Hanzel Faihan Awal tak menyangka jika pesona janda cantik penjual kue keliling membuat dia jatuh hati, dia bahkan rela berpura-pura menjadi pria miskin agar bisa menikahi wanita itu.
"Menikahlah denganku, Mbak. Aku jamin akan berusaha untuk membahagiakan kamu," ujar Han.
"Memangnya kamu mampu membiayai aku dan juga anakku? Kamu hanya seorang pengantar kue loh!" ujar Sahira.
"Insya Allah mampu, kan' ada Allah yang ngasih rezeky."
Akankah Han diterima oleh Sahira?
Yuk pantengin kisahnya, jangan lupa kasih bintang lima sama koment yang membangun kalau suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BTMJ2 Bab 14
Dua bulan menjadi istrinya hanzel ternyata sangatlah menyenang, Sahira merasa diperhatikan dan disayangi oleh pria muda itu. Dia juga merasa dimanjakan.
Walaupun pria itu terlihat begitu muda. Namun, kasih sayangnya tidak dapat diragukan lagi. Cara memperlakukan dirinya juga sangat mengharukan.
Dia seorang janda beranak satu, dinikahi dan diratukan. Bahkan, anaknya, Cia sangat disayangi dan apa pun yang diinginkan oleh anak itu akan diberikan oleh Hanzel.
Akan tetapi, ada satu hal yang membuat dirinya selalu merasa marah dan juga kesal. Wanita muda yang bernama Anggun selalu saja mendekati Hanzel.
Mengetahui Hanzel sudah memiliki istri, wanita itu tidak mundur sama sekali. Tetap saja mencari celah agar bisa dekat dengan Hanzel, Sahira tak suka.
"Mas, aku ikut lagi ke resto boleh?"
Hanzel langsung menatap Sahira dengan tak percaya, selama ini wanita itu selalu memanggil dirinya dengan sebutan nama saja. Namun, kali ini wanita itu memanggil dia dengan sebutan mas.
"Kamu panggil aku apa tadi?"
"Mas, Han. Aku panggil kamu, Mas. Boleh aku ikut ke resto?" ulang Sahira.
Akhir-akhir ini Sahira memang sering sekali ikut Hanzel ke Resto, hal itu dia lakukan tidak lain tidak bukan karena merasa cemburu terhadap Anggun.
Wanita muda dengan dandanan yang super seksi itu mampu membuat Sahira ketar-ketir, dia takut kalau Hanzel akan melupakan dirinya dan juga Cia karena Hanzel terpikat dengan wanita muda itu.
"Boleh, mau jadi asisten pribadi aku juga boleh. Nanti aku gaji, di luar uang nafkah."
Sahira selalu malu jika Hanzel sudah mengucapkan kata nafkah, karena sampai saat ini dia belum memberikan nafkah batin kepada pria itu.
Setiap dia berusaha untuk memenuhi nafkah batin suaminya, Hanzel selalu berkata tak usah kalau belum siap. Dia tak mau kalau Sahira melayani dirinya dengan terpaksa.
"Gak usah dibayar tak apa, aku cuma mau nemenin suami ganteng aku. Boleh, kan?" tanya Sahira sambil mengusap dagu Hanzel.
"Iya, Sayang. Ayo, tapi nanti siang kamu jemput Cia tidak? Kalau tidak, aku akan minta Umi untuk jemput."
Cia selalu saja merasa senang jika bertemu dengan Khadijah, anak itu selalu dimanjakan dan dibelikan apa saja oleh neneknya itu. Terkadang Cia juga akan minta dijemput oleh kedua orang tua dari Sahira, anak itu begitu senang mendapatkan banyak kasih sayang dari semua orang yang ada di sekitarnya.
Anak itu terlihat sekali begitu haus kasih sayang, Sahira tentunya tak pernah melarang putrinya untuk berkasih sayang dengan siapa pun. Anak itu memang layak mendapatkannya.
''Ya udah, umi aja yang jemput. Cia sangat senang kalau umi jemput, dia pasti nanti sibuk bantu ngerecokin umi bikin kue."
"Ya, benar. Sepertinya Cia suka bikin kue kaya umi," ujar Hanzel.
Akhirnya keduanya pergi ke Resto, tentunya sebelum pergi Hanzel mengirimkan pesan kepada ibunya untuk menjemput Cia dan minta tolong untuk mengajak anak itu bermain.
Khadijah tentunya dengan senang hati mengiyakan, karena wanita itu juga selalu senang jika kedatangan anak kecil itu. Dia merasa kalau harinya akan lebih ramai dengan celotehan Cia.
