Daniel, seorang pemuda berusia 17 tahun, hampir kehilangan nyawanya akibat perundungan brutal dari teman-temannya. Namun, sebuah kejadian luar biasa terjadi: ia terjangkit oleh parasit yang telah menimbulkan kekacauan di seluruh dunia.
Parasit ini biasanya menyusup ke otak manusia, mengendalikan tubuh inangnya sepenuhnya. Namun, pada Daniel, sesuatu yang langka terjadi. Alih-alih dikuasai, ia justru bersinkronisasi dengan parasit tersebut, menciptakan ikatan saling membutuhkan satu sama lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Kemampuan Baru.
Bab 6. Kemampuan Baru.
Setelah Daniel berhasil memenangkan pertandingan, seluruh arena menjadi sunyi sejenak. Semua orang terkejut dan saling berpandangan. Namun, tak lama kemudian, tepuk tangan yang riuh menggema di seluruh penjuru arena. Pertandingan tadi memang sangat seru dan menegangkan, dan menyadarkan mereka semua betapa mengerikannya elemen kekuatan milik Daniel. Selain itu, mereka baru sadar bahwa Jeff, yang berada di tingkat 4, harus menghadapi Daniel yang berada di level 3. Ini adalah pertandingan yang berhasil mengalahkan lawan dengan level lebih tinggi, yang tentu sangat mengagumkan.
Jika saat itu Daniel mengetahui apa yang mereka pikirkan, mungkin ia akan tertawa terbahak-bahak. Namun, jika dipikirkan lagi, bertarung melawan satu level lebih tinggi bukanlah hal yang mustahil baginya. Kekuatan aslinya sebenarnya berada di level 5, dan dia percaya diri bisa mengalahkan lawan di level 6. Tetapi, jika berhadapan dengan lawan di level 7, entahlah. Ia belum pernah mencobanya.
Kembali ke cerita.
Karena kemenangannya atas Jeff, Emma langsung membuatkan Lisensi Rank D untuk Daniel. Hal ini dilakukan atas perintah Manajer GPN, Martin Luther, yang telah menyaksikan kemampuan dan potensi besar yang dimiliki Daniel. Martin percaya bahwa dengan menarik Daniel bergabung ke dalam GPN, Negara Inggris akan semakin kuat. Tidak diragukan lagi, Daniel adalah salah satu Meta Human kelas jenius.
Lisensi Hunter dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan level kekuatan yang dimiliki, yaitu:
1. Rank F, Level 1 – Hunter pemula yang baru memulai perjalanan mereka.
2. Rank E, Level 2 – Hunter dengan kemampuan dasar yang lebih berkembang.
3. Rank D, Level 3 – Hunter yang cukup terlatih dan mampu bertarung dengan lawan dari tingkat lebih tinggi.
4. Rank C, Level 4 – Hunter yang sudah berpengalaman, dengan kekuatan dan keterampilan lebih matang.
5. Rank B, Level 5 – Hunter kelas atas yang sangat terampil dan mampu menghadapi ancaman besar.
6. Rank A, Level 6 – Hunter elit dengan kemampuan luar biasa dan pengalaman bertarung di medan pertempuran yang sangat berat.
7. Rank S, Level 7 – Hunter legendaris, dengan kekuatan yang tak tertandingi, hanya sedikit yang bisa mengalahkan mereka.
Saat ini hanya level 7 yang tertinggi di Dunia, level di atasnya masih belum ada.
Mendapatkan Lisensi Hunter Rank D membuat Daniel tersenyum puas. Dia segera berterima kasih pada Emma yang telah membantunya.
"Terima kasih banyak, Emma," ucap Daniel dengan senyum puas.
Emma tersenyum kembali,
"Kamu pantas mendapatkannya, Daniel. Tidak banyak yang bisa bertarung seperti yang kamu lakukan tadi. Aku yakin kamu akan sukses di sini."
Daniel mengangguk, merasa lebih yakin dengan langkah barunya. "Aku akan berusaha sebaik mungkin. Dengan lisensi ini, aku bisa mulai berburu monster dengan lebih serius."
