NovelToon NovelToon
Milky Way : The Beginning

Milky Way : The Beginning

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Epik Petualangan / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lovely

Kisah kali ini bergenre fantasy lokal, Ini bukan Milky way 4, ini adalah perjalan seorang Resi yang mereka sebut sebagai Maha Guru di cerita Milky Way

ini awal mula sebuah kisah Milky Way. Perjalanan Seorang Resi bernama Mpu Bharada untuk menemukan tanah impian. sebuah tempat dimana dia bisa mendirikan sebuah kebahagiaan dan kedamaian.

Seharusnya ini menjadi flashback tiap episode Milky Way. tetapi karena cerita Milky Way akan berkembang ke arah dataran legenda yang mereka sebut sebagai negara tersembunyi, dan juga Milky Way 4 nanti menceritakan tentang kelahiran kembali Mpu Bharada di era modern, maka saya putuskan untuk membawa kisah perjalanan sang Resi dalam bentuk cerita utuh.

note : cerita ini adalah awal mula. jadi tidak perlu baca Milky Way seri Vallena dulu

untuk nama tokoh, mungkin tidak terdengar asing, sebab saya mengambil nama tokoh tokoh terkenal, mitos mitos dalam sejarah jawa kuno beserta ilmu ilmu kanuragan pada masa lampau

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lovely, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kematian Pangeran Suradwipa

Raka berlutut di pinggiran arena yang kini telah rata dengan tanah, memeluk tubuh Tari yang sudah dingin dan memucat. Mata Raka penuh dengan air mata yang mengalir tanpa henti, jatuh ke wajah Tari yang kini tak lagi bernyawa. Darah yang masih segar mengotori pakaian dan tangan Raka, tetapi ia tidak peduli. Hatinya dipenuhi rasa kehilangan yang mendalam, seolah-olah seluruh dunia runtuh di sekitarnya.

“Tari... maafkan aku...” bisiknya dengan suara yang hampir tak terdengar. “Aku telah gagal... Aku tidak bisa melindungi mu...”

Tangisannya berubah menjadi teriakan yang menggema di seluruh alun-alun. Getaran dari suaranya terasa hingga ke hati para penonton yang masih berdiri jauh dari arena. Para pendekar, prajurit, dan penduduk yang menyaksikan dari kejauhan hanya bisa memandang tanpa kata.

Mpu Bharada, yang berdiri di luar arena dengan wajah penuh kebijaksanaan, memandang Raka dengan tatapan sedih.

“Anak muda,” gumamnya pelan, “kesedihan adalah beban yang harus kau pikul, tetapi jangan biarkan itu merusak dirimu.”

Di sisi lain arena, Pangeran Suradwipa yang penuh ketakutan mulai mundur perlahan. Wajahnya yang biasanya penuh arogansi kini berubah pucat pasi. Tubuhnya gemetar melihat Raka yang merangkul tubuh Tari dengan darah dan air mata bercampur di sekujur wajahnya.

“Prajurit! Lindungi aku!” teriaknya panik, tetapi tidak ada seorang pun yang berani mendekat. Bahkan para prajurit kerajaan yang biasanya gagah kini hanya berdiri terpaku, takut mendekati Raka yang auranya berubah menjadi mencekam.

Pangeran itu berusaha melarikan diri, melangkah perlahan-lahan menjauh dari arena. Namun, sebelum ia berhasil, sebuah tangan kuat mencengkeram pergelangan tangannya. Ia menoleh, dan matanya bertemu dengan tatapan Raka.

Tatapan itu bukan hanya penuh dengan amarah, tetapi juga kesedihan yang mendalam. Tatapan itu seperti pisau yang menusuk jiwa, membuat sang pangeran kehilangan kata-kata.

“Lepaskan aku!” teriaknya dengan suara yang bergetar, tetapi Raka tidak bergeming.

Tubuh Raka mulai memanas. Dari pori-porinya, muncul asap tipis yang segera berubah menjadi kobaran Api Brajamusti. Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda. Api itu tidak lagi hanya berwarna jingga terang seperti biasanya, tetapi kini diselimuti warna kehitaman, mencerminkan hatinya yang dipenuhi kesedihan dan kegelapan.

“Kau... membunuhnya...” gumam Raka dengan suara rendah, tetapi penuh dengan amarah. “Kau mengambilnya dariku...”

Pangeran Suradwipa berusaha meronta, tetapi genggaman tangan Raka terlalu kuat.

“Aku... Aku tidak bermaksud...” suaranya semakin melemah, tetapi sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, Raka mengangkat tangannya yang menyala dengan api hitam jingga.

“Kau tidak pantas hidup!” teriak Raka.