"Han, gue buat resep baru loh. Elu coba deh, pasti enak."
Baru saja Hanzel datang ke Resto bersama dengan Sahira, Anggun sudah datang menghampiri Hanzel dengan membawa seporsi makanan yang sudah dia buat.
"Sorry, gue sama bini udah sarapan di rumah. Kenyang banget gue," ujar Hanzel.
"Tapi, Han. Ini enak banget loh menurut gue, sumpah. Elu wajib nyoba," ujar Anggun membujuk.
Sahira yang melihat akan wanita itu yang begitu berusaha mendapatkan perhatian suaminya menjadi geram, dia merasa tidak dianggap sebagai istrinya.
"Maaf ya, Dek Anggun. Suami saya tidak meminta resep baru, ada banyak menu makanan yang sudah disiapkan dan tak perlu diubah dengan resep baru. Jadi, silakan anda makan sendiri makanan yang sudah anda buat."
"Tapi---"
"Gak ada tapi-tapian, permisi. Saya dan suami harus pergi karena masih ada yang harus kami kerjakan," ujar Sahira dengan lembut tetapi hatinya terasa begitu panas.
"Melakukan apa? Bukannya pagi ini tak ada acara?"
"Ada dong," jawab Sahira.
"Apa?" tanya Anggun dengan begitu kepo.
"Olah raga pagi antara suami dan istri," jawab Sahira puas karena melihat wajah Anggun yang berubah bete.
Hanzel yang mendengar ucapan istrinya langsung menggelengkan kepalanya, lalu dia merangkul kedua pundak istrinya dan menunduk dan menggigit cuping istrinya.
Tentu saja hal itu membuat bulu kuduk sayuran merinding semua, bukan karena kedatangan kuntilanak atau sundel bolong, tetapi karena perbuatan yang dilakukan oleh Hanzel.
Tiba-tiba saja Sahira bahkan merasa ada gelora aneh di dalam tubuhnya, karena Hanzel tanpa ragu mengecupi leher jenjangnya.
"Mas, kamu ngapain?" tanya Sahira dengan terbata karena tiba-tiba saja Hanzel mengecup sudut bibirnya.
"Mau ngajak kamu olah raga enak," jawab Hanzel yang langsung melangkahkan kakinya menuju ruang kerjanya.
Anggun yang melihat pemandangan itu terlihat begitu kesal, wanita itu bahkan menghentak-hentakkan kedua kakinya. Lalu, wanita itu membuang makanan yang sudah dia buat ke tong sampah.
"Sial! Kenapa mereka malah mengumbar kemesraan? Padahal gue udah usaha bikin makanan enak dari pagi," ujar Anggun kesal.
Berbeda dengan Hanzel, pria itu terlihat ingin menggoda istrinya. Saat tiba di dalam ruang kerjanya, Hanzel langsung mendorong tubuh Sahira sampai wanita itu terjatuh di atas sofa.
"Han! Mau apa?" tanya Sahira karena tiba-tiba saja Hanzel merebahkan tubuhnya di atas sofa dan pria itu naik ke atas tubuh istrinya itu.
Hanzel menindih Sahira dan mengunci pergerakan kedua tangan dan kedua kaki wanita itu, Sahira sampai kaget karena baru pertama kali mendapatkan perlakuan seperti itu dari Hanzel.
"Mau olah raga enak sama kamu, Sayang."
"Eh? Aku, aku---"
Suara Sahira tenggelam karena tiba-tiba saja Hanzel menyatukan bibirnya dengan bibir Sahira, dia memagut bibir itu dengan lembut dan setelah puas bibir itu turun untuk mengecupi leher jenjang Sahira.
"Han," panggil Sahira lirih karena Hanzel mengigit ujung dadanya yang masih terbungkus baju yang dia pakai.
"Aku gak tahan, boleh ya?" pinta Hanzel.
"I-- iya," jawab Sahira yang memang dia juga merasakan hal yang sama.
Dia menginginkan hal yang lebih, dia tak ingin hanya sekedar beradu bibir saja. Dia mau menyatukan tubuhnya dengan tubuh Hanzel, dia ingin merasakan kembali nikmatnya berpeluh.
"Kalau gitu kita pergi," ujar Hanzel yang langsung merapikan penampilannya dan juga penampilan Sahira.
Setelah itu, dia menautkan tangannya dengan tangan istrinya dan mengajak Sahira untuk pergi dari resto.
"Mau ke mana?" tanya Sahira.
''Ke hotel," jawab Hanzel setelah mereka kini berada di dalam mobil dan Hanzel melajukan mobil itu dengan kecepatan tinggi.