Emma menjelaskan lebih lanjut, "Betul. Sekarang kamu bisa berburu monster dan menjualnya di Gedung GPN. Kalau kamu berhasil mendapatkan monster tingkat tinggi, bayaranmu pun akan sebanding. GPN juga memberikan perlindungan dan dukungan bagi para Hunter. Jadi, kamu bisa lebih fokus pada misi-misimu tanpa khawatir."
Mendengar penjelasan itu, semangat Daniel semakin membara. "Benarkah? Kalau begitu Aku akan memberikan yang terbaik."
"Benar," jawab Emma.
"Dengan Rank D, kamu sudah cukup dihormati di kalangan para Hunter. Meskipun masih ada Hunter yang lebih kita lagi, tapi bersemangatlah."
Mata Daniel bersinar, "Tentu saja Emma. Aku akan terus berlatih, semakin kuat, dan membuktikan bahwa aku bisa lebih dari ini."
"Semoga kamu berhasil, Daniel," ujar Emma dengan penuh harapan. "GPN akan selalu mendukungmu."
Masa depan yang cerah kini terlihat jelas di mata Daniel. Dia tahu bahwa jalan di depannya masih panjang, tapi dia siap menghadapi segala tantangan.
Namun, saat Daniel melangkahkan kakinya keluar, terdengar suara yang sangat familiar. Saking familiernya, Daniel tidak akan pernah lupa suara ini.
"Hei, teman-teman! Lihatlah! Bukankah ini si gembel yang hampir mati karena kita hajar!" Kata seseorang yang ternyata adalah Sammy, orang yang selalu menyiksa dan membuli Daniel.
Mendengar suara itu, Daniel hanya terdiam. Tidak ada emosi yang muncul di wajahnya. Dia memilih untuk tidak menghiraukan Sammy, bahkan saat Sammy mendekat dengan langkah cepat dan penuh amarah.
"Dasar anak Jalang! Beraninya kamu mengabaikanku," Kata Sammy, suaranya penuh dengan kebencian.
Langkah Daniel tiba tiba terhenti, mendengar hinaan terhadap mendiang ibunya, dia pun berbalik. Wajahnya datar tapi matanya sangat tajam. Memancarkan amarah yang sedang mendidih, namun mati matian dia tahan.
Dengan suara yang begitu dingin, Daniel berkata
"Coba ulangi kata katamu.!" Ucap Daniel.
Melihat Daniel terpancing, Sammy yang tidak menyadari situasi pun merasa telah menang dan berada di atas angin.
Dangan sikap angkuhnya dia pun berkata.
"Dasar anak Jal...
WUSH!
Belum sempat Sammy menyelesaikan kata katanya. Daniel sudah mengulurkan telapak tangannya. Sedikit menekuknya dan dengan gerakan yang sangat cepat dia mencengkeram wajah Sammy dan..
BRAK! DUAR!
Seketika ledakan besar terjadi, lantai langsung hancur berantakan dan kepala Sammy tertanam di dalamnya. Wajahnya terluka parah darah mengalir deras. Dalam sekejap mata Sammy pingsan tak sadarkan diri.
Setelah Sammy pingsan, keributan itu segera menyebar dengan cepat, seperti wabah. Tidak biasa ada kerusuhan sebesar ini di Gedung GPN, terutama yang melibatkan kehancuran lantai yang begitu parah. Suasana menjadi gaduh, dan perkelahian pribadi seperti itu sangat dilarang di lingkungan GPN.
Namun, meskipun banyak yang terkejut dengan kejadian tersebut, sebagian orang yang menyaksikan dari awal hingga akhir justru membenarkan apa yang dilakukan oleh Daniel.
Mereka menganggap bahwa kata-kata yang diucapkan oleh Sammy memang sudah melampaui batas, dan tindakan tegas yang diambil oleh Daniel bisa dimaklumi. Bahkan, banyak di antara mereka yang merasa bahwa jika mereka berada di posisi Daniel, mereka mungkin akan melakukan hal yang sama.
