hafal arah dan langkah dia selanjutnya.
Dirasa waktu yang di butuhkan semakin sedikit, Tamara tidak menunggu lama untuk melancarkan aksinya.
Tamara segera melempar balok kayu berukuran besar tersebut kearah jendela kaca yang berada tepat di bawah plavon dimana Tamara bersembunyi.
Pyarrr !
Suara keras kaca yang di pecah secara paksa menimbulkan suara yang begitu memekakkan telinga , pecahan kaca yang jatuh berserakan diatas lantai membuat para penjaga bangun seketika itu.
Mereka begitu terkejut, dan seketika kalang kabut mencari Tamara yang sudah tidak berada di tempat duduknya semula.
Benar saja mereka yang baru saja terbangun dari tidur lelapnya tidak dapat berfikir jernih.
"Dia kabur " panik seorang penjaga.
"Cepat kejar gob*ok ! " Ucap Si botak yang merupakan pemimpin mereka.
"Cepetan, jangan sampai dia lolos " ucap salah satu diantaranya.
"Kejar ! kejar ! kejar !" ucap si botak di iringi langkah cepat para penjaga lainya.
"Bisa mati kita kalau dia tidak bisa kita temukan !" Ucap salah satu diantara penjaga tersebut.
"Cepat Cari !" Ketus lainya.
Jelas saja Tamara melakukan hal itu, tidak mungkin bagi dirinya yang merupakan seorang model terkenal, akan membahayakan satu-satunya aset yang membuat dirinya berada di puncak kesuksesan saat ini.
Tamara sangat menyayangi kakinya yang jenjang, jadi dia tidak akan mungkin membahayakan kakinya untuk melompat dari jendela, yang mungkin saja akan membuatnya cedera, bukan kabur malah dirinya yang apes.
Setelah merasa suasana cukup sepi, segera Tamara turun dari plavon, benar saja tidak ada satupun penjaga di sana, dan pintu bagian depan pun terbuka lebar.
Semua penjaga tersebut mengejar dirinya melalui jendela yang sebelumnya Tamara pecah, karena menganggap jika Tamara telah kabur melalui jendela tersebut, namun tidak sedikit juga penjaga yang mengejarnya melalui pintu depan.
Tidak butuh waktu lama, Tamara segera meraih tas miliknya yang sebelumnya di simpan oleh para penjaga tersebut.
Keluar melalui pintu utama yang memang telah terbuka, tidak perlu baginya bersusah payah untuk membuka pintu, karena penjahat itulah yang telah membukakan pintu untuk dirinya.
Setelah berada di luar rumah, cahaya temaram sedikit menyulitkannya untuk menentukan arah, namun tidak butuh waktu lama akhirnya Tamara dapat mengenali area sekitar tempat tersebut.
Secepat kilat dia berlari meninggalkan rumah tersebut. Umpatan demi umpatan keluar begitu saja merutuki kebodohan para penjaga yang begitu mudahnya dia kelabui.
"Dasar Otot aja gede, otak ciut !" Gumam Tamara dengan berlari.
Tamara merasa puas telah bisa membuat belasan orang kocar kacir mencari dirinya.
"Bod*h , hahah !" Bahagia Tamara karena telah berhasil lolos dari kejaran para penjaga sia*an itu. Namun saat itu juga Tamara merasa sedikit panik, bukan karena para penjaga yang berhasil menemukanya, namun karena saat ini waktu telah menunjukan pukul 04.15.
Dan itu arti nya, dia harus bergerak cepat untuk mencapai tempat tujuan, tempat yang sejak semalam sudah ingin Tamara datangi.
Jika di tempuh menggunakan mobil saja mungkin butuh waktu dua atau tiga jam, jika berlari sudah di pastikan tidak mungkin. Kembali Tamara harus memutar otak untuk itu.
Setelahnya Tamara men stop beberapa kendaraan yang melintas, namun nihil tidak satupun dari mereka yang mau berhenti.
Sebuah mobil pickup pun melintas, Tamara bergegas untuk merentangkan tangannya di tengah jalan, hanya ini jalan satu satunya untuk bisa mendapatkan tumpangan, entah akan selamat, atau justru mati konyol, itu lah pikiran Tamara.
Awalnya pickup itu tidak mau memberinya tumpangan, karena menganggap jika Tamara adalah orang gila, terlebih penampilannya yang begitu kacau.
Tamara pun meminta tumpangan dengan penuh permohonan, akhirnya si pemilik mobil pun iba dan memperbolehkan Tamara bergabung bersama mereka, sebuah pickup yang penuh dengan sayuran didalamnya.
Tamara hanya di perbolehkan untuk duduk di bak belakang mobil bersama banyaknya sayuran di sana.
Tapi tidak masalah untuk Tamara meski ini pengalaman pertama baginya. Tamara hanya berfikir setidaknya dia tidak menumpang mobil pengangkut hewan saja sudah beruntung.
Tamara memang mengagumkan, ditengah megah dan gemerlapnya kehidupan yang dia jalani, namun masih tetap dapat ber negosiasi dengan keadaan sempit seperti saat ini.
"Huh. Lega " ucap Tamara setelah mobil pickup itu melaju, meninggalkan kawasan tersebut. Tempat diaman sebelumnya dia di sekap.
"Eh ada Timun " Bahagia Tamara setelah melihat seonggok timun yang berada di dalam sebuah keranjang, yang berada di dekatnya.
Tidak meminta persetujuan si pemilik, Tamara meraih satu mentimun, di lap nya mentimun tersebut menggunakan baju yang dia gunakan. Dan begitu saja langsung dia makan untuk menghilangkan dahaga sekaligus kelaparan yang sejak semalam melanda.
Tamara meraih ponselnya, untuk memastikan saat ini jam berapa. namun akhirnya dia urung untuk melakukanya, dan memilih untuk mematikan handphone miliknya, membuang SIM card yang ada di dalamnya, dan memasukan kembali handphone tersebut kedalam tas.
Bukan tanpa alasan, hanya satu tujuan Tamara saat ini, agar tua Bangka yang telah menyekapnya tidak dapat melacak keberadaanya saat ini.
Karena yang terpenting bagi Tamara saat ini adalah, secepat mungkin sampai di tempat tujuan nya.
Brak brak brak
Suara Tamara yang memukul badan mobil, untuk memberi isyarat pada memilik mobil, jika dia ingin berhenti.
"Pak Makasih ya" Ucap Tamara setelah berada di samping kemudi.
"Neng mau kemana ?" Tanya sang pemilik mobil
Tamara melihat kembali penampilannya yang sungguh berantakan dan acak-acakan, tidak mungkin baginya mengatakan tujuannya saat ini, bisa dianggap gila beneran dia.
Tamara memilih abai dengan pertanyaan pemilik mobil tersebut.
"Pak. Maaf ya tadi saya nyolong Timun nya satu" ucap Tamara sembari nyengir kuda.
Dan setelah itu Tamara berlari menuju arah lain, karena tahu mobil tersebut akan menuju pasar, maka Tamara memilih berhenti di persimpangan jalan.
***