Sekar ayu terpaksa harus jadi pengantin menggantikan kakaknya Rara Sita yang tak bertanggung jawab.Memilih kabur karena takut hidup miskin karena menikahi lelaki bernama Bara Hadi yang hanya buruh pabrik garmen biasa.
Namun semua kenyataan merubah segalanya setelah pernikahan terjadi?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shania Nurhasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB TIGA PULUH LIMA
"Mas, gimana udah ditelpon mas Trisno nya?" tanya Sekar, setelah ia sampai dari dapur membuatkan kopi untuk suaminya.
Bara meletakkan handphonenya dimeja yang berada dikamar,"udah, tadi. Rada kesel juga sama opa, katanya dia yang handle. Taunya aku juga yang urus."
"Ya gak papa lah, mas. Biar nanti kamu bisa tanggung jawab, kalau diberi pekerjaan lain." tutur Sekar dengan senyuman.
Sungguh Bara tak menyangka begitu adem istrinya ini dalam bersikap. Memang tuhan begitu baik memilihkan Sekar jadi pendamping hidupnya.
"Mm....Sekar, kata opa gimana kalau kita buat pesta resepsi pernikahan?"
"Nanti repot jadinya, mas. Lagian kan kita udah juga menikah , gak perlu ada resepsi segala."
"Tapi opa yang pengen, tau kan opa kayak gimana? kalau kita gak nurut. Pasti dia bakal maksa terus"
"Ya kalau seperti itu, aku mau resepsi yang sederhana aja, mas. Jangan undang banyak orang," pinta Sekar.
"Kalau gitu private party saja kali ya?"
"Nanti, kita obrolin lagi aja sama opa,"
Tak lama ponsel Bara berdenting tanda pesan masuk, lekas ia mengambilnya. Saat dibuka ternyata nama temannya yang mengirimi pesan.
Razi : Lo sibuk. Sekarang susah amat mau ngopi bareng.
Bara lalu segera balas pesan temannya itu.
Bara: gak terlalu, masih santai. Boleh juga kalau gitu, Rencananya dimana?
Razi : ada kafe baru buka dekat kantor gue, tempatnya bagus, cozy, kopinya juga enak. Kalau untuk ngobrol santai mah pas banget deh.
Bara : ya udah, ayo aja gue.
Razi : kalau mau ajak istri lo, ajak aja. Entar gue suruh Salina temenin.
Bara : Nanti gue tanya dulu deh.
Razi : Kabarin aja, gue. Lo bisa jam berapa Atau mau pas gue pulang kantor jam limaan.
Bara : jam segituan udah bener. Biar kakek gak ngomel kalau gue pulang kemalaman.
Disinilah Bara sekarang, ditempat janjian kumpul bersama temannya itu. Tadi saat Bara ajak istrinya menolak karena merasa kurang enak badan katanya. Ketika ingin membatalkan janjian istrinya malah melarang, rasanya tak etis temannya ingin bertemu malah Bara membatalkan janji.
"Mas pergi aja. Aku gak papa dirumah sendiri, lagian banyak pelayan juga disini," ucap Sekar, saat Bara sudah rapi dengan pakaiannya.
Bara merasa serba salah," terus kamu gimana? Masa aku tinggal pergi,"
"Aku itu cuma lagi meriang aja, bukan demam tinggi. Jangan lebay gitu deh."
"Tetap aja akunya yang gak tenang," ungkap Bara resah.
"Lagian kamu udah janjian sama teman kan, masa dibatalin. Kasian mereka dong udah berharap ngumpul,"
"Tapi kamu lebih penting, Sekar. Udah aku batalin aja."
Sekar langsung mencekal lengan Bara yang akan mengambil telpon yang ada disakunya, lalu ia berbicara lagi," Mas, aku itu baik-baik saja. Kamu juga gak mungkin lama perginya kan. Nanti kita juga bisa berkabar selama mas kumpul gampang kan,"
"Ya udah kalau gitu aku pergi. Kamu jangan lupa kasih kabar aku tentang keadaanmu," ucap Bara sambil mencium kening Sekar tak lupa curi ciuman dibibirnya juga.
"Mas! Nanti kelamaan kalau diterusin," omel Sekar kepada suaminya yang malah keterusan.
"Iya, ya. Aku pergi," ucap Bara, berlalu pergi meninggalkan kamar mereka.
