21++
sebagian cerita ada adegan panasnya ya.
harap bijak dalam membaca.
bocil skip aja. jangan maksa 😂😂
caera Anaya. rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian karna penghiatan suami dan sahabatnya.
rasa sakit yang membuat hatinya membatu akan rasa cinta. tetapi ia bertemu dengan seorang lelaki dan selalu masuk dalam kehidupannya. membuat ia berfikir untuk memanfaatkan lelaki itu untuk membalas sakit hati pada mantan suaminya.
akankah caera dapat membalas sakit hatinya?
yuk ikuti karya pertama ku ya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 33
pagi hampir menjelang ketika Arya sampai di rumahnya. tak kuasa menahan sedih ketika alwan menolaknya mentah-mentah. tidak ada harapan lagi untuk Arya meminta caera kembali.
menumpahkan sesal di hati dengan minuman, membuat Arya semakin tidak karuan saja. keadaannya sangat berantakan. wajah yang muram dan baju yang sudah acak-acakan.
Doorr.. dooorrr.. doorr..
menggedor pintu rumah dengan keras. bik sari tergopoh-gopoh membukakan pintu. Arya masuk dengan sempoyongan. menatap bik sari sebentar dan bergumam tak jelas pada dirinya sendiri.
"mana istri ku?"
tanyanya tajam.
"nyonya Vivi ada di kamar, tuan"
jawab bik sari takut. selama caera tidak di rumah, Arya jadi sering marah-marah.
"ck, aku bilang istri ku. mana dia?"
Arya terlihat sangat sebal dengan jawaban bik sari.
"anu.. tuan. nyonya masih tidur"
"siapa?"
"nyonya Vivi, tuan. nyonya di kamar"
bik sari makin mengkerut takut.
"heh.. kamu dengar tidak? istri ku mana? Rara istri ku?!"
suara Arya meninggi.
bik sari hanya diam. tidak tahu harus menjawab apa. bukannya tuannya ini sudah tahu istrinya di mana? kenapa tanya lagi. begitu perempuan empat puluh tahun ini membatin.
"dasar kalian semua tidak berguna!"
maki Arya.
jelas pembantu itu menggigil ketakutan karena tuannya sudah marah tanpa tahu apa sebabnya.
Arya menaiki tangga menuju lantai atas dengan sempoyongan. sampai di anak tangga paling atas, dia menemukan Vivi sudah berdiri di sana.
dengan malas Arya melewatinya. tidak menghiraukan wanita itu terlihat cemas menatapnya. melihat Arya semakin memprihatinkan saja sekarang.
"Ar, kamu kenapa?"
tak putus asa, Vivi mengimbangi langkah Arya.
"diam lah!"
hardik Arya seraya masuk ke dalam kamar.
Vivi terhenyak. tidak pernah Arya membentaknya seperti itu. tapi sekarang kata-kata manis yang selalu di dengar kini tidak pernah terucap lagi. malah Arya tampak semakin menjauhinya.
Vivi ingin menangis, tapi di tahannya. ia ikut manyusul Arya ke kamar.
terlihat Arya berbaring telentang di ranjang. Vivi mendekat dan duduk di samping Arya. memperhatikan wajah suaminya itu. terlihat air mata di sudut matanya. Arya menangis.
"Ar, kamu kenapa?"
tanya Vivi sekali lagi.
"semuanya sudah hancur" ujar Arya lirih.
Vivi diam saja. memandangi lelaki itu melanjutkan.
"kau tidak sama sepertinya"
lanjut Arya.
kata-kata yang terakhir itu menampar Vivi dengan telak. Arya membandingkannya dengan caera. itu terasa menyakitkan.
"istri ku itu selalu menyambut ku di depan pintu ketika aku pulang" Arya membiarkan air matanya mengalir "sekarang tidak lagi. sekarang aku sendiri"
"aku di sini Ar, bersama mu"
Arya menatapnya skeptis. tatapan itu sangat menusuk jantung Vivi.
"kau bukan dia"
Vivi menunduk. rasa sakit itu semakin mengunyah jantungnya. Arya semakin sering membandingkannya dengan caera.
Arya bangkit. duduk di ranjang. tatapan matanya kosong menerawang.
"Ar, sebaiknya kau istirahat dulu. ayo tidur lah"
Vivi mencoba tidak menanggapi ocehan Arya. tapi Arya masih menggumamkan nama caera.
Maya, ibu Arya datang. wanita setengah baya itu terlihat agak marah.
"ada apa Vi? ibu mendengar keributan tadi"
"Arya baru pulang Bu"
jawab Vivi.
Merasa ada yang tidak beres, ia mendekat kepada Arya. mengendus-endus tubuh Arya.
"kau minum Arya?"
Maya tampak marah.
Arya hanya diam dan menatap ibunya.
"kamu ini bagaimana sih? istri mu ini sedang hamil. kamu malah mabuk-mabukkan begini"
"ibu senang kan?"
ujar Arya.
"sudah gila kamu Arya" Maya melotot " Vivi itu hamil. kenapa sih kamu? bukannya kamu senang sebentar lagi kamu punya anak dari Vivi?"