Dengan satu pukulan yang dipenuhi energi Brajamusti, tubuh sang pangeran hancur seketika. Ledakan api yang dihasilkan dari pukulan itu memancarkan kilauan cahaya yang menyilaukan, tetapi dampaknya membuat tubuh sang pangeran hancur berkeping-keping, berserakan di tanah arena yang telah porak-poranda.

Para prajurit dan pendekar yang menyaksikan kejadian itu terdiam. Bahkan mereka yang memiliki keberanian luar biasa tidak dapat menyembunyikan keterkejutan mereka. Raka telah membunuh Pangeran Suradwipa, pewaris tahta kerajaan. Suasana yang sebelumnya penuh dengan suara sorak-sorai kini berubah menjadi sunyi mencekam. Tidak ada yang berani bergerak, bahkan untuk menarik napas sekalipun.

Penduduk kota yang menyaksikan dari kejauhan hanya bisa saling berpandangan dengan wajah pucat. Mereka tidak percaya bahwa di hadapan mereka, seorang pemuda yang terlihat kelelahan telah menghancurkan pangeran dengan satu pukulan.

Mpu Bharada, yang berdiri di pinggir arena, hanya bisa menghela napas panjang. Ia tahu bahwa ini adalah sesuatu yang tak terelakkan, tetapi hatinya tetap merasa berat melihat muridnya terjebak dalam emosi yang begitu dalam.

“Anak muda,” gumam Mpu Bharada dengan nada penuh kebijaksanaan, “kemarahan adalah pedang bermata dua. Ia bisa melukai musuhmu, tetapi juga bisa menghancurkan dirimu sendiri.”

Salah satu pendekar yang berdiri di dekatnya bertanya dengan suara gemetar.

“Tuan, apakah Anda tidak akan menghentikannya?”

Mpu Bharada menggeleng pelan.

“Ini adalah perjalanan yang harus ia tempuh sendiri. Kita semua memiliki beban yang harus kita pikul, dan beban itu adalah guru terbaik dalam hidup kita.”

Di tengah arena, Raka jatuh berlutut di samping tubuh Tari. Api di tubuhnya perlahan memudar, tetapi hatinya masih membara dengan emosi. Ia menatap tangan yang telah menghancurkan sang pangeran, tetapi perasaan puas tidak pernah datang. Sebaliknya, yang ia rasakan hanyalah kehampaan dan rasa bersalah.

“Aku telah membalasmu, Tari...” gumamnya pelan. “Tetapi mengapa rasanya ini tidak cukup?”

Air mata kembali mengalir di pipinya. Ia menggenggam tangan Tari yang dingin, memeluk tubuhnya yang sudah tak bernyawa. Dalam hatinya, ia merasa gagal, tidak hanya sebagai seorang pejuang, tetapi juga sebagai seseorang yang telah berjanji kepada Jaka untuk melindungi Tari.

“Maafkan aku, Jaka...” bisiknya. “Aku telah gagal memenuhi janjiku...”

Langkah Mpu Bharada yang perlahan terdengar di tengah keheningan. Para prajurit dan pendekar yang melihat kehadirannya hanya bisa menundukkan kepala, tidak berani menatap sosok tua itu. Dengan langkah tenang tetapi penuh wibawa, Mpu Bharada mendekati Raka, berdiri di samping muridnya yang masih berlutut.

Ia menepuk pundak Raka dengan lembut, lalu berkata dengan suara yang tenang tetapi penuh makna.

“Anak muda, hidup adalah perjalanan penuh kehilangan. Tidak ada seorang pun yang bisa menghindarinya. Tetapi dari kehilangan itu, kita belajar untuk menjadi lebih kuat.”

Raka menoleh, menatap gurunya dengan mata yang penuh air mata.

“Guru... Aku tidak bisa melindunginya. Aku tidak bisa memenuhi janjiku...”

Mpu Bharada menghela napas panjang.

“Janji yang kau buat memang penting, tetapi ingatlah, anak muda, bahwa kita adalah manusia. Kita memiliki batasan, dan itu adalah bagian dari takdir kita. Kau telah memberikan segalanya untuk melindunginya, dan itu sudah lebih dari cukup.”

Raka menggenggam tangan Tari lebih erat, tetapi perlahan ia merasa bahwa kata-kata gurunya membawa sedikit ketenangan di hatinya. Meskipun rasa bersalahnya tidak hilang, ia mulai menerima bahwa ada hal-hal yang berada di luar kendalinya.

Di tengah kehancuran alun-alun kota Suradwipa, sosok Raka yang berlutut di samping tubuh Tari menjadi pemandangan yang tidak akan terlupakan oleh siapa pun yang menyaksikannya. Mpu Bharada berdiri di sampingnya, memancarkan aura kebijaksanaan yang membawa sedikit kedamaian di tengah kekacauan.