Di sisi lain, Martin yang melihat kejadian itu hanya bisa menghela napas. Keponakannya, Sammy, kembali bertindak sembrono di hadapannya. Martin tahu bahwa Sammy sudah salah besar, mengandalkan latar belakang keluarga untuk mengancam orang lain tanpa berpikir panjang. Kini, dunia telah berubah. Kekuatanlah yang lebih dihargai.
Martin segera melangkah maju, dan dengan cepat mengerahkan energinya. Tanpa peringatan, tubuh Daniel yang tidak siap pun terhempas sejauh lima meter, dan baru berhenti setelah menghantam dinding hingga retak.
"Pergilah, aku tidak ingin melukaimu," Kata Martin dengan nada datar.
Daniel dapat merasakan fluktuasi energi yang begitu kuat, menandakan bahwa Martin adalah seorang Meta Human level 6. Meskipun terhempas jauh, Daniel tetap tenang.
"Ya," jawab Daniel singkat, dan dengan kecepatan luar biasa, tubuhnya menghilang dari pandangan.
"Shadow Step!" Daniel mengucapkannya dalam hati.
WUSH!
Sekejap kemudian, tubuh Daniel lenyap dari tempat itu, seolah dia tidak pernah ada di sana.
WUSH!
Daniel muncul di tempat lain, sekitar 10 meter dari gedung GPN.
Tiba-tiba, suara Mordis terdengar di telinganya.
"Daniel! Kenapa kau pergi? Dengan kekuatan kita sekarang, kita bisa mengalahkannya. Lagipula dia hanya level 6."
"Huh... apa kamu bodoh? Dia orang pemerintahan. Jika aku menyerangnya, kita bisa diburu oleh seluruh pasukan militer di Inggris," jawab Daniel, kesal.
"Oh, separah itu, ya? Kalau begitu, hindari saja dulu... hehe," Kata Mordis, terdengar santai.
Mendengar perkataan Mordis, Daniel bahkan tidak tahu harus tertawa atau menangis.
"Sudahlah, itu tidak penting. Yang terpenting sekarang adalah pergi berburu monster dan meningkatkan kekuatan kita," kata Daniel, bergerak cepat sambil menyebarkan persepsinya, berusaha menemukan monster-monster buas yang berkeliaran di sekitar.
"Ya, kau benar. Itulah yang paling penting saat ini," jawab Mordis.
Tak lama kemudian, Daniel tersenyum. Ia merasakan ada gerombolan monster dalam jumlah cukup besar di beberapa titik tertentu.
"Ketemu!" ucapnya dengan antusias.
Tak lama kemudian, Daniel tiba di lokasi yang porak-poranda.
Di depannya, enam ekor babi hutan bermutasi sebesar kerbau mengamuk ganas, masing-masing memiliki taring tajam dan mata merah menyala yang berkilat penuh amarah. Beberapa dari mereka mengeluarkan semburan api dan petir dari tubuh mereka, membuat kehadiran mereka tampak semakin berbahaya dan mematikan. Daniel terpaku sesaat, terkejut melihat kekuatan luar biasa yang mereka pancarkan, seolah-olah enam banteng liar yang siap menghancurkan apa pun di hadapan mereka.
Babi-babi mutasi itu menghantam dinding pertahanan yang dijaga mati-matian oleh sekelompok kecil warga. Di tengah pemukiman elit yang sudah lama ditinggalkan akibat invasi parasit, mereka terus bertahan, namun dinding itu kini terlihat kian rapuh. Retakan menjalar seperti jaring laba-laba di permukaannya, dan setiap hantaman dari monster-monster itu semakin memperlemah fondasi terakhir yang mereka andalkan. Daniel sadar bahwa dinding itu hanya tinggal menunggu waktu sebelum benar-benar runtuh.
Melihat situasi yang kritis, Daniel bergerak tanpa membuang waktu.
“Shadow Devour!"
Ucapnya pelan namun tegas, sambil mengangkat satu tangannya ke depan.
WUSH!