Pintu depan kafe terdengar terbuka, terlihat Razi datang dengan setelan pulang kerjanya. Terlihat dari raut wajah lelah juga baju kemeja yang terlihat kusut. Ketika melihat temannya segera razi menghampiri.
"Bro, lama gak ketemu! Sorry gue telat banget," ucapnya sambil berpelukan ala pria.
"Tenang aja. Gue juga baru duduk, kok."
Razi langsung menarik kursi untuk duduk, lalu segera ia memanggil pelayan memesan makanan. Selesai memesan lalu ia menghadap ke arah temannya," Lo udah pesen?" tanyanya.
"Udah, ini gue pesan Americano. Tinggal elo yang belum,"
"Lama banget kita gak nongkrong. Gimana nih kabar lo?"
Bara mengaduk minumannya, lalu menjawab," ya elah, lama apaan sih baru kita ketemuan di rumah sakit, waktu lo jenguk opa juga,"
"Haha...lupa gue, elo kesini sendiri enggak sama bini?"
"Sekar tiba-tiba gak enak badan. Karena kita udah janji ketemu, ya terpaksa gue tinggal."
"Lo, gak ada niatan buat resepsi disini gitu. Buat supaya ngenalin pasangan ke teman?" tanya Razi penasaran.
"Ada. Rencana gue mau bikin private party sih, cuman belum ketemu WO yang pas sama keinginan gue juga Sekar,"
Razi langsung menelan makanannya, yang tadi baru datang," kalau masalah WO, kenapa lo gak coba punya ibu tirinya, Salina? Dia juga bagus kok. Kayaknya cocok deh buat lo."
"Memang ibunya punya jasa WO? terus pengalamannya, gimana?"
"Bagus-bagus aja. Mereka udah lumayan lama di bidang ini, sering juga kok handle acara konsep unik. Beberapa kali gue liat hasilnya bagus juga,"
"Boleh juga sih, patut dicoba. Lo punya kontaknya, gak? Biar nanti gue hubungin,"
Lalu Razi mengeluarkan kartu pengenal dari dalam dompetnya, dan menyodorkannya kepada sahabatnya Bara," nih, khusus buat Lo,"
"Buset, sampai di simpan di dompet. Niat banget kayaknya jadi agen buat mertua."
Razi yang mendengar celetukan Bara hanya tertawa. Padahal bukan niatnya untuk promosi, memang dia tak sengaja meminta kartu nama saat itu. Karena nanti takutnya dia butuh. Ternyata feeling nya bener, Bara membutuhkan jasa itu.
"Eh, kenapa si Brian gak datang, ya? Lo udah hubungin belum?" tanya Bara, yang daritadi sedang berbalas pesan dengan istrinya.
"Bener juga, dia tadi kan ngomongnya bakal datang. Apa berubah pikiran kali?"
Orang yang mereka bicarakan, Akhirnya muncul juga."sorry, gue telat nih. Jalanan macet." tutur Brian yang baru duduk.
"Gue kira, lo gak bakal datang tadi." ucap Razi.
"Datang, cuman tadi meeting dulu. Arahnya beda sama kantor jadi terlambat kesini,"
Lalu mereka akhirnya melanjutkan obrolan bersama sampai waktu menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Bara memutuskan untuk pulang karena khawatir dengan keadaan istrinya dirumah.
Ketika sampai terlihat istrinya tengah meringkuk dalam selimut, saat ia meraba kening terasa hangat namun juga berkeringat di area pelipisnya.
"Sekar, kita ke dokter, ya?"
Sekar membuka matanya perlahan, karena merasa ada guncangan dibahunya.
"Mas, udah pulang?" tanya Sekar lirih.
"Udah, kamu mau aku anterin ke dokter buat diperiksa?"
Sekar menggeleng,"gak perlu mas. Aku tadi udah minum obat kok. Sekarang tinggal keringat nya aja, kamu gak perlu khawatir."
Bara mendesah berat, memang istrinya ini selalu kekeuh dengan pendiriannya. Dia hanya bisa pasrah, nanti jika sakit Sekar kambuh lagi maka lekas akan bawa segera ke dokter terdekat.
"Tapi kalau kamu merasa panasnya datang lagi bilang, ya?" ucap Bara mengingatkan.
Sekar tersenyum dengan ke khawatiran suaminya," iya, kamu tenang aja lagian kan kamu udah ada dirumah. Jadi aku bakalan ada yang jagain."
paksa hancurkan pernikahan anaknya..