Para penduduk dan pendekar yang menyaksikan dari kejauhan tidak bisa berkata-kata. Mereka tahu bahwa apa yang terjadi hari ini akan mengubah sejarah Suradwipa selamanya. Tetapi mereka juga tahu bahwa di tengah kehancuran ini, ada pelajaran besar yang harus mereka pahami.

“Hidup adalah perjalanan, anak muda,” kata Mpu Bharada dengan suara pelan tetapi tegas. “Dan perjalanan ini tidak pernah mudah. Tetapi dari setiap kehilangan, kita akan menemukan kekuatan untuk melangkah ke depan.”

1
Tahu Lontong
bagus
KacangArab
api brajamusti ada berapa tingkatan warna?
Lovely: sementara merah, jingga, kuning dulu
total 1 replies
KacangArab
ga di kasih nafas, berantem mulu. saran kasih beberapa bagian yang nyantai. minimal kasih tahu tujuan bharada mengembara 😰
Lovely: siap 😆
total 1 replies
Lovely
siap !
Tahu Lontong
lanjut!
Tahu Lontong
bang, klo boleh saran, jangan banyak matiin orang bang. kesanya kayak cerita pembunuhan tokoh saja hehehe
Lovely: wkkwkw
KacangArab: jangan harap, ini author paling demen nyiksa hidup tokohnya 😏
total 4 replies
Tahu Lontong
asli keren bang
Chie💕
thor, ini Raka masuk tokoh penting atau cuma mampir kayak biasa kau buat tokoh?
Lovely: biasalah wkwkwk kayak ga tau aja 😁😁
Chie💕: mampir untuk jadi bangkai maksudku 😁😁
total 2 replies
KacangArab
mirip cerita asal usul banyuwangi klo ga salah 🤔
Tahu Lontong: hahaha benar, ini kayak banyuwangi
total 1 replies
KacangArab
di bab ini ketemu benang merahnya, itu roh mawar hitam yang di cari mbah semi di milky way 2. roh yang hinggap di tubuh Vall tokoh di milky way 1. masih penasaran apa kemampuan roh ini hingga di sebut sebagai biang bencana? 😁
Lovely: betul om, itu adalah modal awal vall menuju petualangan nantinya di era modern
total 1 replies
KacangArab
terlalu op untuk tokoh utama jika punya kemampuan mengambil kekuatan musuh. apalagi masi awal awal cerita
Lovely: tenang, perjalanan masih jauh. lawan lawan akan terlihat lebih menakutkan nanti. apalagi ini era dimana batu adaman belum turun ke bumi. semua lawan masih bisa di katakan musuh biasa
total 1 replies
KacangArab
waringin sunsang yg ada di pemuda misterius di pertengahan milky way vallena?
Lovely: ya, kan emg di ceritakan klo si Juli itu reinkarnasi dari sang maha guru ini
total 1 replies
KacangArab
segila ini pertarungannya bahkan masi bisa di anggap awal awal bab. jauh beda dengan milky way lain yg bercerita tentang percintaan meskipun tetap ada pertempuran
Lovely: untuk cerita seri ini memang fokus ke pertempuran saja. tidak ada percintaan. bayangin aja itu mpu bharada udh tua, masa cocok klo di buat cerita asmara 😆😆
total 1 replies
KacangArab
dsini aku menemukan kesamaan dari tulisanmu yang lain. cara kmu menuliskan penderitaan benar benar buatku puas. kern, semoga ga terlalu kejam seperti milky way lain
Lovely: maaf, masih sama seperti kisah yang lain. untuk milky way memang saya desain lebih banyak penderitaan dan kematian. bahkan tidak ada yg beralhir happy end
total 1 replies
KacangArab
yg ini juga, gaya percakapan kayak bukan buatanmu. saya paham betul caramu nulis setiap gaya bicara masing masing tokoh di milky way.
tapi untuk penulisan udah lebih bagus. deskripsi lingkungan juga udah meningkat 👍
Lovely: mkasih🙏
total 1 replies
KacangArab
thor, knp dialog kayak beda dengan tokoh tokoh di milky way yg lain? di sini kayak gmn gtu.. sperti dialog dialog mainstream pada umunya. biasanya kau buat gaya bicara yg cool dan singkat tapi bahasanya nusuk 🤔
Chie💕: bener bang, ini kayak beda. apa jangan jangan author ini udah merasa klo gaya penulisanya dulu jelek? padahal kern menurutku
Lovely: mungkin di karenakan selama ini sering bikin cerita biasa, jadi lupa ciri khas penulisan di cerita milky way. nanti kedepanya seiring perkembangan cerita akan saya buat lebih cool lagi itu mpu bharada 😆
total 2 replies
KacangArab
kern thor, saya pengagum karya karyamu dari dulu. jarang ada cerita yang mengisahkan tentang mitos dan legenda lokal. tidak kalah menarik dari versi luar jika di tulis dengan bagus
Lovely: first koment, bang thx
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!