Kabut gelap tebal muncul seketika, menyelimuti area tempat Daniel berdiri. Kabut itu melingkar, menutup pandangan monster-monster mutasi dan menciptakan atmosfer kegelapan yang menekan. Monster-monster itu mengerang keras, kehilangan keseimbangan dan kekuatan seiring energi hidup mereka perlahan-lahan terserap ke dalam kabut yang menebar kehampaan. Tubuh mereka mulai merosot; kekuatan yang semula meluap di balik kulit keras dan taring tajam itu kini meredup dan melemah.
Tak ingin membuang kesempatan, Daniel langsung melanjutkan serangannya.
“Phantom Rush!”
Dalam sekejap, sosok Daniel berubah menjadi bayangan cepat yang mengalir dalam serangkaian serangan bertubi-tubi.
BRAK! SRAK!
Dentuman dan hantaman bergema di udara. Setiap kali tubuhnya mengenai babi-babi raksasa itu, kekuatan serangannya membuat mereka terdorong mundur, semakin tak berdaya dan kehilangan keseimbangan.
Serangan cepat ini tak memberi waktu bagi monster-monster tersebut untuk bereaksi; satu per satu mereka terhuyung dan akhirnya jatuh ke tanah dalam keadaan tak berdaya, hanya mampu mengeluarkan rintihan lemah.
Daniel memandang mereka sejenak, memastikan ancaman sudah benar-benar berakhir. Kemudian, dengan gerakan halus, dia melambaikan tangannya, dan kekuatan kegelapan mulai berkumpul di sekitarnya, menyerap energi terakhir yang tersisa dari tubuh-tubuh monster itu.
Energi dan vitalitas yang semula begitu kuat di dalam tubuh mereka kini menghilang, terserap dan menyatu dalam bayangan yang melingkupi Daniel. Perlahan, tubuh-tubuh babi hutan itu mengecil, mengering, hingga hanya menyisakan kerangka berbalut kulit tipis, seolah kehabisan jiwa.
Daniel menurunkan tangannya setelah semuanya tenang. Kini, dinding pertahanan berdiri tegak tanpa ancaman, dan medan pertempuran yang tadi penuh teriakan berubah menjadi sunyi.
Dengan tatapan waspada, dia mengamati sekeliling, memastikan tak ada lagi ancaman yang tersisa sebelum ia melangkah ke arah warga yang masih bersembunyi di balik dinding. Ancaman sudah berlalu, dan kini pemukiman itu bisa beristirahat sejenak dari bahaya.
Tiba tiba dari dalam tubuhnya Daniel merasakan akar elemen baru mengalir dengan deras. Dan tidak lama kemudian..
WUSH! TRASH!
CTAR! CTAR!
Seketika elemen api dan petir mulai menjalar dari tubuhnya, menyelimuti setiap inci kulitnya dengan panas yang menyengat dan kilatan yang menyilaukan. Ia menatap kedua tangannya dengan takjub, merasakan kekuatan baru yang membara di dalam dirinya.
"Aku... bisa mengendalikan api dan petir?" Daniel bergumam tak percaya, merasakan energi ini seolah menyatu dengan tubuhnya. Dia menyadari kekuatan itu merupakan hasil dari vitalitas para monster yang baru saja ia serap.
Dengan mata berbinar, ia tersenyum kecil. "Sepertinya, pertarungan ini memberi hadiah yang jauh lebih besar dari yang kubayangkan."
Di sisi lain dia juga merasakan fondasinya semakin kokoh dan kekuatannya yang berada di tingkat 5 telah menembus ke tahap menengah. Tinggal satu langkah lagi menuju tahap akhir. Dan para akhirnya menembus ke tingkat 6.
Pada dasarnya Daniel menyadari satu hal, tingkat kekuatan di bagi menjadi 3 yaitu tahap awal, menengah dan akhir. Dia bahkan bisa merasakan setiap naik ke tahap berikutnya maka energi yang dibutuhkan untuk tubuhnya juga semakin besar.
Tapi apapun itu Daniel tidak akan menyerah. Dia akan terus berjuang keras dan menjadi lebih kuat demi kehidupannya yang lebih baik. Itulah prioritasnya saat ini.