"ibu yang senang. aku tidak"
jawab Arya dingin.
"Arya. jangan yang aneh-aneh kamu"
Maya sangat jengkel. menarik baju Arya dan menghempaskannya kasar.
"ini karena caera lagi kan? sudah ibu bilang Arya, lupakan dia!"
Arya hanya tersenyum sinis. ia sangat benci ketika ibunya selalu menjelek-jelekkan caera.
"Vivi, urus suami mu ini. sepertinya dia sudah tidak waras"
Maya pergi. Vivi mencoba membujuk Arya untuk istirahat. tapi Arya menghempaskan tangan Vivi dari tubuhnya.
"hentikan ini Vi. aku tidak bisa"
hardik Arya.
"Arya! apa yang kau pikirkan? aku istri mu sekarang. aku hamil anak mu Ar"
Vivi mulai menangis.
"itu hanya kesepakatan kita. tidak lebih"
Arya membuka bajunya dan mencampakkannya sembarangan.
"kenapa kamu jadi begini?"
Vivi tersengguk Sedih.
"caera. caera ku sudah pergi. aku mencintainya"
Arya menatap Vivi dengan malas "kau pergi lah. aku ingin sendiri"
tanpa kata-kata lagi, Vivi keluar dari kamar meninggalkan Arya.
Arya terduduk lemas. ia merasa sangat kehilangan caera. dia menginginkan seorang anak hanya karena ibu. dia tidak mempermasalahkan caera bisa mengandung anaknya atau tidak. tapi ibunya selalu memaksa. pikirannya selalu terguncang memikirkan kedekatan caera dengan Richard.
di tambah lagi setiap hari dia harus menghadapi kemanjaan Vivi dengan kehamilannya. dan ibu, ibu terlalu bahagia di atas sakit hati dan keputusasaannya kehilangan caera.
****
caera sibuk mencari lowongan pekerjaan di internet. memandangi laptop dengan serius. beberapa lowongan pekerjaan ia periksa dengan teliti. dan beberapa proposal lamaran kerja sudah ia kirim. dengan tidak adanya pengalaman kerja, akan menyulitkannya mendapatkan kesempatan kerja.
tapi caera tidak putus asa. ia harus mencari pekerjaan untuk mengurus hidupnya dan Gino nanti.
ayah memintanya untuk mengurus swalayan saja. tapi caera menolak. ayah tidak terlalu tua untuk tetap punya kesibukan. jika ia yang mengurus swalayan itu, ayah akan merasa tidak nyaman jika harus di rumah terus.
biarlah ia yang mengalah untuk mencari pekerjaan lain. apalagi sebentar lagi Gino akan masuk sekolah taman kanak-kanak. caera harus memikirkan segalanya sendiri sekarang.
"mama.. mama"
Gino mendusal di bahu caera.
"ya sayang. ada apa?"
jawab caera masih menatap laptopnya.
"mama, mama pilih yang mana? robot Batman apa Superman ma?"
Gino mengacungkan kedua robot di tangannya ke depan caera. caera merasa terganggu dan menoleh.
"kalau Gino suka yang mana?"
"mama yang pilih"
Gino menguncang-guncang kedua robot itu.
"jangan pilih salah satu dong. keduanya aja di ajak main"
"oke deh" Gino bersorak kegirangan "ayo ma, kita main di taman"
"eh, di taman mana?"
caera bingung. seingatnya di komplek rumah ibu tidak ada tamannya.
"taman yang dulu kita main ma. yang ada robot gede"
caera ingat. dia pernah membawa Gino ke taman kota. memang banyak permainan di sana.
"aduh sayang. jangan sekarang. mama lagi sibuk"
"yaaahh... mama"
Gino merengut.
"besok-besok saja ya ganteng"
caera mencoba membujuk Gino.
"sekarang ma. Gino mau bawa Superman naik motor"
Gino tetap ngotot minta mamanya membawa ke taman kota.
caera berpikir sejanak. ia masih sibuk mengirim lamaran kerja lewat email. tapi Gino merengek minta main ke luar.
"ayo ma.. jangan mikir terus"
Gino menarik-narik lengan baju caera.
"sayang, besok saja tidak bisa? besok kita main ke taman ya. sekarang mama lagi sibuk ini"
"gak mau ma... ayo sekarang. besok motornya Uda gak ada"
bocah itu tetap ngotot.
"kok tidak ada? memang besok motornya ke mana?"
tanya caera keheranan.
"udah di jual ma"
"hahaa"
caera terbahak. terasa lucu Gino bilang motor mini di taman kota besok sudah di jual dan tidak ada lagi.
"yaaaa... ok deh. yuk kita ke taman. tapi jangan lama-lama ya"
dengan kegirangan Gino melompat-lompat. caera tersenyum melihat Gino sangat bersemangat. berlarian ke luar kamar dan menanti caera menyusulnya.
caera sudah mulai bisa sedikit demi sedikit melupakan luka hatinya. menyongsong hari esok yang membentangkan asa walau tak sempurna.
Daan sayang bngt aku ga punya Deva hhhh